Kamis, 09 Februari 2017

LAPORAN PRAKTIKUM II NUTRISI DAN PAKAN TERNAK “Sistem saluran pencernaan ternak unggas dan ruminansia”




LAPORAN PRAKTIKUM II
NUTRISI DAN PAKAN TERNAK
“Sistem saluran pencernaan ternak unggas dan ruminansia”

Oleh :


Nama              :  Vina Eka Prasetia N.A.A
Kelas               :  B
Stambuk         :  L1A1 14 059
Kelompok       :  I (Satu)
                                Asisten               :  Firman Nasiu S,pt. M,Sc

JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016
I.     PENDAHULUAN
1.1.       Latar Belakang
Ternak adalah hewan yang dibudidayakan dengan tujuan untuk dimanfaaatkan dan diambil produknya berupa daging, dan telur. Agar ternak dapat menghasilkan produk tersebut dengan optimal maka ternak harus diberikan pakan yang dapat memberikan nutrisi yang dibutuhkan ternak. Nutiri dalam pakan yang diberikan bagi ternak dapat dimanfaatkan dengan mendegrdasi / mencerna pakan tersebut. Pada hewan, bahan makanan yang diubah menjadi energi melalui pencernaan adalah karbohidrat, lemak, protein. Sedangkan yang langsung diserap berupa vitamin, mineral, hormon, air.
Sistem pencernaan adalah penghancuran bahan makanan (mekanis /enzimatis, kimia dan mikrobia) dari bentuk komplek (molekul besar) menjadi sederhana (bahan penyusun) dalam saluran cerna. Proses pencernaan makanan sangat penting sebelum makanan diabsorbsi atau diserap oleh dinding saluran pencernaan. Pola pencernaan pada hewan umumnya sama dengan manusia, yaitu terdiri atas mulut, faring, esophagus, lambung dan usus. Naman, demikian sturktur alat pencernaan berbeda-beda dalam berbagai jenis  hewan, tergantung pada tinggi redahnhya tingkat organiasasi sel hewan tersebut dan jenis makannya.
Hewan Ruminansia adalah hewan pemakan hijauan atau herbivora yang memiliki lambung dengan beberapa ruangan. Hewan ruminansia termasuk dalam sub ordo Ruminansia dan ordonya adalah Artiodaktil atau berkuku belah. Hewan ruminansia memiliki empat lambung, yaitu: Rumen, Retikulum, Omasum, Abomasum. Selain itu hewan ruminansia juga memamah makanan yang telah dicerna atau biasa disebut memamah biak (Apik, 2011).
Pada sistem pencernaan ternak ruminasia terdapat suatu proses yang disebut memamah biak (ruminasi). Pakan berserat (hijauan) yang dimakan ditahan untuk sementara di dalam rumen. Pada saat hewan beristirahat, pakan yang telah berada dalam rumen dikembalikan ke mulut (proses regurgitasi), untuk dikunyah kembali (proses remastikasi), kemudian pakan ditelan kembali (proses redeglutasi). Selanjutnya pakan tersebut dicerna lagi oleh enzim-enzim mikroba rumen. Kontraksi retikulorumen yang terkoordinasi dalam rangkaian proses tersebut bermanfaat pula untuk pengadukan digesta inokulasi dan penyerapan nutrien. Selain itu kontraksi retikulorumen juga bermanfaat untuk pergerakan digesta meninggalkan retikulorumen melalui retikulo-omasal orifice (Junaedi, 2011).
Ayam adalah vertebrate berdarah panas dengan tingkat metabolisms yang tinggi. Temperatur tubuh ayam relatif tinggi. Anak ayam umur sehari (day old chick, DOD) memiliki temperatur tubuh 1020 F (390 Q. Secara bertahap,temperatur tubuh anak ayam meningkat setelah hari ke-4 sampai hari ke-lo dicapai temperatur normal maksimal. Temperatur tubuh ayam dewasa rata-rata sekitar 105-1070 F (40,6-40,70 Q. Temperatur tubuh ayam meningkat sampaisore, kemudian menurun sampai tengah malam. Temperatur induk ayam yang sedang mengeram lebih rendah diban­dingkan induk yang tidak mengeram karena tingkat metabolismenya yang rendah.
Sistem pencernaan unggas berbeda dengan pencernaan hewan lainnya. Unggas tidak memiliki gigi  sehingga  tidak  terjadi pencernaan mekanik di dalam beak. Makanan  akan  langsunmelewati  esophagus  dan  selanjutnya  menuju tembolok  yang  disertai  dengan  sekresi  mukus  oleh  tembolok  yang  berfungsi sebagai pelumas untuk menghaluskan makanan. Tembolok merupakan organ penyimpanan makanan sementara, kapasitas tembolok mampu menampung bolus hingga 250 g. Organ ini banyak terdapat saraf yang berhubungan dengan pusat lapar- kenyang di hipotalamus sehingga banyak sedikitnya pakan di dalam tembolok mempengaruhi tindakan makan atau menghentikan makan. Setelah melewati pelumasan di dalam tembolok, selanjutnya makanan akan menuju pada lambung kelenjar atau proventriculus serta disekresikan enzim pepsin dan amilase oleh organ  tersebut.  Makanan  berlanjut  pada  tahap  pencernaan  di  gizzard  yaitu lambung yang tersusun oleh otot yang kuat berisi pasir atau bebatuan yang akan menghancurkan makanan.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dilakukanlah praktikum ini untuk dapat mengetahui sistem pencernaan ruminansia dan sistem pencernaan unggas.
1.2.  Tujuan
Adapun tujuan dari dilaksanakan praktikum kali ini yaitu:
1. Untuk mengetahui sistem organ pencernaan ternak ruminansia.
2. Untuk  mengetahui sistem pencernaa ternak unggas.
1.3.  Manfaat 
Adapun tujuan dari dilaksanakan praktikum kali ini yaitu:
1.    Dapat mengetahui sistem organ pencernaan ternak ruminansia.
2.    Dapat mengetahui sistem pencernaa ternak unggas.


 
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.   Sistem Pencernaan ruminansia
Ternak ruminansia merupakan ternak yang efisien dalam pemanfaatan pakan. Ruminansia mampu memanfaatkan pakan dengan kualitas rendah dan kandungan serat kasar tinggi. Disamping itu mampu membuat protein sendiri didalam tubuh yang dihasilkan dari sumber pakan (Blakely, 1991).
Sapi adalah hewan pemamah biak , yang berarti mempunyai sistem pencernaan yang memungkinkan penggunaan makanan jika dicerna sebanyak dua kali  kemudian dicerna khusus oleh  mikroorganisme dalam rumen. Mikroba ini terutama bertanggung jawab untuk medenkomposisi selulosa dan karbohidrat menjadi asam lemak volatile ternak yang digunakan sebagai bahan bakar metabolisme utama mereka (Biologigonz, 2010).
Mikroba dalam rumen juga mampu mensintesis asam amino dari non protein nitrogen sumber, seperti urea dan amoniak. Seperti mikroba mereproduksi dalam rumen, generasi tua mati dan sel-sel mereka melanjutkan melalui saluran pencernaan. Sel-sel ini kemudian sebagian dicerna oleh ternak, yang memungkinkan mereka untuk mendapatkan sumber protein berkualitas tinggi. Fitur-fitur ini memungkinkan ternak untuk berkembang pada rumput dan vegetasi lainnya (Bali, 2011).
Sapi memiliki satu perut dengan empat kompartemen, yaitu rumenretikulumomasum dan abomasum, dengan rumen menjadi kompartemen terbesar. Retikulum kompartemen terkecil, yang dikenal sebagai "sarang lebah". Sapi kadang mengkonsumsi benda logam yang disimpan dalam retikulum dan iritasi dari benda logam penyebab penyakit hardware. Fungsi utama omasum adalah untuk menyerap air dan nutrisi dari pakan dicerna. Omasum dikenal sebagai "lapisan banyak". Abomasum adalah seperti perut manusia, inilah mengapa dikenal sebagai "Perut sejati” (Happyfafet, 2011).
Sistem pencernaan pada ternak ruminansia terdiri dari mulut, esofagus, lambung yang terdiri dari rumen, retikulum, omasum, abomasum, usus besar, dan anus (Frandson, 1992). Jenis hewan ruminansia seperti sapi, kerbau, kambing, dan domba memiliki sistem pencernaan yang khas dan sempurna. Alat pencernaannya terbagi atas empat bagian, yang terdiri dari rumen, retikulum, omasum, dan abomasum. Hewan ternak tersebut mampu menampung jumlah bahan makanan yang lebih besar serta mampu mencerna bahan makanan yang kandungan serat kasarnya tinggi. Hewan-hewan ternak yang tergolong memiliki sistem alat pencernaan ini memakan pokok mereka adalah hijauan. Sedangkan kebutuhan akan makanan penguat sekedar tambahan saja (Aak, 2008).
2.1.1.      Mulut
Mulut dan komponennya (gigi, lidah, pipi, dan kelenjar saliva) memiliki tingkat kepentingan yang berbeda pada tiap species (Blakely, 1994). Dentis merupakan organ yang terdapat pada maksila dan mandbula, tertata melengkung seperti tapal kuda, dan melekat pada gingiva. Fungsi dentes dalam proses pencernaan sebagai pendukung utama proses mastikasi, mastikasi merupakan proses fragmentasi pakan yang masuk ke dalam kavum oris (Praseno, 2003).
2.1.2.      Esofagus
Esofagus merupakan saluran yang menghubungkan kavum oris dengan ventrikulus. Hasil mastikasi berupa bolus-bolus pakan akan melalui esofagus menuju ventrikulus. Gerak bolus dalam esofagus disebabkan kontraksi stratum sirkulare, stratum longitudinale, dan stratum oblique yang tersusun spiralis. Kontraksi muskuli tersebut menghasilkan gerak peristaltik (Praseno, 2003). Esofagus terdiri dari otot, sub mukosa, dan mukosa. PH normal pada esofagus ternak ruminansia adalah 7 yang berarti di dalam esofagus bernuansa netral (Frandson, 1992).
2.1.3.      Lambung
            Sistem pencernaan pada sapi atau ruminansia lainnya, agak lebih rumit daripada hewan mamalia lain. Lambung ruminansia merupakan lambung yang komplek yang terdiri dari 4 bagian, yaitu paling depan disebut rumen, kemudian retikulum, omasum, dan abomasum yang berhubungan dengan usus (Darmono, 2005). Ventrikulus (lambung) merupakan organ yang pada dasarnya merupakan tempat proses digesti pakan. Ventrikulus pada ruminansia adalah ventrikulus kompleks. Ruminansia merupakan hewan yang memiliki ventrikulus kompleks. Ventrikulus ruminansia terdiri empat kompartemen, yaitu rumen, retikulum, omasum, dan abomasum (Praseno, 2003).
2.1.4.      Rumen
Rumen merupakan suatu maskular yang besar dan terentang dari diafragma menuju ke pelvis dan hampir menempati sisi kiri dari rongga abdominal (Frandson, 1992). Rumen merupakan lambung pencerna yang sangat penting karena di situ terdapat mikroflora dan mikrofauna yang sangat berperan dalam mencerna makanan dan metabolisme. Aktivitas rumen yang paling penting adalah proses fermentasi makanan oleh mikroba yang mengubah karbohidrat menjadi asam lemak tidak jenuh (Volatil Fatty Acid=VFA), methan, karbon dioksida, dan sel mikroba itu sendiri. Asam lemak volatil (VFA) adalah asam propionat dan asam butirat yang merupakan sumber energi (Darmono, 2005).
2.1.5.      Retikulum
            Retikulum adalah bagian perut (kompartemen) yang paling kranial seperti yang tercermin dari namanya. Kompartemen ini bagian dalamnya diseliputi oleh membran mukosa yang mengandung intersekting ridge yang membagi permukaan itu menjadi permukaan yang menyerupai permukaan sarang lebah (Frandson, 1992). Retikulum, dimana prokariota dan protista simbiotik (khususnya siliata) bekerja pada bahan makanan yang kaya selulosa itu. Sebagai hasil sampingan metabolismenya, mikroorganisme itu mensekresikan asam lemak. Sapi itu secara periodik mengunyah kembali (memamah biak) yang selanjutnya akan dipecah lebih lanjut menjadi serat, sehingga lebih dapat diakses oleh kerja mikroba (Campbell, 2003).
2.1.6.      Omasum
          Omasum merupakan suatu organ yang berisi lamina muskuler yang turun dari alam dorsum atau bagian atap. Omasum terletak di sebelah kanan rumen dan retikulum persis pada kaudal hati. Pertautan antara omasum dan banomasum terdapat suatu susunan lipatam membran mukosa “vela terminalia” yang barangkali berperan sebagai katup untuk mencegah kembalinya bahan-bahan dari abomasum menuju omasum (Frandson, 1992). Omasum, di mana air dikeluarkan. Mamahan itu, yang mengandung banyak sekali mikroorganisme, akhirnya akan lewat melalui omasum (Campbell, 2003).
2.1.7.      Abomasum
          Abomasum terletak ventral dari omasum dan terentang kaudal pada sisi kanan dari rumen (Frandson,1992). Pakan dicerna di abomasum melalui enzim sapi itu sendiri. Karena kerja mikroba itu, makanan dari seekor hewan ruminansia sesungguhnya menyerap nutriennya menjadi lebih kaya dibandingkan dengan rumput yang semula dimakan oleh hewan itu (Campbell, 2003).
2.1.8.      Usus Halus
          Usus halus terbagi atas tiga bagian yaitu duodenum, jejenum, dan ileum. Berdasarkan pada perbedaan-perbedaan struktural histologis atau mikroskop. Duodenum merupakan bagian yang pertama kali dari usus. Jejenum dengan jelas dapat dipisahkan dengan duedenum, yaitu terdapat seperti bintil putih sebagai pembatas. Bagian terakhir dari usus halus adalah ileum. Bagian terminal dari ileum tersambung dengan usus besar atau sekum dan kolon pada ruminansia dari babi, pada bagian kanan dari rongga abdomal. PH normal yang terdapat pada usus halus adalah 7 (Frandson, 1992). Usus halus (intestinum tenue) merupakan saluran ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu duodenum, jejenum, dan ileum. Proses digesti dan absorpsi hasil digesti terjadi pada intestinum tenue (Praseno, 2003).
2.1.9.      Usus Besar
          Usus Besar terdiri dari sekum, kolon, dan rektum. Usus besar tidak menghasilkan enzim karena kelenjar-kelenjar yang ada adalah mukosa, karenanya tiap pencernaan yang terjadi di dalamnya adalah sisa-sisa kegiatan oleh enzim-enzim dari usus halus dan enzim yang dihasilkan oleh jasad-jasad renik yanng banyak terdapat pada usus besar. Didalam sekum akan terjadi pencernaan fermentatif (Frandson, 1992). Usus besar atau intestinum krassum merupakan terdiri dari kolon, rektum, dan kloaka. Dinding saluran ini banyak mengandung nodus limfatikus. Fungsi saluran adalah sebagai tempat proses pembusukkan sisa digesti (pembentukkan feses) dan proses reabsorpsi air dan partikel terlarut di dalamnya (Praseno, 2003).
2.2.  Sistem Pencernaan unggas
Ayam pedaging merupakan salah satu jenis komoditi peternakan yang menghasilkan gizi dan memiliki aspek ekonomi yang cukup potensial. Beternak ayam pedaging mempunyai keuntungan tersendiri yakni siklus hidupnya yang pendek, pertumbuhannya cepat, mempunyai manfaat lain dimana kotorannya dapat digunakan sebagai pupuk kandang dan dapat menghasilkan nilai ekonomis seperti karung bekas makanan ternak yang banyak kegunaannya dan laku serta dagingnya dipasarkan terjangkau oleh masyarakat banyak (Rasyaf,1994).
Sistem pencernaan unggas berbeda dari sistem pencernaan mamalia dalam hal unggas tidak mempunyai gigi guna memecah makanan secara fisik. Lambung kelenjar pada unggas disebut proventikulus. Antara proventikulus dan paruh terdapat suatu pelebaran kerongkongan disebut tembolog. Makanan disimpan untuk sementara waktu dalam tembolok. Kemudian makanan tersebut dilunakkan sebelumnya menuju ke proventikulus. Makanan kemudian secara cepat masuk ke ventrikulus / empedal. Fungsi utama empedal adalah untuk menghancurkan dan menggiling makanan kasar. Pekerjaan tersebut dibantu loleh grit yang ditimbun unggas semenjak mulai menetas.
2.2.1.  Mouth (Mulut)
Mulut unggas umumnya disebut dengan paruh. Mulut sangat penting untuk proses pengambilan makanan. Selain untuk mengambil mulut pada unggas berfungsi untuk menyobek,memecahkan makanan atau mangsanya. Bentuk paruh unggas bermacam-macam menyesuaikan dengan makanan utamanya. Unggas akan memilih-milih makanan sesuai dengan ukuran mulut atau paruhnya. Menurut Amrullah (2004) bentuk paruh pada unggas disuaikan dengan bentuk makananyaparuh runcing jika makanan utamanya adalah bijian kecil, dan berbentuk runcing bengkok dapat digunakan untuk menyobek mangsanya dan memecah bijian yang besar yang keras serta berbentuk seperti sendok sehingga mudah digunakan untuk menyaring dan menangkap makanan yang bercampur air.Mulut pada unggas ditandai dengan tidak adanya bibir, pipi, dan gigi. Pengganti fungsi gigi pada mulut unggas terdapat pada lidah dan juga paruh
            Terjadi proses pencernaan enzimatis dimulut dengan bantuan enzim saliva dalam jumlah sedikit. Ezim dikeluarkan dalam mulut juga untuk membantu pada proses penelanan. Makanan selama dalam mulut tidak terjadi mastikasi, karena makanan lewat dengan cepat masuk lewat oesophagus. Menurut Yuwanta (2004), mulut menghasilkan saliva yang mengandung amylase danmaltase saliva dan produksi saliva 7 sampai 30 ml/ hari tergantung pada jenis pakan. Sekresi saliva dipacu oleh syaraf parasimpatik.
2.2.2.      Oeshophagus (Tenggorok)
           Esophagus sering disebut juga kerongkongan yang berupa pipa tempat pakan, melalui saluran ini dari bagian belakang mulut (pharynx) ke proventrikulus. Bagian dalam kerongkngan terdapat kelenjar mukosa yang berfungsi membasah makanan sehngga makanan menjadi licin. Pada dinding kerongkongan terdapat otot-otot yang mengatur gerakan peristaltic, yaitu gerak meremas-remas makanan yang berbentuk gumpalan-gumpalan untuk didorong masuk ke proventrikulus. (North, 1978).
2.2.3.      Crop (Tembolok)
Sebelum kerongkongan memasuki rongga tubuh, ada bagian yang melebar di salah satu sisinya menjadi kantong yang di kenal sebagai crop (tembolok). Tembolok berperan sebagai tempat penyimpanan pakan. Sedikit atau bahkan tidak ada proses pencernaan di sini, kecuali pencampuran sekresi saliva dari mulut yang di lanjutkan aktivitasnya di tembolok. Pada tembolok terdapat syaraf yang berhubungan dengan pusat kenyang-lapar di hipotalamus sehingga banyak sedikitnya pakan yang terdapat dalam tembolok akan memberikan respon pada syaraf untuk makan atau menghentikan makan. (North, 1978). Pakan unggas yang berupa serat kasar dan bijian tinggal di dalam tembolok selama beberapa jam untuk proses pelunakan dan pengasaman (Akoso, 1993). Hal ini disebabkan pada tembolok terdapat kelenjar yang mengeluarkan getah yang berfungsi untuk melunakkan makanan (Sudaryati, 1994).
2.2.4.      Proventriculus (Lambung Kelenjar)
            Proventriculus merupakan perbesaran terakhir dari oesophagus dan juga merupakan perut sejati dari ayam. Juga merupakan kelenjar, tempat terjadinya pencernaan secara enzimatis, karena dindingnya disekresikan asam klorida, pepsin dan getah lambung yang berguna mencerna protein (Nesheim et al., 1979). Sel kelenjar secara otomatis akan mengeluarkan cairan kelenjar perut begitu makanan melewatinya dengan cara berkerut secara mekanis (Akoso, 1993).
2.2.5.      Gizzard (Empedal/Rempela)
Gizzard disebut juga muscular stomach (perut otot) atau empedal. Lokasinya berada diantara ventriculus dan bagian atas usus halus. Fungsi utama empedal adalah melumatkan pakan dan mencampur dengan air menjadi pasta yang dinamakan chymne.Ukuran dan kekuatan empedal dipengaruhi oleh kebiasaan makan ayam tersebut.Ayam yang dipelihara empedalnya lebih kuat dari pada ayam yang dikurung (Yuwanta, 2004).   
Mukosa permukaan gizzard mensekresikan coilin yang berfungsi melindungi permukaan empedal terhadap kerusakan yang mungkin di sebabkan oleh pakan atau zat lain yang tertelan. Didalam gizzard terjadi pencernaan secara mekanik yang dibantu oleh grit (bebatuan) untuk membantu memecah pakan.              Partikel pakan yang lebar besar menyebabkan kontraksi juga semakin cepat.Partikel pakan segera digiling menjadi partikel kecil yang mampu melalui saluran usus. Material halus akan masuk gizzard dan keluar lagi dalam beberapa menit, tetapi pakan berupa material kasar akan tinggal di gizzard untuk beberapa jam. Gastric juice tidak dapat bekerja atau mencerna cellulose, biji-bijian dan tidak dapat bekerja aktif sebelum makanan tadi dihaluskan dan dihomogenkan oleh fungsi gizzard. Gizzard juga berfungsi sebagai filter, bahkan makanan yang telah halus masuk kedalam duodenum satu menit setelah terbentuk ingesta (Muljowati, 1999).
2.2.6.      Usus Halus
Diusus halus terjadi pemecahan nutrient dalam pakan secara enzimatis dan terjadi penyerapan hasil pemecahan enzimatis. Usus halus merupakan saluran yang berbentuk spiral sehingga menempati ruang yang kecil. Dinding usus halus memiliki tonjolan-tonjolan mirip jari (villi)  yang meningkatkan permukaan usus halus dalam penyerapan nutrient. Sel-sel di dinding usus halus mengeluarkan berbagai enzim yang membantu pencernaan dan penyerapan hasil akhir pencernaan makanan. Usus halus dibagi menjadi 3 segmen yaitu duodenum, jejunum dan ileum.
a.    Duodenum (Usus 12 Jari) 
 Duodenum (usus 12 jari) merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan. Usus dua belas jari bertanggung jawab untuk menyalurkan makanan ke usus halus. Secara histologis, terdapat kelenjar Brunner yang menghasilkan lendir. Dinding usus dua belas jari tersusun atas lapisan-lapisan sel yang sangat tipis yang membentuk mukosa otot.
b.   Jejunum atau usus Kosong
Jejenum atau usus Kkosong adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium. Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus penyerapan secara makroskopis. Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti "lapar" dalam bahasa Inggris modern. Arti aslinya berasal dari bahasa Laton, jejunus, yang berarti "kosong".
c.       Ileum atau usus penyerapan
Ileum atau usus penyerapan adalah bagian terakhir dari usus halus dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu. 
2.2.7.      Cecum atau Usus Buntu (Ceca)
Diantara usus halus dan usus besar, terdapat dua kantong yang disebut sebagai ceca(usus buntu). Dalam keadaan normal, panjang setiap ceca cekitar 6 inci atau 15 cm. Pada unggas dewasa yang sehat, ceca berisi pakan lembut yang keluar-masuk. Akan tetapi, tidak ada bukti mengenai peran serta dalam pencernaan. Hanya sedikit air terserap, sedikit karbohidrat dan protein dicerna berkat bantuan beberapa bakteri.
2.2.8.      Large Intestine (Usus Besar)
Large intestine  berupa saluran yang mempunyai diameter dua kali dari diameter small intentine dan berakhir pada kloaka (North, 1978). Usus besar paling belakang terdiri dari rektum yang pendek dan bersambungan dengan kloaka (Akoso, 1993).Pada large intestine terjadi reabsorbsi air untuk meningkatkan kandungan air pada sel tubuh dan  mengatur keseimbangan air pada unggas (North, 1978).
2.2.9.      Cloaca
Kloaka merupakan bagian akhir dari saluran pencernaan. Kloaka merupakan lubang pelepasan sisa-sisa digesti, urin dan merupakan muara saluran reproduksi (North, 1978). Air kencing yang sebagian berupa endapan asam urat dikeluarkan melalui kloaka bersama tinja dengan bentuk seperti pasta putih (Akoso, 1993).
2.2.10.  Organ Tambahan
Organ tambahan mempunyai hubungan dengan saluran pencernaan dengan adanya suatu duktus yang berfungsi sebagai saluran untuk mengekskresikan material dari organ tambahan ke saluran pencernaan yang berguna untuk kelancaran proses pencernaan pakan. Ada tiga organ pencernaan tambahan yaitu hati, pankreas dan limpa (North, 1978).
a.      Hati
Hati terletak diantara gizzard dan empedu, berwarna kemerahan dan terdiri dari  dua  lobus,  yaitu  lobus dexter  dan  sinister.   Hati mengeluarkan cairan berwarna hijau kekuningan yang berperan dalam mengemulsikan lemak (North, 1978). Cairan tersebut tersimpan di dalam sebuah kantung yang disebut kantung empedu yang terletak di lobus sebelah kanan. Makanan yang berada pada duodenum akan merangsang kantung empedu untuk mengkerut dan menumpahkan cairan empedu (Akoso, 1993). Hati juga menyimpan energi siap pakai (glikogen) dan menguraikan hasil sisa protein menjadi asam urat yang dikeluarkan melalui ginjal (Lehninger, 1994).
b.   Pankreas
Pankreas adalah sebuah (glandula tubule alveolar) yang memiliki bagian endokrin dan eksokrin. Bagian endokrin dari pankreas menghasilkan hormone insuline (sel beta) dan glukagon (sel alfa). Bagian eksokrin menghasilkan getah pencernaan yang menghasilkan enzim pepsinogen, tripsinogen (Frandson, 1992). Pankreas mensekresikan getah pankreas (pancreatic juice) yang berfungsi dalam pencernaan pati, lemak, dan rotein. Hati mensekresikan getah empedu yang disekresikan ke dalam duodenum.
c.    Limpa
Limpa berbentuk agak bundar, berwarna kecoklatan dan terletak pada titik antara proventriculus, gizzard dan hati (Jull, 1971). Fungsi dari limpa sampai sekarang belum diketahui, hanya diduga sebagai tempat untuk memecah sel darah merah dan untuk menyimpan Fe dalam darah.






III. METODELOGI PRAKTIKUM
3.1. Waktu Dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari sabtu 4 April, 2016 dan bertempat di Kandang Ternak Unggas Jurusan Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo.
3.2. Materi Praktikum
Alat yang  diggunakan dalam praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat beserta kegunaan yang digunakan dalam praktikum
No
Alat
Kegunaan
1
2


3

4
Alat tulis
Sarung tangan


Meja

Kamera
Untuk mencatat hasil pangamatan
Untuk mencegah tangan agar tidak terkena mikroba yang terdapat di dalam saluran pencernaan ternak ruminansia dan ynggas
Untuk tempat diletakkan organ saluran pencernaan ruminansia dan unggas
Untuk mengambil gambar saluran pencernaan ruminansia dan unggas

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Bahan  Beserta Kegunaan Yang Digunakan Dalam Praktikum
No
Bahan pengamatan
Kegunaan
1

2
Saluran pencernaan ruminansia
Saluran pencernaan unggas
Sebagai bahan objek yang diamati

Sebagai bahan objek yang diamati

3.3. Prosedur Kerja
Adapu prosedur kerja dalam praktikum ini yaitu:
1.      Menyiapkan bahan berupa organ-organ pencernaan ruminansia dan organ-organ pencernaan unggas serta menyiapkan alat yang akan digunakan,
2.      Bagian-bagian organ pencernaan pada ruminansia dan unggas dipisah-pisahkan, kemudian diberi tanda menggunakan kertas yang telah ditulisi nama-namanya masing-masing
3.      Mengidentifikasi organ pencernaan ruminansia dan organ pencernaan unggas
4.      Melakukan dokumentasi
5.      Menulis hasil dokumentasi


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Sistem Pencernaan pada Ruminansia
4.1.1.Rumen
Tabel 1. Gambar Rumen
Fapet Uho

Nutrisi dan Makan Ternak

Gambar Hasil Praktikum
Gambar Internat
     
     
Ket : 1. Papila Rumen
         2.Serat-serat Kasar
Ket : 1. Papila Rumen

4.1.2. Retikulum
Fapet Uho

Nutrisi dan Makan Ternak

Gambar Hasil Praktikum
Gambar Internat
          
       
Ket : 1. Bolus Retikulum
Ket : 1. Papila Rumen











V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa:
1.    Saluran sistem pencernaan ternak ruminansia terdiri dari Oesophagus, rumen, reticulum, omasum, abomasums, usus halus, cecum, usus besar, rectum, dan anus.
2.    Saluran sistem pencernaan ternak unggas terdiri dari Mulut, esophagus (kerongkogan), crop ( tembolok). Proventikulus (lambung kelenjar), gizzard (empedal), duodenum, usus halus, ceca, rectum, kloaka, vens( anus). Dan terdapat organ tambahan seperti hati, pangkreas, limpa.

5.2. Saran
            Saran yang dapat saya samapaikan kali ini saya harap para praktikan harus memperhatikan saat dosen menjelaskan dan apabila ada yang tidak dimengerti segara langsung bertanya sma dosennya.







DAFTAR PUSTAKA
Aak. “Sapi Potong dan Kerja”. Yogyakarta : Kanisius. 1991.
Anonim. “Sistem Pencernaan Makanan Hewan Memamah Biak”. (2000).             http://bebas.vlsm.org/v12/sponsor/SponsorPendamping/Praweda/Biologi/0066        %20Bio% 202-5d.htm. (16 Desember 2012)
Apik. “Pencernaan Ruminansia VS Non-ruminansia”. (2011). http://apikdewefpp
            undip2011.wordpress.com/2012/04/05/pencernaan-ruminansiavs-non-         ruminansia. (16 Desember 2012).

              Ardianto, Aris. “Ternak Ruminansia dan Non Ruminansia”. (2012).           http://ayisakin.blog spot.com/2012/03/ternak-ruminansia-dan-non-          ruminansia.html. (16 Desember 2012).
              Blakely, James dan David H. Bade.“Ilmu Peternakan edisi IV”. Yogyakarta : Gadjah       Mada University Press. 1991.
              Hasanah. Perbedaan hewan ruminansia dan non ruminansia”. (2011).           http://mellyhatulhasanah.blogspot.com/2011/11/perbedaan-hewan-ruminansia-          dan-non.html. (16 Desember 2012).
Hidayah, Nur. “Mikrobiologi In Vitro”. (2011)http://www.scribd.com/Laporan-Mikrob-in. (16 Desember 2012).
Junaedi. Sistem Pencernaan Ternak Ruminansia. (2011). http://peternakan junaedi.blogspot.com/2011/06/sistem-pencernaan-ternakruminansia.html. (16 Desember 2012).
Tim Dosen dan Asisten. “Penuntun Praktikum Ilmu Ruminansia dan
            Ruminansia”. Makassar : Universitas Islam Negeri Alauddin.2012.
Wawang, Andi. Ternak Sapi dan Kegunaannya”. (2008). http:      //andiwawantonra.blogspot.com/2008/09/ternak-sapi-dankegunaannya.ht ml.   (16 Desember 2012).

Akoso, B.T. 1998. Kesehatan Unggas. Kanisius. Yogyakarta.

Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT Gramedia Pustaka,
Jakarta.

Frandson. 1992. Anatomi Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University
Press.Yogyakarta.

Fadilah R, A. Polana (2005) aneka penyakit pada ayam dan cara mengatasinya.
Agro media Pustaka, Depok
Rasyaf, M. 1997. Penyajian Makanan AyamPetelur. Kanisius, Jakarta.

Rasyaf, M (2011) Panduan peternak ayam pedaging. Penebar suwadaya Jakarta.

Sarwono, B. 1993. Ragam Ayam Piaraan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Soegiarsih, P. 1990. Diktat Ilmu Ternak Unggas. Fakultas Peternakan Universitas
Diponegoro. Semarang.

Srigandono, B. 1997. Produksi Unggas Air. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.

Suprijatna E, U Atmomarsono,R Kartasudjana (2008) Ilmu dasar ternak Unggas.
Penebar, swadaya, Jakarta.

Yuwanta, T (2004) Dasar Ternak Unggas. Kanisisus Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar