Minggu, 11 Juni 2017

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM PERTANIAN PETERNAKAN TERPADU “Pembuatan Pupuk Kompos”




LAPORAN PRAKTIKUM
SISTEM PERTANIAN PETERNAKAN TERPADU
“Pembuatan Pupuk Kompos”




Oleh:

                                    Nama              : Vina Eka Prasetia Nur Aulia Anisa
                                    Stambuk         : L1A1 14 059
                                    Kelompok      : II (Dua)
                                    Kelas               : B
                                    Asisten            : Lisran





JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pupuk Kompos sering didefinisikan sebagai suatu proses penguraian yang terjadi secara biologis dari senyawa-senyawa organik yang terjadi karena adanya kegiatan mikroorganisme yang bekerja pada suhu tertentu didalam atau wadah tempat pengomposan berlangsung.
Peningkatan produksi pertanian, tidak terlepas dari penggunaan bahan kimia, seperti pupuk buatan/anorganik dan pestisida. Penggunaan pupuk buatan/kimia dan pestisida saat ini oleh petani kadang kala sudah berlebihan melebihi takaran dan dosis yang dianjurkan, sehingga menggangu keseimbangan ekosistem, disamping itu tanah cendrung menjadi tandus, organisme-organisme pengurai seperti zat-zat rensik, cacing-cacing tanah menjadi habis, demikian juga binatang seperti ular pemangsa tikus, populasi menurun drastis.
Pemakian pupuk pada waktu yang bersamaan (awal musim hujan) oleh petani, mengakibatkan sering terjadi kelangkaan pupuk di pasaran, walaupun ada harganya sangat tinggi, sehingga sebagian petani tidak sanggup membeli, akibatnya tanaman tidak dipupuk, produksi tidak optimal. Perlu ada trobosan untuk mengatasi hal tersebut, salah satu diantaranya adalah pembuatan pupuk organik (kompos).
Bahan pembuatan pupuk organik atau lebih dikenal dengan kompos memanfatkan limbah pertanian, seperti jerami, daun-daunan, rumput, pupuk kandang, serbuk gergaji, bahan tersebut mudah didapat dan tersedia dilahan pertanian.
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan praktikum pembuatan pupuk kompos.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam praktikum pembuatan pupuk kompos adalah sebagai berikut :
1.   Bagaimana proses  pembuatan pupuk kompos ?
2.   Berapa suhu pupuk kompos ?
1.3.Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum pembuatan pupuk kompos adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui proses  pembuatan pupuk kompos
2. Untuk mengetahui suhu pupuk kompos
1.4. Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum pembuatan pupuk kompos adalah sebagai berikut :
1.   Dapat mengetahui proses  pembuatan pupuk kompos
2.   Dapat mengetahui suhu pupuk kompos





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kotoran kambing merupakan jenis pupuk panas dimana perubahan-perubahan dalam menyediakan unsur hara tersedia bagi tanaman berlangsung cepat. Jasad renik melakukan perubahan-perubahan aktif disertai pembentukan panas (Lingga, 2006). kotoran kambing merupakan bahan yang mempunyai kandungan unsur hara lengkap dengan proporsi yang berbeda dan saling melengkapi satu sama lain. Selain mengandung unsur-unsur makro (Nitrogen, Fosfor, Kalium) juga mengandung unsur-unsur mikro (kalium, Magnesium, serta sejumlah kecil mangan, tembaga, borium dll) yang dapat menyediakan unsur-unsur atau zat makanan bagi kepentingan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selain itu, pupuk kompos dari bahan kotoran kambing memiliki kelebihan yaitu memperbaiki sifat fisik, kimia, serta biologi tanah, menaikkan daya serap tanah terhadap air, menaikkan kondisi kehidupan di dalam tanah serta sebagai sumber zat makanan bagi tanaman (Sutedjo, 2002).
Kompos atau humus adalah sisa-sisa mahluk hidup yang telah mengalami pelapukan, bentuknya sudah berubah seperti tanah dan tidak berbau. Kompos memiliki kandungan hara yang lengkap meskipun persentasenya kecil. Kompos juga mengandung senyawa-senyawa lain yang sangat bermanfaat bagi tanaman. Kompos  juga merupakan hasil penguraian parsial atau tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobic. Sedangkan pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, mengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan (Crawford, 2003).
Kompos merupakan zat akhir suatu proses fermentasi, tumpukan sampah atau seresah tanaman dan ada kalanya pula termasuk bangkai binatang. Sesuai dengan humifikasi fermentasi suatu pemupukan, dirincikan oleh hasil bagi C/N yang menurun. Perkembangan mikrobia memerlukan waktu agar tercapai suatu keadaan fermentasi yang optimal. Pada kegiatan  mempercepat proses dipakai aktifator, baik dalam jumlah sedikit ataupun banyak, yaitu bahan dengan perkembangan mikrobia dengan fermentasi maksimum. Aktifator misalnya: kotoran hewan. Akhir fermentasi untuk C/N kompos 15 – 17 hari (Sutedjo 2002).
Pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah. Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik kualitasnya dari pada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, misal: hasil panen lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih enak (Guntoro Dwi, dkk. 2003).
Peranan kompos bagi kesuburan tanah. Sumbangan utama yang dapat diberikan oleh kompos dalam kaitannya dengan kesuburan tanah ialah menyediakan bahan humus kedalam tanah, menyediakan nutrisi pokok (nitrogen, fosfor, kalium) untuk tanaman, menyediakan unsur hara mikro untuk tanaman dan memperbaiki kondisi fisik tanah, karena kompos merupakan bahan koloidal dengan muatan elektrik negatif, sehingga dapat di koagulasikan oleh kation-kation dan partikel tanah untuk membentuk granula granula tanah. Dengan demikian penambahan kompos memperbaiki struktur, tekstur dan lapisan tanah (Susilawati, Rini. 2000).








BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1. Lokasi dan Waktu
Praktikum pembuatan pupuk kompos ini dilaksanakan pada tanggal 25 Februari sampai 08 Maret 2017 yang bertempat di Kandang atas Fakultas Peternakan, Universitas Halu Oleo Kendari.
3.2. Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum pembuatan pupuk kompos dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat untuk pembuatan pupuk kompos.
No
Alat
Kegunaan
1
Ember
Digunakan untuk mengangkut bahan-bahan praktikum
2
Sapu lidi
Untuk membersihkan tempat untuk pencampuran bahan-bahan praktikum
3
Skop
Untuk mencampur bahan-bahan praktikum
4
Karung
Untuk menyimpan sekam
5
Gunting
Untuk menggunting karung
6
Kamera
Alat dokumentasi




Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum pembuatan pupuk kompos dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Bahan untuk pembuatan pupuk kompos.
No
Bahan
Kegunaan
1
Feses Kambing
Sebagai bahan pembuatan pupuk kompos
2
Sekam
Sebagai bahan pembuatan pupuk kompos
3
Daun gamal
Sebagai bahan pembuatan pupuk kompos
4
Dedak
Sebagai bahan pembuatan pupuk kompos
5
EM 4
Sebagai bahan sumber mikroorganisme
6
Air
Sebagai bahan pembuatan pupuk kompos
7
Gula pasir
Sebagai sumber energi EM4

3.3. Prosedur Kerja
Prosedur kerja dalam praktikum pembuatan pupuk kompos adalah sebagai berikut :
1.   Penyiapan alat dan bahan yang akan digunakan dalam pembuatan pupuk kompos
2.   Pembersihan tempat pencampuran pupuk kompos
3.   Pemisahan daun gamal dari batangnya
4.   Pencampuran feses kambing dengan sekam, dedak dan daun gamal
5.   Pemberian air secukupnya agar mudah tercampur dan agak lembab
6.   Selanjutnya, pemberian EM4 agar memudahkan dalam proses fermentasi atau mempercepat dalam proses pengomposan. Lalu di tutup menggunakan karung agar bebas dari udara.
7.   Pegukuran suhu dilakukan sampai terbentuk pupuk kompos yang sempurna dengan menggunakan thermometer.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Adapun hasil pengamatan organoleptik pupuk kompos yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 3 berikut :
Tabel 3. Pengamatan Organoleptik Pupuk Kompos.
No
Pengamatan Sensorik
Hasil Pengamatan Sensorik
1
Warna
Coklat kehitam-hitaman
2
Tekstur
Bertekstur remah dan gembur
3
Aroma
Tidak berbau busuk (berbau seperti tanah)

Adapun hasil pengukuran suhu pupuk kompos yang dilakukan selama 11 hari dapat dilihat pada Tabel 4 berikut :
Tabel 4. Suhu Pupuk Kompos.
No
Taggal Pengukuran
Suhu Kompos
1
Senin, 27 Februari 2017
38°C
2
Selasa, 28 Februari 2017
40,2°C
3
Rabu, 01 Maret 2017
39°C
4
Kamis, 02 Maret 2017
42°C
5
Jumat, 03 Maret 2017
35°C
6
Sabtu, 04 Maret 2017
36°C
7
Minggu, 05 Maret 2017
35°C
8
Senin, 06 Maret 2017
35°C
9
Selasa, 07 Maret 2017
36°C
10
Rabu, 08 Maret 2017
30,7°C
11
Kamis, 09 Maret 2017
31°C



4.2. Pembahasan
Pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah.
Dalam pembuatan pupuk kompos yang kami lakukan menggunakan bahan yang terdiri dari feses kambing, daun gamal, sekam, dedak dan air secukupnya serta penambahan larutan EM4 sebagai decomposer atau bantuan activator. EM4 merupakan activator kompos yang mengandung mikroorganisme yang dapat meningkatkan keragaman mikroorganisme tanah dan dapat meningkatkan kualitas tanah, kesehatan tanah serta mempercepat proses pengomposan. Menurut Rahayu M. S. dan Nurhayati (2005) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa dalam pembuatan kompos dengan menggunakan bantuan aktivator, diantaranya aktivator EM4 dan aktivator Stardec. Aktivator EM4 dan Stardec merupakan aktivator kompos yang mengandung mikroorganisme yang dapat meningkatkan keragaman mikroorganisme tanah dan dapat meningkatkan kualitas tanah, kesehatan tanah serta mempercepat proses pengomposan. Berdasarkan penelitian Utomo B. (2010), penggunaan bioaktivator (aktivator kompos) pada tanah gambut menghasilkan peningkatan tinggi padat tanaman sebesar 39,44% dan penggunaan mikroorganisme efektif (EM4), menurunkan C-organik dan meningkatkan N, P, K dan Ca yang terlarut dalam tanah serta memperbaiki sifat kimia tanah.
Adapun hasil pengamatan organoleptik pada pupuk kompos yang kami lakukan selama 11 hari pupuk kompos yang telah matang memiliki warna coklat kehitam-hitaman, bertekstur remah dan gembur, dan memiliki aroma tidak berbau busuk (kalau berbau, baunya seperti tanah). Menurut Murbandono (2006) kompos dikatakan sudah matang apabila bahan berwarna coklat kehitam-hitaman dan tidak berbau busuk, berstruktur remah dan gembur (bahan menjadi rapuh dan lapuk, menyusut dan tidak menggumpal), mempunyai kandungan C/N rasio rendah. Dibawah 20, tidak berbau ( kalau berbau, baunya seperti tanah ), suhu ruangan kurang lebih 30ºC, kelembapan dibawah 40 %.
Pengukuran suhu dilakukan sampai pupuk memiliki suhu normal yaitu 30ºC sampai 38ºC. Pengukuran suhu pada pembuatan pupuk kompos yang kami lakukan selama 11 hari, suhu kompos yang kami buat yaitu pada hari pertama 38ºC, hari kedua 40,2ºC, hari ketiga 39ºC, hari keempat 42ºC, hari kelima 35ºC, hari keenam 36ºC, hari ketujuh 35ºC, hari kedelapan 35ºC, hari kesembilan 36ºC, hari kesepuluh 30,7ºC da hari kesebelas 31ºC. Pengukuran suhu yang kami lakukan berbeda dengan yang dilakukan, Dahuri dan Deri (2004) bahwa pengukuran suhu dilakukan selama 2 minggu dengan suhu pada hari pertama 40ºC, hari kedua 45ºC, hari ketiga 39,2ºC, hari keempat 40,6ºC, hari kelima 38ºC, hari keenam 42ºC, hari ketujuh 41ºC, hari kedelapan 40ºC, hari kesembilan 36ºC, hari kesepuluh 38ºC, hari kesebelas 40ºC, hari kedua belas 37ºC, hari tiga belas 38ºC,dan hari keempat belas 38ºC.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang dilaksanakan dan diamati selama praktikum dapat disimpulkan bahwa:
1.      Proses pembuatan pupuk kompos dilakukan selama 12 hari, pertama-tama penyiapan alat dan bahan yang akan digunakan, pencampuran feses kambing dengan sekam, dedak dan daun gamal, pemberian air secukupnya agar mudah tercampur, selanjutnya pemberian EM4 agar memudahkan dalam proses fermentasi atau mempercepat dalam proses pengomposan. Lalu di tutup menggunakan karung agar bebas dari udara dan pegukuran suhu dilakukan sampai terbentuk pupuk kompos yang sempurna dengan menggunakan thermometer selama 11 hari.
2.      Pupuk kompos yang telah matang memiliki warna coklat kehitam-hitaman, bertekstur remah dan gembur, dan memiliki aroma tidak berbau busuk (kalau berbau, baunya seperti tanah).
3.      Pengukuran suhu pada pembuatan pupuk kompos yang kami lakukan selama 11 hari, suhu kompos pada hari pertama 38ºC, hari kedua 40,2ºC, hari ketiga 39ºC, hari keempat 42ºC, hari kelima 35ºC, hari keenam 36ºC, hari ketujuh 35ºC, hari kedelapan 35ºC, hari kesembilan 36ºC, hari kesepuluh 30,7ºC da hari kesebelas 31ºC dengan menggunakan thermometer.
5.2. Saran
Adapun saran yang dapat saya ajukan pada praktikum pembuatan pupuk kompos kali ini adalah sebaiknya dalam pelaksanaan praktikum alat yang akan digunakan oleh praktikan disediakan dengan lengkap agar memudahkan praktikan dalam melaksanaan praktikum.












DAFTAR PUSTAKA
Crawford, J.H. 2003. Pemanfaatan Sampah Organic Menjadi Kompos Dengan Bantuan Mikroorganisme : Udayana Universitas.
Dahuri dan Deri. 2004. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Depok.
Guntoro D., Bahar, F.A. dan Abidin, Z. 2003. Pengaruh Pemberian Kompos Bagase Terhadap Serapan Hara Dan Pertumbuhan Tanaman Tebu(Saccharum officinarum L.). Dalam Buletin Agronomi, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor.

Lingga, P. 2006. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Depok.
Rahayu, M. S. dan Nurhayati. 2005. Pengaruh Kompos Terhadap Ketersediaan Hara Dan Produksi Tanaman Caisin Pada Tanah Latosol Dari Gunung Sindur, sebuah skripsi : Bogor.
Susilawati, R. 2000. Penggunaan Media Kompos Fermentasi (Bokashi) dan Pemberian Effective Microorganism - 4 (EM-4) Pada Tanah Podzolik Merah Kuning Terhadap Pertumbuhan Semai Acacia mangium Wild, sebuah skripsi.

Sutejo, M.M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Utomo, B. 2010. Cara Cepat Membuat Kompos. PT. Agromedia Pustaka. Depok.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar