Tugas!!
BAHAN PAKAN DAN
FORMULASI RANSUM
(Metabolit
Sekunder, Lignin, Tanin dan Terpena)
Oleh:
VINA EKA PRASETIA NUR AULIA ANISA
L1A1 14 059
B
JURUSAN
PETERNAKAN
FAKULTAS
PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016
PEMBAHASAN
1. Metabolit
Sekunder
Adalah senyawa metabolit
yang tidak esensial bagi pertumbuhan organisme dan ditemukan dalam bentuk yang
unik atau berbeda-beda antara spesies yang satu dan lainnya.
Setiap organisme
biasanya menghasilkan senyawa metabolit sekunder yang berbeda-beda, bahkan
mungkin satu jenis senyawa metabolit sekunder hanya ditemukan pada satu spesies dalam
suatu kingdom.
Senyawa ini juga tidak selalu dihasilkan, tetapi hanya pada saat dibutuhkan
saja atau pada fase-fase tertentu. Fungsi metabolit sekunder adalah untuk
mempertahankan diri dari kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan, misalnya
untuk mengatasi hama
dan penyakit,
menarik polinator,
dan sebagai molekul sinyal.
Singkatnya, metabolit sekunder digunakan organisme untuk
berinteraksi dengan lingkungannya.
Senyawa metabolit sekunder
diklasifikasikan menjadi 3 kelompok utama, yaitu:
a.
Terpenoid (Sebagian
besar senyawa terpenoid mengandung karbon dan hidrogen serta disintesis melalui
jalur metabolisme asam mevalonat.) Contohnya
monoterpena, seskuiterepena, diterpena, triterpena, dan polimer terpena.
b.
Fenolik (Senyawa ini terbuat dari gula
sederhana dan memiliki cincin benzena, hidrogen, dan oksigen
dalam struktur kimianya.) Contohnya asam fenolat, kumarina, lignin, flavonoid,
dan tanin.
Sebagian besar tanaman penghasil senyawa metabolit sekunder memanfaatkan
senyawa tersebut untuk mempertahankan diri dan berkompetisi dengan makhluk
hidup lain di sekitarnya. Tanaman dapat menghasilkan metabolit sekunder (seperti: quinon, flavonoid, tanin,
dll.) yang membuat tanaman lain tidak dapat tumbuh di sekitarnya. Hal ini disebut sebagai alelopati. Berbagai senyawa metabolit sekunder telah digunakan
sebagai obat atau model untuk membuat obat baru, contohnya adalah aspirin yang
dibuat berdasarkan asam salisilat yang secara alami terdapat pada
tumbuhan tertentu.
Manfaat lain dari metabolit sekunder adalah sebagai pestisida
dan insektisida, contohnya adalah rotenon dan rotenoid.
Beberapa metabolit sekunder lainnya yang telah digunakan dalam memproduksi
sabun, parfum, minyak herbal, pewarna, permen karet, dan plastik alami adalah
resin, antosianin, tanin, saponin, dan minyak volatil.
Beberapa contoh dari metabolit sekunder adalah:
Kelas
|
Contoh Senyawa
|
Contoh Sumber
|
Efek dan Kegunaan
|
SENYAWA
MENGANDUNG NITROGEN
|
|||
Alkaloid
|
Nikotin, kokain, teobromin
|
Tembakau, coklat
|
Mempengaruhi
neurotransmisi dan menghambat kerja enzim
|
TERPENOID
|
|||
Monoterpena
|
Mentol, linalool
|
Tumbuhan mint dan banyak
tumbuhan lainnya
|
Mempengaruhi neurotransmisi,
menghambat transport ion, anestetik
|
Diterpena
|
Gossypol
|
Kapas
|
Menghambat fosforilasi, toksik
|
Triterpena, glikosida kardiak (jantung)
|
Digitogenin
|
Digitalis (Foxglove digitalis
sp.)
|
Stimulasi otot jantung,
memengaruhi transpor ion
|
Sterol
|
Spinasterol
|
Bayam
|
Mempengaruhi kerja hormon
hewan
|
FENOLIK
|
|||
Asam fenolat
|
Kafeat, klorogenat
|
Semua tanaman
|
Menyebabkan kerusakan oksidatif,
timbulnya warna coklat pada buah dan wine.
|
Tannins
|
gallotanin, tanin
terkondensasi
|
oak, kacang-kacangan
|
Mengikat protein, enzim,
menghambat digesti, antioksidan.
|
Lignin
|
Lignin
|
Semua tanaman darat
|
Struktur, serat
|
2. Lignin (Zat Kayu)
Merupakan salah
satu zat komponen penyusun tumbuhan. Komposisi bahan
penyusun ini berbeda-beda bergantung jenisnya. Lignin terutama terakumulasi
pada batang
tumbuhan berbentuk pohon dan semak. Pada batang,
lignin berfungsi sebagai bahan pengikat komponen penyusun lainnya, sehingga
suatu pohon bisa berdiri tegak (seperti semen pada sebuah batang beton). Berbeda dengan selulosa
yang terbentuk dari gugus karbohidrat, struktur kimia
lignin sangat kompleks dan tidak berpola sama. Gugus aromatik
ditemukan pada lignin, yang saling dihubungkan dengan rantai alifatik,
yang terdiri dari 2-3 karbon. Proses pirolisis
lignin menghasilkan senyawa kimia aromatis
berupa fenol, terutama kresol.
3. Tanin (Tanin Nabati)
Sebagai lawan
tanin sintetik adalah suatu senyawa
polifenol yang berasal dari tumbuhan,
berasa pahit dan kelat, yang bereaksi dengan dan menggumpalkan protein,
atau berbagai senyawa organik lainnya termasuk asam
amino dan alkaloid.
Tanin (dari bahasa
Inggris tannin; dari bahasa Jerman Hulu Kuno tanna,
yang berarti “pohon
ek” atau “pohon berangan”) pada mulanya merujuk pada penggunaan
bahan tanin nabati dari pohon ek untuk menyamak belulang (kulit mentah) hewan
agar menjadi kulit masak yang awet dan lentur. Namun kini pengertian tanin
meluas, mencakup aneka senyawa polifenol berukuran besar yang mengandung cukup
banyak gugus hidroksil dan gugus lain yang sesuai (misalnya karboksil)
untuk membentuk perikatan kompleks yang kuat dengan protein dan makromolekul
yang lain. Senyawa-senyawa tanin ditemukan pada banyak jenis tumbuhan; berbagai
senyawa ini berperan penting untuk melindungi tumbuhan dari pemangsaan oleh herbivora
dan hama,
serta dalam pengaturan pertumbuhan. Tanin yang terkandung dalam buah muda menimbulkan rasa kelat (sepat); perubahan-perubahan
yang terjadi pada senyawa tanin bersama berjalannya waktu berperan penting
dalam proses pemasakan buah.
Kandungan tanin
dari bahan organik (serasah, ranting dan kayu)
yang terlarut dalam air hujan (bersama aneka subtansi humus),
menjadikan air yang tergenang di rawa-rawa
dan rawa
gambut berwarna coklat kehitaman seperti air teh, yang
dikenal sebagai air hitam (black water). Kandungan tanin pula yang
membuat air semacam ini berasa kesat dan agak pahit.
·
Manfaat tanin dapat di lihat sebagai
berikut :
Tanin terutama
dimanfaatkan orang untuk menyamak kulit agar awet dan mudah digunakan. Tanin
juga digunakan untuk menyamak (mengubar) jala, tali, dan layar agar lebih tahan
terhadap air laut.
Selain itu tanin dimanfaatkan sebagai bahan pewarna, perekat, dan mordan. Tanin yang
terkandung dalam minuman seperti teh, kopi, anggur, dan bir memberikan aroma dan
rasa sedap yang khas. Bahan kunyahan seperti gambir
(salah satu campuran makan sirih) memanfaatkan tanin yang terkandung di dalamnya untuk
memberikan rasa kelat ketika makan sirih. Sifat pengelat atau pengerut (astringensia) itu sendiri
menjadikan banyak tumbuhan yang mengandung tanin dijadikan sebagai bahan
obat-obatan. Tanin yang
terkandung dalam teh memiliki korelasi yang positif antara kadar tanin pada teh
dengan aktivitas antibakterinya terhadap penyakit diare yang disebabkan oleh
Enteropathogenic Esclierichia culi (EPEC) pada bayi. Hasil
penelitian Yulia (2006) menunjukkan bahwa daun teh segar yang belum mengalami
pengolahan lebih berpotensi sebagai senyawa antibakteri, karena seiring dengan
pengolahan menjadi teh hitam, aktivitas senyawa-senyawa yang berpotensi sebagai
antibakteri pada daun teh menjadi berkurang.
·
Pakan ternak
Tanin yang terkandung dalam pakan
ternak seperti pada daun kaliandra, dapat menjadi anti nutrisi pada ternak
ruminansia jika dikonsumsi berlebih. Hal ini dapat diatasi dengan cara
melakukan manipulasi proses pencernaan oleh mikroba rumen dengan menginokulasi
isolasi bakteri toleran tanin supaya mengoptimalkan pemanfaatan kaliandra
sebagai sumber pakan.
Tanin mampu
memproteksi protein bahan pakan, seperti daun katuk, sehingga tidak
terdegradasi di rumen.
Tanin juga
bermanfaat sebagai agensia pelindung asam lemak tak jenuh, sehingga tidak
terdegradasi oleh mikroba rumen dalam sistem pencernaan ruminansia
·
Penyamakan
Dalam proses penyamakan, tanin bereaksi
dengan protein dari belulang. Proses ini akan mengawetkan kulit dari
serangan-serangan bakteri. Di samping
itu, penyamakan akan memberi warna tertentu, serta membentuk kepadatan dan
kelenturan kulit tersamak yang berbeda-beda; bergantung kepada sifat-sifat
kulit asal dan kepada proses penyamakan yang digunakan. proses penyamakan dapat
menggunakan tanin dari kulit kayu akasia sebagai bahan penyamak nabati.
·
Perekat kayu
Tanin yang terkandung dalam tanaman
bakau dan akasia dapat di ekstrak yang dapat dijadikan perekat kayu
lamina.Perekat autokondensat tanin bakau dan akasia memiliki nilai keteguran
geser kayu laminanya yang tidak berbeda dengan menggunakan perekat
fenolformaldehida dan ureaformaldehida.
4. Terpena
Merupakan suatu golongan hidrokarbon yang banyak
dihasilkan oleh tumbuhan dan terutama
terkandung pada getah dan vakuola selnya. Pada
tumbuhan, senyawa-senyawa golongan terpena dan modifikasinya, terpenoid, merupakan metabolit
sekunder. Terpena dan terpenoid dihasilkan pula oleh sejumlah hewan, terutama serangga dan beberapa
hewan laut. Di samping sebagai metabolit sekunder, terpena merupakan kerangka
penyusun sejumlah senyawa penting bagi makhluk hidup. Sebagai contoh,
senyawa-senyawa steroid adalah turunan
skualena, suatu triterpena; juga karoten dan retinol. Nama
"terpena" (terpene) diambil dari produk getah tusam, terpentin (turpentine).
Terpena dan terpenoid menyusun banyak minyak atsiri yang
dihasilkan oleh tumbuhan. Kandungan minyak atsiri memengaruhi penggunaan produk
rempah-rempah, baik sebagai bumbu, sebagai wewangian, serta sebagai bahan
pengobatan, kesehatan, dan penyerta upacara-upacara ritual. Nama-nama umum
senyawa golongan ini seringkali diambil dari nama minyak atsiri yang
mengandungnya. Lebih jauh lagi, nama minyak itu sendiri diambil dari nama (nama
latin) tumbuhan yang menjadi sumbernya ketika pertama kali diidentifikasi.
Sebagai misal adalah citral, diambil dari minyak yang diambil dari
jeruk (Citrus).
Contoh lain adalah eugenol, diambil dari
minyak yang dihasilkan oleh cengkeh (Eugenia
aromatica).
Terpenoid disebut juga isoprenoid. Hal
ini dapat dimengerti karena kerangka penyusun terpena dan terpenoid adalah isoprena (C5H8).
·
Tipe terpena dan terpenoid
Terpena memiliki rumus dasar (C5H8)n,
dengan n merupakan penentu kelompok tipe terpena. Modifikasi terpena (disebut
terpenoid, berarti "serupa dengan terpena") adalah senyawa dengan
struktur serupa tetapi tidak dapat dinyatakan dengan rumus dasar. Kedua
golongan ini menyusun banyak minyak atsiri.
a.
Hemiterpena, n=1, hanya
isoprena.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar