LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU LINGKUNGAN TERNAK
PENGAMATAN TIPE
VEGETASI TANAMAN DAN KAPASITAS TAMPUNG
Oleh:
Nama : Vina Eka Prasetia N.A.A
NIM : L1A1
14 059
Kelompok : II
Kelas : B
Asisten : Nuriadin
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu lingkungan
ternak adalah segala aspek yang mempelajari tentang lingkungan disekitar ternak
atau yang mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan diluar tubuh
ternak misalnya lingkungan sekitar ternak, pakan ternak, dan lain-lain.
Hijauan makanan ternak (HMT) merupakan salah satu bahan makanan ternak yang sangat
diperlukan dan besar manfaatnya bagi kehidupan dan kelangsungan populasi
ternak. Oleh karenanya, hijauan makanan ternak sebagai salah satu bahan makanan
merupakan dasar utama untuk mendukung peternakan terutama bagi peternak yang setiap harinya membutuhkan cukup banyak
hijauan pakan ternak misalnya jenis-jenis rerumputan, leguninosa dan lain-lain.
Alang-alang
termasuk salah satu jenis vegetasi tanaman makanan ternak yang sangat banyak
mengandung kadar serat kasar yang bermanfaat bagi ternak ruminansia. Selain
sebagai pakan ternak, alang-alang juga memiliki banyak khasiat diantaranya
sebagai obat traisional yang bermanfaat bagi manusia.
Seiring
perkembangan usaha di dunia khususnya Indonesia, vegetasi tanaman makanan
ternak sejenis ini sangat perlu untuk dilestarikan. Vegetasi sejenis ini juga
sangat disukai oleh ternak dan jenis ini juga sangat mudah ditemukan. Dengan
vegetasi alang-alang ini, peternak tidak perlu susah-susah lagi dalam mencari
bahan makanan ternak yang banyak mengandung serat kasar karena sudah banyak
ditemukan khususnya pada hamparan padangan yang luas, banyak sekali vegetasi
sejenis ini.
Makanan
ternak merupakan makanan pokok bagi hewan yang memamah biak diantaranya adalah
ternak ruminansia. Karena makanan ternak seperti vegetasi ini biasanya
digunakan sebagai makanan pokok bagi ternak sudah tentu berpengaruh besar
terhadap produksi ternak.
Salah
satu faktor kemerosotan populasi ternak adalah karena adanya faktor kekurangan
makanan. Dimana sumber makana pokok bagi ternak akan hijauan sangatlah
terbatas. Ternak ruminansia dewasa ini masih bertahan karena mengandalkan
kepada sumber makanan hijauan di luar usaha tani dann sebagian dari hasil
ikutan usaha tani. Oleh karena itu baik kuantitas maupun kualitas hijauan
sebagai makanan pokok ternak ruminansia jauh dari mencukupi.
Dalam
hal ini, vegetasi sejenis rerumputan dan jenis leguminosa sangat perlu dan
sangat penting bagi penunjangan kehidupan ternak yang membutuhkan serat sebagai
proses pertumbuhannya selama proses produksi dan sebagai tenaga penunjang
kehidupan ternak.
Sesuai dengan ketentuan
tersebut maka perlu adanya rehabilitasi terhadap tanaman makanan ternak yang
lebih dapat menunjang produksi ternak berikutnya. Maka dari itu perlu adanya
pengamatan terhadap vegetasi tanamn makanan ternak baik dari segi kualitas
maupun kuantitasnya. Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu dilakukan
praktikum ilmu lingkungan Ternak.
B.
Tujuan
Adapun tujuan dari
praktikum ini yaitu untuk mengetahui tipe vegetasi atau komposisi botanis
disuatu wilayah.
C.
Manfaat
Adapun
manfaat dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Mahsiswa
dapat mengetahui tipe vegetasi atau komposisi botanis,
2. Mahasiswa
dapat mengetahui komposisi jenis rumput yang dapat dimakan ternak atau yang
tidak dapat dimakan ternak, dan
3.
Mahasiswa dapat memprediksi
kapasitas tampung suatu padang rumput alam setelah dilakukan analisis
laboratorium.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Vegetasi
merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang
hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama
tersebut terdapat interaksi yang erat baik diantara sesama individu penyusun
vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu
sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis. Vegetasi (dari bahasa Inggris:
vegetation) dalam ekologi
adalah istilah untuk keseluruhan komunitas
tetumbuhan
(Latifah, 2005).
Vegetasi
merupakan bagian hidup yang tersusun dari tetumbuhan yang menempati suatu ekosistem.
Beraneka tipe hutan,
kebun,
padang rumput,
dan tundra
merupakan contoh-contoh vegetasi dan didalamnya juga terdapat berbagai jenis
tumbuhan misalnya jenis rerumputan, leguminosa dan lain-lain. Tipe-tipe
Vegetasi yang ada di atas muka bumi yaitu Tropical forest, Savanna, Desert,
Chaparral, Temperate grassland, Temperate , deciduous forest, Coniferous forest
dan Tundra (Irwanto, 2007).
Tingkat keanekaragaman jenis
vegetasi juga dapat dilihat dari jumlah individu dalam setiap jenis. Semakin
kecil jumlah individu dalam setiap jenis, maka semakin tinggi keanekaragaman
jenisnya. Vegetasi bukan hanya asosiasi dari individu tumbuhan akan tetapi merupakan
satu kesatuan dimana individu-individu penyusunnya saling tergantung satu sama
lain yang di kenal sebagai suatu komunitas tumbuhan. Apabila pengertian
tumbuh-tumbuhan ditekankan pada hubungan yang erat antara komponen organisme
dengan faktor lingkungan, maka hal ini di sebut Ekosistem (Susanto, 2012).
Beberapa-beberapa faktor yang mempengaruhi
komposisi dan struktur vegetasi, yaitu flora, habitat (iklim, tanah, dan lain-lain),
waktu dan kesempatan sehingga vegetasi di suatu tempat merupakan hasil
resultante dari banyak faktor baik sekarang maupun yang lampau. Sebaliknya
vegetasi dapat dipakai sebagai indikator suatu habitat baik pada saat sekarang maupun
sejarahnya (Martono, 2012).
Alang-alang atau ilalang ialah sejenis rumput
berdaun tajam, yang kerap menjadi gulma
di lahan pertanian.
Rumput ini juga dikenal dengan nama-nama daerah seperti alalang, halalang
(Min.),
lalang (Mly.,
Md.,
Bl.), eurih
(Sd.), rih (Bat.),
jih (Gayo),
re (Sas.,
Sumbawa),
rii, kii, ki (Flores),
rie (Tanimbar),
reya (Sulsel),
eri, weri, weli (Ambon
dan Seram),
kusu-kusu (Menado,
Ternate
dan Tidore),
nguusu (Halmahera),
wusu, wutsu (Sumba)
dan lain-lain (Atmadilaga, 2006).
III.
METODOLOGI
PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilksanakan pada hari
Sabtu, tanggal 28 November 2015. Bertempat di belakang Fakultas Pertanian
Universitas Halu Oleo, Kendari.
3.2 Alat dan Bahan
Alat
yang digunakan pada Praktikum Vegetasi Tanaman Makanan Ternak dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel
1. Alat dan Kegunaan yang digunakan pada Praktikum Vegetasi Tanaman Makanan
Ternak.
No.
|
Alat
|
Kegunaan
|
1.
|
Frame
|
Sebagai pembatas dalam mengambil vegetasi
|
dalam ukuran 1 x 1 m.
|
||
2.
|
Parang/Sabit
|
Untuk memotong jenis Vegetasi yang terdapat
|
dalam frame.
|
||
3.
|
Kantong Kresek
|
Sebagi tempat untuk vegetasi yang ditemukan
|
dalam setiap frame.
|
||
4.
|
Timbangan
|
Untuk menimbang vegetasi yang ditemukan
|
5.
|
Alat tulis menulis
|
dalam setiap cluster.
Untuk mencatat data hasil pengamatan
|
Bahan yang digunakan dalam Praktikum Vegetasi
Tanaman Makanan Ternak dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel
2. Bahan danm Kegunaan yang digunakan pada Praktikum Vegetasi Tanaman Makanan
Ternak.
No.
|
Bahan
|
Kegunaan
|
1.
|
Lingkungan lapangan
|
Sebagai tempat/lokasi pengambilan sampel
|
Terbuka
|
||
2.
|
Tabel pencatat data
|
Untuk mencatat jenis vegetasi dan berat
|
|
|
dari masing-masing vegetasi.
|
3.3 Metode Pengambilan Data
Metode pengambilan data praktikum
Pengamatan Tipe Vegetasi Tanaman Makanan
Ternak ini dilakukan dengan pengambilan data secara langsung dari lapangan
terbuka dan mencatat hasil pengamatan berdasarkan jenis tipe vegetasi dan
menyesuaikan dengan literatur.
3.4 Prosedur Kerja
Adapun
prosedur kerja pada Praktikum Tipe Vegetasi Tanaman Makanan ternak adalah
sebagai berikut:
1.
Cluster Pertama
a. Cuplikan Pertama: penempatan
frame pertama dilakukan secara acak atau ditentukan secara acak atau ditentukan
atau diujung sebelah kiri atau juga di tengah dalam suatu kawasan dengan kanan
atau diujung sebelah kiri atau juga di tengah dalam suatu kawasan dengan luasan
tertentu 1 (ha),
b. Rumput
didalam frame dipootong setinggi 10 cm dari ats permukaan tanah dan semua
rumput yang telah dipotong ditimbang beratnya (Berat Basah),
c. Melakukan
identifikasi semua jenis rumput yang telah dipotong termasuk menentukan tanaman
yang dapat dimakan ternak dan yang tidak dimakan ternak,
d. Sampel
rumput kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari selama ± 2-3 hari dan kemudian
ditimbang (Berat Kering), dan
e. Cuplikan Kedua: Dihitung
25 langkah ke kiri atau ke kanan dari tempat frame pertama (cuplikan pertama) ±
10 m, frame diletakkan pada padangan rumput (cuplikan kedua). Kemuadian
dilakukan pengukuran seperti pad cuplikan pertama.
2.
Cluster Kedua dan Ketiga
a. Cluster kedua: Ditentukan
ke arah kiri atau kanan atau bagian tengah dari cluster pertama sejauh 10
Langkah,
b. Selanjutnaya
memotong, menimbang dan mengidentifikasi rumput yang ada di dalam frame seperti
pada Cluster Pertama, dan
c. Cluster ketiga: Ditentukan
20 atau 10 langkah dari Cluster Kedua, arahnya boleh dari tengah, kiri atau
kanan. Kemudian melakukan penimbangan dan perlakuan seperti pada cluster
sebelumnya.
3.
Cluster
Keempat dan Kelima
a. Cluster keempat: Ditentukan
ke arah kiri atau kanan atau bagian tengah dari cluster ketiga sejauh 10
langkah,
b. Selanjutnya
memotong, menimbang dan mengidentifikasi rumput yang ada di dalam frame seperti
pada Cluster Pertama, dan
c. Cluster kelima: Ditentukan
20 atau 10 langkah dari Cluster Keempat, arahnya boleh dari tengah, kiri atau
kanan. Kemudian melakukan penimbangan dan perlakuan seperti pada cluster
sebelumnya.
IV.
HASIL
DAN PEBAHASAN
4.1
Hasil
Pengamatan
Berdasarkan data
hasil pengamatan pada Tipe Vegetasi Tanaman Makanan Ternak, maka dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Pengamatan Tipe Vegetasi Tanaman
Makanan Ternak
No.
|
Cluster
|
Cuplikan
|
TMT
|
Berat Basah (gr)
|
Berat Kering (gr)
|
Jenis
|
|
|
|
|
TMT
|
Non TMT
|
|
|
|
1.
|
I
|
1
|
100%
|
-
|
300
|
200
|
Alang-alang
|
Komba-komba
|
|||||||
2
|
100%
|
-
|
300
|
210
|
Alang-alang
|
||
Legum
|
|||||||
2.
|
II
|
1
|
100%
|
-
|
200
|
90
|
Alang-alang
|
2
|
100%
|
200
|
100
|
Komba-komba
|
|||
Alang-alang
|
|||||||
3.
|
III
|
1
|
100%
|
-
|
220
|
110
|
Alang-alang
|
2
|
100%
|
500
|
400
|
Alang-alang
|
|||
4.
|
IV
|
1
|
100%
|
-
|
510
|
390
|
Rumput gaja
|
2
|
100%
|
500
|
380
|
Alang-alang
|
|||
Komba-komba
|
|||||||
5.
|
V
|
1
|
100%
|
-
|
600
|
400
|
Alang-alang
|
2
|
100%
|
500
|
310
|
Alang-alang
|
|||
|
|
Komba-komba
|
4.2
Pembahasan
Vegetasi
merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang
hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama
tersebut terdapat interaksi yang erat baik diantara sesama individu penyusun
vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu
sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis. Vegetasi (dari bahasa Inggris:
vegetation) dalam ekologi
adalah istilah untuk keseluruhan komunitas
tetumbuhan.
Vegetasi merupakan bagian hidup yang tersusun dari tetumbuhan yang menempati
suatu ekosistem.
Beraneka tipe hutan,
kebun,
padang rumput,
dan tundra
merupakan contoh-contoh vegetasi dan didalamnya juga terdapat berbagai jenis
tumbuhan misalnya jenis rerumputan, leguminosa dan lain-lain.
Berdasarkan
hasil pengamatan yang telah dilakukan maka diperoleh data seperti tabel 3 yang
menunjukkan bahwa, pada lahan pengambilan sampel dominan jenis vegetasi yang
ditemukan adalah sejenis Alang-alang, Komba-komba dan jenis leguminosa. Dalam
praktikum ini dilakukan pengamatan pada berat basah pada saat pengambilan dilokasi
dan mengukur berapa beratnya setelah dikeringkan (Berat Kering).
Dilihat
bahwa pada hasil pengamatan, ditemukan bahwa berat basah tentu lebih berat
dibanding berat kering. Hal ini termasuk dalam beberapa faktor yaitu dalam
rumput ataupun hijauan apa saja yang masih segar, kandungan airnya lebih tinggi
dari pada rumput yang sudah kering yang kandungan airnya sudah berkurang.
Berdasarkan
hasil pengamatan pada tabel 3 yang dilakukan diperoleh berat basah pada Cluster
Pertama Cuplikan Pertama adalah berat basah sebesar 300 gr sedangkan berat
setelah dikeringkan (Berat Kering) adalah 200 dan pada cluster ini didapatkan
tanaman atau jenis hijauan berupa alang-alang sekitar 70% dan komba-komba 30%,
dan pada cluster ini juga tanaman yang dapat dimakan ternak sebesar 100%. Cuplikan
kedua adalah berat basah sebesar 300 gr sedangkan berat setelah dikeringkan
(Berat Kering) adalah 210 gr dan pada cuplikan kedua ini didapatkan tanaman
atau jenis hijauan berupa alang-alang sekitar 50% dan jenis legum 50%, dan pada
cuplikan kedua ini juga tanaman yang dapat dimakan ternak sebesar 100%. Cluster
kedua Cuplikan Pertama adalah berat basah sebesar 200 gr sedangkan berat
setelah dikeringkan (Berat Kering) adalah 90 dan pada cluster ini didapatkan
tanaman atau jenis hijauan berupa alang-alang 100%, dan pada cluster ini juga
tanaman yang dapat dimakan ternak sebesar 100%. Cuplikan kedua adalah berat
basah sebesar 200 gr sedangkan berat setelah dikeringkan (Berat Kering) adalah
100 gr dan pada closter kedua cuplikan kedua ini didapatkan tanaman atau jenis
hijauan berupa komba-komba sekitar 80% dan alang-alang sekitar 20%, dan pada
cuplikan kedua ini juga tanaman yang dapat dimakan ternak sebesar 100%. Cluster
ketiga Cuplikan Pertama adalah berat basah sebesar 220 gr sedangkan berat
setelah dikeringkan (Berat Kering) adalah 110 gr dan pada cluster ini
didapatkan tanaman atau jenis hijauan berupa alang-alang 100%, dan pada cluster
ini juga tanaman yang dapat dimakan ternak sebesar 100%. Cuplikan kedua adalah
berat basah sebesar 500 gr sedangkan berat setelah dikeringkan (Berat Kering)
adalah 400 gr dan pada closter kedua cuplikan kedua ini didapatkan tanaman alang-alang
100%, dan pada cluster ketiga cuplikan kedua ini juga tanaman yang dapat
dimakan ternak sebesar 100%. Cluster keempat cuplikan pertama adalah berat
basah sebesar 510 gr sedangkan berat setelah dikeringkan (Berat Kering) adalah
390 gr dan pada closter keempat cuplikan pertama ini didapatkan tanaman rumput
gaja 100%, dan pada cluster keempat cuplikan pertama ini juga tanaman yang
dapat dimakan ternak sebesar 100%. Cuplikan kedua adalah berat basah sebesar
500 gr sedangkan berat setelah dikeringkan (Berat Kering) adalah 380 gr dan
pada closter keempat cuplikan kedua ini didapatkan tanaman alang-alang 90% dan
komba-komba 10%, dan pada cluster keempat cuplikan kedua ini juga tanaman yang
dapat dimakan ternak sebesar 100%. Closter Kelima cuplikan pertama adaah berat
basah sebesar 600 gr sedangkan berat setelah dikeringkan (Berat Kering) adalah
400 gr dan pada closter closter kelima cuplikan pertama ini
didapatkan tanaman alang-alang 100%, dan pada cluster kelima cuplikan pertama
ini juga tanaman yang dapat dimakan ternak sebesar 100%. Cuplikan kedua adalah
berat basah sebesar 500 gr sedangkan berat setelah dikeringkan (Berat Kering)
adalah 310 gr dan pada closter kelima cuplikan kedua ini didapatka tanaman
alang-alang 80% dan komba-komba 20%, dan pada cluster kelima cuplikan kedua ini
juga tanaman yang dapat dimakan ternak sebesar 100%.
V.
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
1. Vegetasi
merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang
hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama
tersebut terdapat interaksi yang erat baik diantara sesama individu penyusun
vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu
sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis.
2. Dalam
praktikum ini berbagai jenis tanaman yang ditemukan didalam lima closter dan
sepuluh cuplikan misalnya aang-alang, komba-komba, rumput gaja, dan legum.
3. Pada
Lima closter sepuluh cuplikan tanaman yang dapat dimakan ternak sebesar 100%.
5.2 Saran
Saran yang dapat kami ajukan yaitu
sebaiknya dalam melaksanakan praktikum ini praktikan datang
DAFTAR
PUSTAKA
Atmadilaga,
D. 2006. Sumber-sumber Potensial bagi Pengembangan Peternakan di Jawa Barat.
Bogor.
Irwanto,
2007. Analisis Vegetasi untuk Pengelolaan Kawasan Hutan Lindung Pulau Marsegu,
Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku. Tesis Sekolah Pascasarjana
Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.
Latifah, S.,
2005. Analisis Vegetasi Hutan Alam. Universitas Sumatera Utara.
Martono, D.
S., 2012. Analisis Vegetasi Dan Asosiasi Antara Jenis-Jenis Pohon Utama Penyusun
Hutan Tropis Dataran Rendah Di Taman Nasional Gunung Rinjani Nusa Tenggara Barat.
Jurnal Agri-tek. Vol. 13 No. 2.
Susanto, A.,
2012. Struktur Komposisi Vegetasi Di Kawasan Cagar Alam Manggis Gadungan.
Jurnal Agri-tek. Vol. 13 No. 2.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar