LAPORAN
PRAKTIKUM
SISTEM PERTANIAN
PETERNAKAN TERPADU
“Pembuatan Pupuk
Kompos”
Oleh:
Nama
: Vina Eka Prasetia Nur Aulia
Anisa
Stambuk
: L1A1 14 059
Kelompok
: II (Dua)
Kelas
: B
Asisten
: Lisran
JURUSAN
PETERNAKAN
FAKULTAS
PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Pupuk Kompos sering didefinisikan
sebagai suatu proses penguraian yang terjadi secara biologis dari
senyawa-senyawa organik yang terjadi karena adanya kegiatan mikroorganisme yang
bekerja pada suhu tertentu didalam atau wadah tempat pengomposan berlangsung.
Peningkatan produksi pertanian,
tidak terlepas dari penggunaan bahan kimia, seperti pupuk buatan/anorganik dan
pestisida. Penggunaan pupuk buatan/kimia dan pestisida saat ini oleh petani
kadang kala sudah berlebihan melebihi takaran dan dosis yang dianjurkan,
sehingga menggangu keseimbangan ekosistem, disamping itu tanah cendrung menjadi
tandus, organisme-organisme pengurai seperti zat-zat rensik, cacing-cacing
tanah menjadi habis, demikian juga binatang seperti ular pemangsa tikus,
populasi menurun drastis.
Pemakian pupuk pada waktu yang
bersamaan (awal musim hujan) oleh petani, mengakibatkan sering terjadi
kelangkaan pupuk di pasaran, walaupun ada harganya sangat tinggi, sehingga
sebagian petani tidak sanggup membeli, akibatnya tanaman tidak dipupuk,
produksi tidak optimal. Perlu ada trobosan untuk mengatasi hal tersebut, salah
satu diantaranya adalah pembuatan pupuk organik (kompos).
Bahan pembuatan pupuk organik atau
lebih dikenal dengan kompos memanfatkan limbah pertanian, seperti jerami,
daun-daunan, rumput, pupuk kandang, serbuk gergaji, bahan tersebut mudah
didapat dan tersedia dilahan pertanian.
Berdasarkan uraian diatas, maka
perlu dilakukan praktikum pembuatan pupuk kompos.
1.2.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam praktikum pembuatan
pupuk kompos adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana
proses pembuatan pupuk kompos ?
2. Berapa
suhu pupuk kompos ?
1.3.Tujuan
Adapun tujuan dari
praktikum pembuatan pupuk kompos adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui proses pembuatan pupuk
kompos
2. Untuk mengetahui
suhu pupuk kompos
1.4.
Manfaat
Adapun manfaat dari
praktikum pembuatan pupuk kompos adalah sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui proses pembuatan pupuk kompos
2. Dapat mengetahui suhu pupuk kompos
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kotoran kambing
merupakan jenis pupuk panas dimana perubahan-perubahan dalam menyediakan unsur
hara tersedia bagi tanaman berlangsung cepat. Jasad renik melakukan
perubahan-perubahan aktif disertai pembentukan panas (Lingga, 2006). kotoran
kambing merupakan bahan yang mempunyai kandungan unsur hara lengkap dengan
proporsi yang berbeda dan saling melengkapi satu sama lain. Selain mengandung
unsur-unsur makro (Nitrogen, Fosfor,
Kalium) juga mengandung unsur-unsur mikro (kalium, Magnesium, serta sejumlah kecil mangan, tembaga, borium dll) yang dapat menyediakan unsur-unsur
atau zat makanan bagi kepentingan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selain
itu, pupuk kompos dari bahan kotoran kambing memiliki kelebihan yaitu
memperbaiki sifat fisik, kimia, serta biologi tanah, menaikkan daya serap tanah
terhadap air, menaikkan kondisi kehidupan di dalam tanah serta sebagai sumber
zat makanan bagi tanaman (Sutedjo, 2002).
Kompos atau humus
adalah sisa-sisa mahluk hidup yang telah mengalami pelapukan, bentuknya sudah
berubah seperti tanah dan tidak berbau. Kompos memiliki kandungan hara yang
lengkap meskipun persentasenya kecil. Kompos juga mengandung senyawa-senyawa
lain yang sangat bermanfaat bagi tanaman. Kompos juga
merupakan hasil penguraian parsial atau tidak
lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara
artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang
hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobic. Sedangkan pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami
penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan
bahan organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan
mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat.
Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang
cukup, mengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan (Crawford, 2003).
Kompos merupakan zat
akhir suatu proses fermentasi, tumpukan sampah atau seresah tanaman dan ada
kalanya pula termasuk bangkai binatang. Sesuai dengan humifikasi fermentasi
suatu pemupukan, dirincikan oleh hasil bagi C/N yang menurun. Perkembangan
mikrobia memerlukan waktu agar tercapai suatu keadaan fermentasi yang optimal.
Pada kegiatan mempercepat proses dipakai aktifator, baik dalam jumlah
sedikit ataupun banyak, yaitu bahan dengan perkembangan mikrobia dengan
fermentasi maksimum. Aktifator misalnya: kotoran hewan. Akhir fermentasi untuk
C/N kompos 15 – 17 hari (Sutedjo 2002).
Pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami
penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan
bahan organik sebagai sumber energi. Kompos memperbaiki
struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan
meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah.
Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan
penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur
hara dari tanah. Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik
kualitasnya dari pada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, misal: hasil
panen lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih enak (Guntoro Dwi, dkk. 2003).
Peranan kompos bagi kesuburan
tanah. Sumbangan utama yang dapat diberikan
oleh kompos dalam kaitannya dengan kesuburan tanah ialah menyediakan bahan
humus kedalam tanah, menyediakan nutrisi pokok (nitrogen, fosfor, kalium) untuk tanaman, menyediakan unsur hara
mikro untuk tanaman dan memperbaiki kondisi fisik tanah, karena kompos
merupakan bahan koloidal dengan muatan elektrik negatif, sehingga dapat di
koagulasikan oleh kation-kation dan partikel tanah untuk membentuk granula
granula tanah. Dengan demikian penambahan kompos memperbaiki struktur, tekstur dan
lapisan tanah (Susilawati, Rini. 2000).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1.
Lokasi dan Waktu
Praktikum
pembuatan pupuk kompos ini dilaksanakan pada tanggal 25 Februari sampai 08
Maret 2017 yang bertempat di Kandang atas Fakultas Peternakan, Universitas Halu
Oleo Kendari.
3.2. Alat dan Bahan
Adapun
alat yang digunakan dalam praktikum pembuatan pupuk kompos dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Alat untuk pembuatan
pupuk kompos.
No
|
Alat
|
Kegunaan
|
1
|
Ember
|
Digunakan untuk mengangkut
bahan-bahan praktikum
|
2
|
Sapu lidi
|
Untuk membersihkan
tempat untuk pencampuran bahan-bahan praktikum
|
3
|
Skop
|
Untuk mencampur
bahan-bahan praktikum
|
4
|
Karung
|
Untuk menyimpan sekam
|
5
|
Gunting
|
Untuk menggunting
karung
|
6
|
Kamera
|
Alat dokumentasi
|
Adapun
bahan yang digunakan dalam praktikum pembuatan pupuk kompos dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 2. Bahan untuk pembuatan
pupuk kompos.
No
|
Bahan
|
Kegunaan
|
1
|
Feses Kambing
|
Sebagai bahan pembuatan
pupuk kompos
|
2
|
Sekam
|
Sebagai bahan pembuatan
pupuk kompos
|
3
|
Daun gamal
|
Sebagai bahan pembuatan
pupuk kompos
|
4
|
Dedak
|
Sebagai bahan pembuatan
pupuk kompos
|
5
|
EM 4
|
Sebagai bahan sumber
mikroorganisme
|
6
|
Air
|
Sebagai bahan pembuatan
pupuk kompos
|
7
|
Gula pasir
|
Sebagai sumber energi
EM4
|
3.3.
Prosedur Kerja
Prosedur
kerja dalam praktikum pembuatan pupuk kompos adalah sebagai berikut :
1. Penyiapan
alat dan bahan yang akan digunakan dalam pembuatan pupuk kompos
2. Pembersihan
tempat pencampuran pupuk kompos
3. Pemisahan
daun gamal dari batangnya
4. Pencampuran
feses kambing dengan sekam, dedak dan daun gamal
5. Pemberian
air secukupnya agar mudah tercampur dan agak lembab
6. Selanjutnya,
pemberian EM4 agar memudahkan dalam proses fermentasi atau mempercepat dalam
proses pengomposan. Lalu di tutup menggunakan karung agar bebas dari udara.
7. Pegukuran
suhu dilakukan sampai terbentuk pupuk kompos yang sempurna dengan menggunakan
thermometer.
BAB IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Adapun hasil pengamatan organoleptik
pupuk kompos yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 3 berikut :
Tabel 3. Pengamatan
Organoleptik Pupuk Kompos.
No
|
Pengamatan
Sensorik
|
Hasil
Pengamatan Sensorik
|
1
|
Warna
|
Coklat
kehitam-hitaman
|
2
|
Tekstur
|
Bertekstur
remah dan gembur
|
3
|
Aroma
|
Tidak
berbau busuk (berbau seperti tanah)
|
Adapun hasil pengukuran suhu pupuk
kompos yang dilakukan selama 11 hari dapat dilihat pada Tabel 4 berikut :
Tabel 4. Suhu Pupuk
Kompos.
No
|
Taggal Pengukuran
|
Suhu Kompos
|
1
|
Senin, 27 Februari
2017
|
38°C
|
2
|
Selasa, 28 Februari
2017
|
40,2°C
|
3
|
Rabu, 01 Maret 2017
|
39°C
|
4
|
Kamis, 02 Maret 2017
|
42°C
|
5
|
Jumat, 03 Maret 2017
|
35°C
|
6
|
Sabtu, 04 Maret 2017
|
36°C
|
7
|
Minggu, 05 Maret 2017
|
35°C
|
8
|
Senin, 06 Maret 2017
|
35°C
|
9
|
Selasa, 07 Maret 2017
|
36°C
|
10
|
Rabu, 08 Maret 2017
|
30,7°C
|
11
|
Kamis, 09 Maret 2017
|
31°C
|
4.2. Pembahasan
Pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami
penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan
bahan organik sebagai sumber energi. Kompos memperbaiki
struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan
meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah.
Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan
penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur
hara dari tanah.
Dalam pembuatan pupuk kompos yang kami lakukan menggunakan
bahan yang terdiri dari feses kambing, daun gamal, sekam, dedak dan air
secukupnya serta penambahan larutan EM4 sebagai decomposer atau bantuan
activator. EM4 merupakan activator kompos yang mengandung
mikroorganisme yang dapat meningkatkan keragaman mikroorganisme tanah dan dapat
meningkatkan kualitas tanah, kesehatan tanah serta mempercepat proses
pengomposan. Menurut Rahayu M. S. dan Nurhayati (2005) dalam penelitiannya
mengemukakan bahwa dalam pembuatan kompos dengan menggunakan bantuan aktivator,
diantaranya aktivator EM4 dan aktivator Stardec. Aktivator EM4 dan Stardec
merupakan aktivator kompos yang mengandung mikroorganisme yang dapat
meningkatkan keragaman mikroorganisme tanah dan dapat meningkatkan kualitas
tanah, kesehatan tanah serta mempercepat proses pengomposan. Berdasarkan
penelitian Utomo B. (2010), penggunaan bioaktivator (aktivator kompos) pada
tanah gambut menghasilkan peningkatan tinggi padat tanaman sebesar 39,44% dan
penggunaan mikroorganisme efektif (EM4), menurunkan C-organik dan meningkatkan
N, P, K dan Ca yang terlarut dalam tanah serta memperbaiki sifat kimia tanah.
Adapun hasil pengamatan
organoleptik pada pupuk kompos yang kami lakukan selama 11 hari pupuk kompos
yang telah matang memiliki warna coklat kehitam-hitaman, bertekstur remah dan
gembur, dan memiliki aroma tidak berbau busuk (kalau berbau, baunya seperti
tanah). Menurut Murbandono (2006) kompos
dikatakan sudah matang apabila bahan berwarna coklat kehitam-hitaman dan tidak
berbau busuk, berstruktur remah dan gembur (bahan menjadi rapuh dan lapuk,
menyusut dan tidak menggumpal), mempunyai kandungan C/N rasio rendah. Dibawah
20, tidak berbau ( kalau berbau, baunya seperti tanah ), suhu ruangan kurang
lebih 30ºC, kelembapan dibawah 40 %.
Pengukuran suhu dilakukan sampai pupuk memiliki
suhu normal yaitu 30ºC
sampai 38ºC.
Pengukuran suhu pada pembuatan pupuk kompos yang kami lakukan selama 11 hari,
suhu kompos yang kami buat yaitu pada hari pertama 38ºC, hari kedua 40,2ºC, hari ketiga
39ºC, hari keempat 42ºC, hari kelima 35ºC, hari keenam 36ºC, hari ketujuh 35ºC,
hari kedelapan 35ºC, hari kesembilan 36ºC, hari kesepuluh 30,7ºC da hari
kesebelas 31ºC. Pengukuran suhu yang kami lakukan berbeda dengan yang
dilakukan, Dahuri dan
Deri (2004) bahwa pengukuran
suhu dilakukan selama 2 minggu dengan suhu pada hari pertama 40ºC, hari kedua 45ºC, hari ketiga
39,2ºC, hari keempat 40,6ºC, hari kelima 38ºC, hari keenam 42ºC, hari ketujuh
41ºC, hari kedelapan 40ºC, hari kesembilan 36ºC, hari kesepuluh 38ºC, hari
kesebelas 40ºC, hari kedua belas 37ºC, hari tiga belas 38ºC,dan hari keempat
belas 38ºC.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil praktikum yang dilaksanakan dan diamati selama praktikum dapat
disimpulkan bahwa:
1. Proses
pembuatan pupuk kompos dilakukan selama 12 hari, pertama-tama penyiapan alat
dan bahan yang akan digunakan, pencampuran feses kambing dengan sekam, dedak
dan daun gamal, pemberian air secukupnya agar mudah tercampur, selanjutnya
pemberian EM4 agar memudahkan dalam proses fermentasi atau mempercepat dalam
proses pengomposan. Lalu di tutup menggunakan karung agar bebas dari udara dan
pegukuran suhu dilakukan sampai terbentuk pupuk kompos yang sempurna dengan
menggunakan thermometer selama 11 hari.
2. Pupuk
kompos yang telah matang memiliki warna coklat kehitam-hitaman, bertekstur
remah dan gembur, dan memiliki aroma tidak berbau busuk (kalau berbau, baunya
seperti tanah).
3. Pengukuran
suhu pada pembuatan pupuk kompos yang kami lakukan selama 11 hari, suhu kompos
pada hari pertama 38ºC,
hari kedua 40,2ºC, hari ketiga 39ºC, hari keempat 42ºC, hari kelima 35ºC, hari
keenam 36ºC, hari ketujuh 35ºC, hari kedelapan 35ºC, hari kesembilan 36ºC, hari
kesepuluh 30,7ºC da hari kesebelas 31ºC dengan menggunakan thermometer.
5.2. Saran
Adapun
saran yang dapat saya ajukan pada praktikum pembuatan pupuk kompos kali ini
adalah sebaiknya dalam pelaksanaan praktikum alat yang akan digunakan oleh
praktikan disediakan dengan lengkap agar memudahkan praktikan dalam melaksanaan
praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Crawford, J.H. 2003.
Pemanfaatan Sampah Organic Menjadi Kompos Dengan Bantuan Mikroorganisme : Udayana
Universitas.
Dahuri dan Deri. 2004. Petunjuk
Penggunaan Pupuk. Penebar
Swadaya. Depok.
Guntoro D., Bahar, F.A. dan Abidin, Z. 2003. Pengaruh Pemberian Kompos
Bagase Terhadap Serapan Hara Dan Pertumbuhan Tanaman Tebu(Saccharum officinarum L.). Dalam Buletin Agronomi,
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor.
Lingga,
P. 2006. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Depok.
Rahayu,
M. S. dan Nurhayati. 2005. Pengaruh Kompos Terhadap Ketersediaan Hara Dan Produksi Tanaman Caisin
Pada Tanah Latosol Dari Gunung Sindur,
sebuah skripsi : Bogor.
Susilawati,
R. 2000. Penggunaan Media Kompos
Fermentasi (Bokashi) dan Pemberian Effective
Microorganism - 4 (EM-4) Pada Tanah Podzolik Merah Kuning Terhadap Pertumbuhan Semai Acacia mangium Wild, sebuah skripsi.
Sutejo,
M.M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Utomo, B. 2010. Cara
Cepat Membuat Kompos. PT. Agromedia Pustaka. Depok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar