Minggu, 11 Juni 2017

Makalah MANAJEMEN PASTURA “Pengaruh Pola Penanaman Campuran Rumput dan Leguminosa Terhadap Penyediaan Hijauan Pakan Ternak”



 Makalah…!!
MANAJEMEN PASTURA
“Pengaruh Pola Penanaman Campuran Rumput dan Leguminosa Terhadap Penyediaan Hijauan Pakan Ternak”




Oleh:

VINA EKA PRASETIA NUR AULIA ANISA
L1A1 14 059
C



JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Keberhasilan suatu peternakan tidak pernah lepas dari efisiensi kualitas dan kuantitas pakan. Hijauan pakan ternak  atau biasa disebut Hijauan Makanan Ternak (HMT) merupakan bahan pakan yang sangat penting bagi ternak terutama ternak ruminansia seperti sapi, kerbau, kambing, dan domba. Hijauan pakan ternak menjadi bahan pakan yang sangat disukai oleh ternak ruminansia.
Hijauan yang merupakan sumber makanan ternak terutama ternak ruminansia selain merupakan kebutuhan pokok untuk pertumbuhan dan sumber tenaga, juga merupakan komponen yang sangat menunjang bagi produksi dan reproduksi ternak.Jenis hijauan seperti rumput maupun kacang-kacangan (leguminosa) dalam bentuk segar atau kering haruslah tersedia dalam jumlah yang cukup sepanjang tahun karena jenis hijauan ini umum dikonsumsi oleh ternak. Pada prinsipnya hijauan yang disajikan pada ternak perlu memiliki sifat-sifat yaitu disukai (palatable), mudah dicerna, nilai gizinya tinggi dan dalam waktu yang pendek maupun tumbuh kembali. Hijauan pakan ternak dibagi kedalam dua bagian yaitu bangsa rumput-rumputan dan leguminosa (semak dan pohon).
Masalah yang sering dihadapi oleh peternak ruminansia adalah keterbatasan penyediaan pakan baik secara kuantitatif, kualitatif, maupun kesinambungannya sepanjang tahun. Salah satu upaya untuk menanggulangi masalah tersebut adalah dengan mencari bahan pakan alternatif yang relatif murah, tidak bersaing dengan kebutuhan manusia, mudah didapat, dan tersedia sepanjang tahun. Pengembangan pakan alternatif dapat dilakukan dengan menggunakan sumberdaya lokal yang harus dimulai dari pengetahuan akan ketersediaan dan pengaruhnya terhadap kebutuhan nutrisi ternak, berupa limbah pertanian atau hasil sampingan dari pengolahan bahan hasil tanaman pangan serta dilakukannya integrasi terhadap rumput dengan leguminosa untuk mengupayakan ketersediaannya hijauan pakan ternak sepanjang tahun.
1.2.Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh pola penanaman campuran rumput dan leguminosa terhadap penyediaan hijauan pakan ternak ?
1.3.Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut :
1.    Untuk mengetahui pengaruh pola penanaman campuran rumput dan leguminosa terhadap penyediaan hijauan pakan ternak.



BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Hijauan Makanan Ternak
Hijauan Makanan Ternak atau HMT adalah hijauan atau rumpu-rumputan yang memiliki angka kecukupan gizi yang tepat untuk ternak ruminansia, tidak semua rumput dapat dikategorikan hijauan makanan ternak. Peternak perlu menanam sendiri rumput-rumput unggul yang dikategorikan sebagai HMT tersebut (Martawidjaja, 2003). HMT merupakan salah satu bahan makanan ternak yang sangat diperlukan dan besar manfaatnya bagi kehidupan dan kelangsungan populasi ternak. HMT dijadikan sebagai salah satu bahan makanan dasar dan utama untuk mendukung peternakan ternak ruminansia, terutama bagi peternak sapi potong ataupun sapi perah yang setiap harinya membutuhkan cukup banyak hijauan. Kebutuhan hijauan akan semakin banyak sesuai dengan bertambahnya jumlah populasi ternak yang dimiliki. Kendala utama di dalam penyediaan hijauan pakan untuk ternak terutama produksinya tidak tetap sepanjang tahun. Saat musim penghujan, produksi hijauan makanan ternak akan melimpah, sebaliknya pada saat musim kemarau tingkat produksinya akan rendah, atau bahkan dapat berkurang sama sekali (Sumarno, 1998).
Hijauan merupakan sumber pakan utama untuk ternak ruminansia, sehingga untuk meningkatkan produksi ternak ruminansia harus diikuti oleh peningkatan penyediaan hijauan pakan yang cukup baik dalam jumlah maupun kualitas.  Hijauan pakan ternak yang umum diberikan untuk ternak ruminansia adalah rumput-rumputan yang berasal dari padang penggembalaan atau kebun rumput, tegalan, pematang serta pinggiran jalan.
Peranan hijauan sebagai pakan adalah: 1) Mengandung hampir semua zat yang diperlukan hewan; 2) Khususnya di Indonesia, bahan pakan  hijauan memegang peranan sangat penting, karena bahan tersebut diberikan dalam jumlah yang besar. Masing-masing ternak ruminansia, setiap harinya membutuhan konsumsi pokok berupa hijauan pakan ternak ± 10% dari beratnya. Dalam ransum ternak ruminansia, rumput lebih banyak digunakan. Hal ini dikarenakan selain harganya lebih murah juga untuk memperolehnya relatif lebih mudah. Di samping itu, produktivitas rumput relatif lebih tinggi dan lebih tahan terhadap tekanan defoliasi (pemotongan dan renggutan).
Beberapa faktor yang menghambat penyediaan hijauan pakan, yakni terjadinya perubahan fungsi lahan yang sebelumnya sebagai sumber hijauan pakan menjadi lahan pemukiman, lahan untuk tanaman pangan dan tanaman industri. Untuk mengatasi kekurangan rumput ataupun hijauan pakan lainnya salah satunya adalah pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan. Berdasarkan sumbernya hijauan dapat digolongkan dalam 2 golongan yaitu :
2.1.1. Rumput – rumputan (Gramineae)
Rumput adalah tanaman yang paling efisien untuk merubah sinar matahari menjadi biomassa dan pada saat yang sama mengkonversi karbondioksida menjadi oksigen. Ternak ruminansia mampu mengubah biomassa ini, yang umumnya tidak dapat dicerna oleh manusia, menjadi protein berkualitas tinggi melalui aktifitas mikroorganisme dalam rumen mereka. Rumput-rumput memberikan tutupan tanah yang baik untuk mengurangi erosi sementara akar yang sangat halus akan membentuk bahan organik dan membantu penyusupan air ke dalam tanah (Sutaryono dan Partridge, 2002).
2.1.2. Leguminosa
Leguminosa termasuk dicotyledoneus dimana embrio mengandung dua daun biji/cotyledone. Famili legume dibagi menjadi 3 group sub famili, yaitu: mimisaceae, tanaman kayu dan herba dengan bunga “regular”, caesalpinaceae, tanaman dengan bunga “irregular” dan papilonaceae, tanaman kayu dan herba ciri khas berbentuk bunga kupu-kupu (Susetyo, 1980).
Hijauan pakan jenis leguminose (polong-polongan) memiliki sifat yang berbeda dengan rumput-rumputan, jenis legume umumnya kaya akan protein, Ca dan P. Leguminose memiliki bintil-bintil akar yang berfungsi dalam pensuplai nitrogen, dimana di dalam bintil-bintil akar inilah bakteri bertempat tinggal dan berkembang biak serta melakukan kegiatan fiksasi nitrogen bebas dari udara. Itulah sebabnya penanaman campuran merupakan sumber protein dan mineral yang berkadar tinggi bagi ternak, disamping memeperbaiki kesuburan tanah. Kebanyakan tanaman pakan dan tanaman ekonomi penting termasuk dalam papiloneceae group. Legume ada yang mempunyai siklus hidup secara annual, biennial atau perennial (Soegiri et al., 1982).
Leguminosa memegang peranan penting sebagai hijauan pakan ternak dan rumput-rumputan untuk ternak herbivora (Lubis, 1992). Dijelaskan lebih lanjut bahwa leguminosa mempunyai sifat-sifat yang baik sebagai bahan pakan dan mempunyai kandungan protein dan mineral yang tinggi. Tanaman leguminosa meskipun mempunyai kandungan nutrisi cukup tinggi tetapi hanya dapat digunakan sebagai campuran pakan hijauan paling banyak 50% dari total hijauan yang diberikan (Susetyo, 1980).
2.2. Pengaruh Pola Penanaman Campuran Antara Rumput dan Leguminosa Terhadap Ketersediaan Hijauan Pakan Ternak
Pertanaman campuran rumput dan legum merupakan praktek yang telah lama di pertanian tropis. Tujuan utamanya adalah memaksimalkan penggunaan sumber daya seperti ruang, cahaya dan nutrien sehingga produktivitasnya lebih tinggi (Willey, 1990), meningkatkan mutu pakan, meningkatkan kesuburan tanah melalui penambahan nitrogen pada tanah dari hasil kegiatan fiksasi oleh legum dan dapat menyediakan hijauan pakan ternak. Keuntungan lain adalah memperbaiki kualitas air melalui penggunaan pupuk nitrogen yang minimum. Hal-hal tersebut sejalan dengan pertanian global yang mencari dan menerapkan sistem pertanian yang berkesinambungan dan ramah lingkungan.
Ketersediaan hijauan pakan ternak dapat diatasi dengan menggunakan metode pola tanam campuran, dengan mencampur hijauan pakan ternak dari jenis rerumputan dan leguminosa. Pola tanam campuran ini dilakukan penanaman rumput, leguminosa dari jenis semak ataupun pohon sehingga hijauan pakan ternak dapat tersedia. (Proyek Pengembangan Penyuluhan Kehutanan, 1997).
Dampak atau pengaruh positif dari pola tanam campuran antara rerumputan dengan leguminosa adalah kecenderungan peningkatan kesuburan tanah dan peningkatan kuantitas hijauan pakan 20% selain peningkatan kualitas hijauan pakan karena stelo, centro, gamal dan lamtoro adalah tanaman legum yang daunnya mengandung 25-30% protein kasar (Nitis et al., 2000).
Daya saing legum yang tinggi meningkatkan kontribusi N legum terhadap kandungan nitrogen tanah dan kandungan nitrogen pada rumput yang tumbuh bersama dengan legum. Legum sentro mempunyai kemampuan yang cukup untuk menyediakan nitrogen pada tanah sebesar 31,5kg/ha/tahun, meningkatkan kadar protein rumput 11% dan meningkatkan produksi biomassa rumput 4 kali lipat sehingga dengan melakukan pola tanam campuran ini dapat menyediakan ketersediaan pakan ternak (Ajayi et.al. 2007).
Pada pertanaman campuran rumput dan legum, terjadi interaksi antar tanaman baik di atas permukaan maupun di dalam tanah. Interaksi antar tanaman dapat berupa persaingan (competitive interaction) dan bukan persaingan (non competitive interaction). Interaksi bukan persaingan dapat berupa stimulus langsung dari satu spesies terhadap spesies lain, misalnya nitrogen yang difiksasi oleh legum dapat tersedia bagi spesies bukan legum. Persaingan antar tanaman paling banyak terjadi terhadap cahaya, air dan nutrien. Makin sama kebutuhan spesies dan morfologinya, makin intens persaingan. Jadi persaingan intraspesifik lebih intens dari persaingan interspesifik (Willey, 1990).



BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dalam penulisan makalah kali ini dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam melakukan pola tanam campuran rerumputan dengan leguminosa dapat mempengaruhi ketersediaan pakan ternak karena pada pertanaman campuran rumput dan legum, terjadi interaksi antar tanaman baik di atas permukaan maupun di dalam tanah serta daya saing legum yang tinggi meningkatkan kontribusi N legum terhadap kandungan nitrogen tanah dan kandungan nitrogen pada rumput yang tumbuh bersama dengan legum. Legum mempunyai kemampuan yang cukup untuk menyediakan nitrogen pada tanah sebesar 31,5kg/ha/tahun, meningkatkan kadar protein rumput 11% dan meningkatkan produksi biomassa rumput 4 kali lipat sehingga dapat mempengaruhi ketersediaan pakan ternak.










DAFTAR PUSTAKA
Lubis, P. 1992. Pengembangan Pola Usahatani Campuran pada Lahan kering yang Berwawasan Lingkungan di Kabupaten Sukabumi. Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian, IPB, Bogor.
Martawidjaja, S. 2003. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropic. Edisi Kedua. Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta.
Nitis, F., Suyana, G.  Jaka, T. 2000. Penerapan Teknologi Konservasi Hedgerows Untuk Menciptakan Sistem Usahatani Lahan Kering Berkelanjutan. Pengantar Falsafah Sains. Program Pasca Sarjana/S3. IPB.
Soegiri, A.D., Hartadi, H. Reksohadiprojo, S., Prawirokusumo, S., Lebdosoekojo, S. 1982. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada University Press : Yogyakarta.
Sumarno. 1998. Teknologi Pengolahan Pakan Sapi. Balai Pembibitan Ternak Unggul Sapi Dwiguna dan Ayam Sembawa, Sumatra Selatan.
Susetyo. 1980. Falsafah Sains Untuk Penyempurnaan Teknik Budi Daya Lorong (Alley Cropping) Pada Lahan Pertanian Berlereng. Makalah Pengantar ke Falsafah Sains. Program Pasca Sarjana. IPB.
Sutaryono dan Partridge. 2002. Memenfaatkan Hasil Hutan Ikutan Tananaman Pangan dan Perkebunan Untuk Pakan Ternak, Warta Penelitian dan Pengembangan Pertania Vol 31 no 4.
Willey, H. 1990. Prospek Pemanfaatan Lahan Kering Dalam Rangka Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Makalah Pengantar Falsafah Sains. Program Pasca Sarjana/S3. IPB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar