Makalah…!!
MANAJEMEN
PASTURA
“Pengaruh Pola
Penanaman Campuran Rumput dan Leguminosa Terhadap Penyediaan Hijauan Pakan
Ternak”
Oleh:
VINA EKA
PRASETIA NUR AULIA ANISA
L1A1 14 059
C
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS
HALU OLEO
KENDARI
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Keberhasilan suatu peternakan tidak pernah lepas dari efisiensi kualitas dan
kuantitas pakan. Hijauan pakan ternak atau biasa disebut
Hijauan Makanan Ternak (HMT) merupakan bahan pakan yang sangat penting
bagi ternak terutama ternak ruminansia seperti sapi, kerbau,
kambing, dan domba. Hijauan pakan ternak menjadi bahan pakan yang sangat
disukai oleh ternak ruminansia.
Hijauan yang merupakan sumber
makanan ternak terutama ternak ruminansia selain merupakan kebutuhan pokok
untuk pertumbuhan dan sumber tenaga, juga merupakan komponen yang sangat
menunjang bagi produksi dan reproduksi ternak.Jenis hijauan seperti rumput
maupun kacang-kacangan (leguminosa) dalam bentuk segar atau kering haruslah
tersedia dalam jumlah yang cukup sepanjang tahun karena jenis hijauan ini
umum dikonsumsi oleh ternak. Pada prinsipnya hijauan yang disajikan pada ternak
perlu memiliki sifat-sifat yaitu disukai (palatable), mudah dicerna, nilai
gizinya tinggi dan dalam waktu yang pendek maupun tumbuh kembali. Hijauan
pakan ternak dibagi kedalam dua bagian yaitu bangsa rumput-rumputan dan
leguminosa (semak dan pohon).
Masalah
yang sering dihadapi oleh peternak ruminansia adalah keterbatasan penyediaan
pakan baik secara kuantitatif, kualitatif, maupun kesinambungannya sepanjang
tahun. Salah satu upaya untuk menanggulangi masalah tersebut adalah dengan
mencari bahan pakan alternatif yang relatif murah, tidak bersaing dengan
kebutuhan manusia, mudah didapat, dan tersedia sepanjang tahun. Pengembangan
pakan alternatif dapat dilakukan dengan menggunakan sumberdaya lokal yang harus
dimulai dari pengetahuan akan ketersediaan dan pengaruhnya terhadap kebutuhan
nutrisi ternak, berupa limbah pertanian atau hasil sampingan dari pengolahan
bahan hasil tanaman pangan serta dilakukannya integrasi terhadap rumput dengan
leguminosa untuk mengupayakan ketersediaannya hijauan pakan ternak sepanjang tahun.
1.2.Rumusan
Masalah
Rumusan
masalah dalam penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut :
1.
Bagaimana pengaruh pola penanaman campuran rumput dan leguminosa terhadap
penyediaan hijauan pakan ternak ?
1.3.Tujuan
Tujuan
dalam penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Untuk
mengetahui pengaruh pola penanaman campuran rumput dan leguminosa terhadap
penyediaan hijauan pakan ternak.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Hijauan Makanan Ternak
Hijauan Makanan Ternak atau HMT adalah hijauan atau rumpu-rumputan
yang memiliki angka kecukupan gizi yang tepat untuk ternak ruminansia, tidak
semua rumput dapat dikategorikan hijauan makanan ternak. Peternak perlu menanam
sendiri rumput-rumput unggul yang dikategorikan sebagai HMT tersebut
(Martawidjaja, 2003). HMT merupakan salah satu bahan makanan ternak yang sangat
diperlukan dan besar manfaatnya bagi kehidupan dan kelangsungan populasi
ternak. HMT dijadikan sebagai salah satu bahan makanan dasar dan utama untuk
mendukung peternakan ternak ruminansia, terutama bagi peternak sapi potong
ataupun sapi perah yang setiap harinya membutuhkan cukup banyak hijauan.
Kebutuhan hijauan akan semakin banyak sesuai dengan bertambahnya jumlah
populasi ternak yang dimiliki. Kendala utama di dalam penyediaan hijauan pakan
untuk ternak terutama produksinya tidak tetap sepanjang tahun. Saat musim
penghujan, produksi hijauan makanan ternak akan melimpah, sebaliknya pada saat
musim kemarau tingkat produksinya akan rendah, atau bahkan dapat berkurang sama
sekali (Sumarno, 1998).
Hijauan
merupakan sumber pakan utama untuk ternak ruminansia, sehingga untuk
meningkatkan produksi ternak ruminansia harus diikuti oleh peningkatan
penyediaan hijauan pakan yang cukup baik dalam jumlah maupun kualitas.
Hijauan pakan ternak yang umum diberikan untuk ternak ruminansia adalah
rumput-rumputan yang berasal dari padang penggembalaan atau kebun rumput,
tegalan, pematang serta pinggiran jalan.
Peranan hijauan sebagai pakan adalah: 1) Mengandung hampir
semua zat yang diperlukan hewan; 2) Khususnya di Indonesia, bahan pakan
hijauan memegang peranan sangat penting, karena bahan tersebut diberikan dalam
jumlah yang besar. Masing-masing ternak ruminansia, setiap harinya membutuhan
konsumsi pokok berupa hijauan pakan ternak ± 10% dari beratnya. Dalam ransum
ternak ruminansia, rumput lebih banyak digunakan. Hal ini dikarenakan selain
harganya lebih murah juga untuk memperolehnya relatif lebih mudah. Di samping
itu, produktivitas rumput relatif lebih tinggi dan lebih tahan terhadap tekanan
defoliasi (pemotongan dan renggutan).
Beberapa faktor yang menghambat penyediaan hijauan pakan,
yakni terjadinya perubahan fungsi lahan yang sebelumnya sebagai sumber hijauan
pakan menjadi lahan pemukiman, lahan untuk tanaman pangan dan tanaman industri.
Untuk mengatasi kekurangan rumput ataupun hijauan pakan lainnya salah satunya
adalah pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan. Berdasarkan sumbernya
hijauan dapat digolongkan dalam 2 golongan yaitu :
2.1.1.
Rumput –
rumputan (Gramineae)
Rumput adalah tanaman yang paling efisien untuk merubah
sinar matahari menjadi biomassa dan pada saat yang sama mengkonversi
karbondioksida menjadi oksigen. Ternak ruminansia mampu mengubah biomassa ini,
yang umumnya tidak dapat dicerna oleh manusia, menjadi protein berkualitas
tinggi melalui aktifitas mikroorganisme dalam rumen mereka. Rumput-rumput
memberikan tutupan tanah yang baik untuk mengurangi erosi sementara akar yang
sangat halus akan membentuk bahan organik dan membantu penyusupan air ke dalam tanah
(Sutaryono dan Partridge, 2002).
2.1.2.
Leguminosa
Leguminosa termasuk dicotyledoneus dimana
embrio mengandung dua daun biji/cotyledone. Famili legume dibagi menjadi 3
group sub famili, yaitu: mimisaceae, tanaman kayu dan herba dengan bunga
“regular”, caesalpinaceae, tanaman dengan bunga “irregular” dan papilonaceae,
tanaman kayu dan herba ciri khas berbentuk bunga kupu-kupu (Susetyo, 1980).
Hijauan pakan jenis leguminose
(polong-polongan) memiliki sifat yang berbeda dengan rumput-rumputan, jenis
legume umumnya kaya akan protein, Ca dan P. Leguminose memiliki bintil-bintil
akar yang berfungsi dalam pensuplai nitrogen, dimana di dalam bintil-bintil
akar inilah bakteri bertempat tinggal dan berkembang biak serta melakukan
kegiatan fiksasi nitrogen bebas dari udara. Itulah sebabnya penanaman campuran
merupakan sumber protein dan mineral yang berkadar tinggi bagi ternak,
disamping memeperbaiki kesuburan tanah. Kebanyakan tanaman pakan dan tanaman
ekonomi penting termasuk dalam papiloneceae group. Legume ada yang mempunyai
siklus hidup secara annual, biennial atau perennial (Soegiri et al., 1982).
Leguminosa memegang peranan penting sebagai
hijauan pakan ternak dan rumput-rumputan untuk ternak herbivora (Lubis, 1992).
Dijelaskan lebih lanjut bahwa leguminosa mempunyai sifat-sifat yang baik
sebagai bahan pakan dan mempunyai kandungan protein dan mineral yang tinggi.
Tanaman leguminosa meskipun mempunyai kandungan nutrisi cukup tinggi tetapi
hanya dapat digunakan sebagai campuran pakan hijauan paling banyak 50% dari
total hijauan yang diberikan (Susetyo, 1980).
2.2. Pengaruh Pola Penanaman Campuran Antara
Rumput dan Leguminosa Terhadap Ketersediaan Hijauan Pakan Ternak
Pertanaman campuran rumput dan legum merupakan praktek yang
telah lama di pertanian tropis. Tujuan utamanya adalah memaksimalkan penggunaan
sumber daya seperti ruang, cahaya dan nutrien sehingga produktivitasnya lebih
tinggi (Willey, 1990), meningkatkan mutu pakan, meningkatkan kesuburan tanah
melalui penambahan nitrogen pada tanah dari hasil kegiatan fiksasi oleh legum dan
dapat menyediakan hijauan pakan ternak. Keuntungan lain adalah memperbaiki
kualitas air melalui penggunaan pupuk nitrogen yang minimum. Hal-hal tersebut
sejalan dengan pertanian global yang mencari dan menerapkan sistem pertanian
yang berkesinambungan dan ramah lingkungan.
Ketersediaan hijauan pakan ternak dapat
diatasi dengan menggunakan metode pola tanam campuran, dengan mencampur hijauan
pakan ternak dari jenis rerumputan dan leguminosa. Pola tanam campuran ini dilakukan
penanaman rumput, leguminosa dari jenis semak ataupun pohon sehingga hijauan
pakan ternak dapat tersedia. (Proyek Pengembangan Penyuluhan Kehutanan, 1997).
Dampak atau pengaruh positif dari
pola tanam campuran antara rerumputan dengan leguminosa adalah kecenderungan
peningkatan kesuburan tanah dan peningkatan kuantitas hijauan pakan 20% selain
peningkatan kualitas hijauan pakan karena stelo, centro, gamal dan lamtoro adalah
tanaman legum yang daunnya mengandung 25-30% protein kasar (Nitis et al.,
2000).
Daya saing legum yang tinggi meningkatkan kontribusi N
legum terhadap kandungan nitrogen tanah dan kandungan nitrogen pada rumput yang
tumbuh bersama dengan legum. Legum sentro mempunyai kemampuan yang cukup untuk
menyediakan nitrogen pada tanah sebesar 31,5kg/ha/tahun, meningkatkan kadar
protein rumput 11% dan meningkatkan produksi biomassa rumput 4 kali lipat sehingga
dengan melakukan pola tanam campuran ini dapat menyediakan ketersediaan pakan
ternak (Ajayi et.al. 2007).
Pada pertanaman campuran rumput dan legum, terjadi interaksi
antar tanaman baik di atas permukaan maupun di dalam tanah. Interaksi antar
tanaman dapat berupa persaingan (competitive interaction) dan bukan persaingan
(non competitive interaction). Interaksi bukan persaingan dapat berupa stimulus
langsung dari satu spesies terhadap spesies lain, misalnya nitrogen yang
difiksasi oleh legum dapat tersedia bagi spesies bukan legum. Persaingan antar
tanaman paling banyak terjadi terhadap cahaya, air dan nutrien. Makin sama
kebutuhan spesies dan morfologinya, makin intens persaingan. Jadi persaingan
intraspesifik lebih intens dari persaingan interspesifik (Willey, 1990).
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Dalam
penulisan makalah kali ini dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam melakukan pola
tanam campuran rerumputan dengan leguminosa dapat mempengaruhi ketersediaan
pakan ternak karena pada
pertanaman campuran rumput dan legum, terjadi interaksi antar tanaman baik di
atas permukaan maupun di dalam tanah serta daya saing legum yang tinggi meningkatkan
kontribusi N legum terhadap kandungan nitrogen tanah dan kandungan nitrogen
pada rumput yang tumbuh bersama dengan legum. Legum mempunyai kemampuan yang
cukup untuk menyediakan nitrogen pada tanah sebesar 31,5kg/ha/tahun,
meningkatkan kadar protein rumput 11% dan meningkatkan produksi biomassa rumput
4 kali lipat sehingga dapat mempengaruhi ketersediaan pakan ternak.
DAFTAR PUSTAKA
Lubis, P. 1992. Pengembangan
Pola Usahatani Campuran pada Lahan kering yang Berwawasan Lingkungan di
Kabupaten Sukabumi. Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian, IPB, Bogor.
Martawidjaja, S. 2003. Produksi
Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropic. Edisi Kedua. Universitas Gadjah Mada
: Yogyakarta.
Nitis, F., Suyana, G. Jaka, T. 2000. Penerapan Teknologi Konservasi
Hedgerows Untuk Menciptakan Sistem Usahatani Lahan Kering Berkelanjutan.
Pengantar Falsafah Sains. Program Pasca Sarjana/S3. IPB.
Soegiri, A.D., Hartadi, H. Reksohadiprojo,
S., Prawirokusumo, S., Lebdosoekojo, S. 1982. Ilmu Makanan Ternak Dasar.
Gajah Mada University Press : Yogyakarta.
Sumarno.
1998. Teknologi Pengolahan Pakan Sapi. Balai Pembibitan Ternak Unggul Sapi
Dwiguna dan Ayam Sembawa, Sumatra Selatan.
Susetyo. 1980. Falsafah Sains
Untuk Penyempurnaan Teknik Budi Daya Lorong (Alley Cropping) Pada Lahan
Pertanian Berlereng. Makalah Pengantar ke Falsafah Sains. Program Pasca
Sarjana. IPB.
Sutaryono
dan Partridge. 2002. Memenfaatkan Hasil Hutan Ikutan Tananaman Pangan dan
Perkebunan Untuk Pakan Ternak, Warta Penelitian dan Pengembangan Pertania Vol
31 no 4.
Willey, H. 1990. Prospek
Pemanfaatan Lahan Kering Dalam Rangka Mendukung Ketahanan Pangan Nasional.
Makalah Pengantar Falsafah Sains. Program Pasca Sarjana/S3. IPB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar