Kamis, 16 Maret 2017

LAPORAN ILMU LINGKUNGAN TERNAK "PENGAMATAN TIPE VEGETASI TANAMAN DAN KAPASITAS TAMPUNG"



LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU LINGKUNGAN TERNAK



PENGAMATAN TIPE VEGETASI TANAMAN DAN KAPASITAS TAMPUNG




Oleh:
Nama                    :           Vina Eka Prasetia N.A.A
NIM                      :           L1A1 14 059
Kelompok                        :           II
Kelas                     :           B
Asisten                  :           Nuriadin







JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015



I.                   PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Ilmu lingkungan ternak adalah segala aspek yang mempelajari tentang lingkungan disekitar ternak atau yang mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan diluar tubuh ternak misalnya lingkungan sekitar ternak, pakan ternak, dan lain-lain.
Hijauan makanan ternak (HMT) merupakan salah satu bahan makanan ternak yang sangat diperlukan dan besar manfaatnya bagi kehidupan dan kelangsungan populasi ternak. Oleh karenanya, hijauan makanan ternak sebagai salah satu bahan makanan merupakan dasar utama untuk mendukung peternakan terutama bagi peternak  yang setiap harinya membutuhkan cukup banyak hijauan pakan ternak misalnya jenis-jenis rerumputan, leguninosa dan lain-lain.
Alang-alang termasuk salah satu jenis vegetasi tanaman makanan ternak yang sangat banyak mengandung kadar serat kasar yang bermanfaat bagi ternak ruminansia. Selain sebagai pakan ternak, alang-alang juga memiliki banyak khasiat diantaranya sebagai obat traisional yang bermanfaat bagi manusia.
Seiring perkembangan usaha di dunia khususnya Indonesia, vegetasi tanaman makanan ternak sejenis ini sangat perlu untuk dilestarikan. Vegetasi sejenis ini juga sangat disukai oleh ternak dan jenis ini juga sangat mudah ditemukan. Dengan vegetasi alang-alang ini, peternak tidak perlu susah-susah lagi dalam mencari bahan makanan ternak yang banyak mengandung serat kasar karena sudah banyak ditemukan khususnya pada hamparan padangan yang luas, banyak sekali vegetasi sejenis ini.
Makanan ternak merupakan makanan pokok bagi hewan yang memamah biak diantaranya adalah ternak ruminansia. Karena makanan ternak seperti vegetasi ini biasanya digunakan sebagai makanan pokok bagi ternak sudah tentu berpengaruh besar terhadap produksi ternak.
Salah satu faktor kemerosotan populasi ternak adalah karena adanya faktor kekurangan makanan. Dimana sumber makana pokok bagi ternak akan hijauan sangatlah terbatas. Ternak ruminansia dewasa ini masih bertahan karena mengandalkan kepada sumber makanan hijauan di luar usaha tani dann sebagian dari hasil ikutan usaha tani. Oleh karena itu baik kuantitas maupun kualitas hijauan sebagai makanan pokok ternak ruminansia jauh dari mencukupi.
Dalam hal ini, vegetasi sejenis rerumputan dan jenis leguminosa sangat perlu dan sangat penting bagi penunjangan kehidupan ternak yang membutuhkan serat sebagai proses pertumbuhannya selama proses produksi dan sebagai tenaga penunjang kehidupan ternak.
Sesuai dengan ketentuan tersebut maka perlu adanya rehabilitasi terhadap tanaman makanan ternak yang lebih dapat menunjang produksi ternak berikutnya. Maka dari itu perlu adanya pengamatan terhadap vegetasi tanamn makanan ternak baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu dilakukan praktikum ilmu lingkungan Ternak.
B.        Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui tipe vegetasi atau komposisi botanis disuatu wilayah.
C.      Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.      Mahsiswa dapat mengetahui tipe vegetasi atau komposisi botanis,
2.      Mahasiswa dapat mengetahui komposisi jenis rumput yang dapat dimakan ternak atau yang tidak dapat dimakan ternak, dan
3.      Mahasiswa dapat memprediksi kapasitas tampung suatu padang rumput alam setelah dilakukan analisis laboratorium.

















II.                TINJAUAN PUSTAKA
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis. Vegetasi (dari bahasa Inggris: vegetation) dalam ekologi adalah istilah untuk keseluruhan komunitas tetumbuhan (Latifah, 2005).
Vegetasi merupakan bagian hidup yang tersusun dari tetumbuhan yang menempati suatu ekosistem. Beraneka tipe hutan, kebun, padang rumput, dan tundra merupakan contoh-contoh vegetasi dan didalamnya juga terdapat berbagai jenis tumbuhan misalnya jenis rerumputan, leguminosa dan lain-lain. Tipe-tipe Vegetasi yang ada di atas muka bumi yaitu Tropical forest, Savanna, Desert, Chaparral, Temperate grassland, Temperate , deciduous forest, Coniferous forest dan Tundra (Irwanto, 2007).
Tingkat keanekaragaman jenis vegetasi juga dapat dilihat dari jumlah individu dalam setiap jenis. Semakin kecil jumlah individu dalam setiap jenis, maka semakin tinggi keanekaragaman jenisnya. Vegetasi bukan hanya asosiasi dari individu tumbuhan akan tetapi merupakan satu kesatuan dimana individu-individu penyusunnya saling tergantung satu sama lain yang di kenal sebagai suatu komunitas tumbuhan. Apabila pengertian tumbuh-tumbuhan ditekankan pada hubungan yang erat antara komponen organisme dengan faktor lingkungan, maka hal ini di sebut Ekosistem (Susanto, 2012).
Beberapa-beberapa faktor yang mempengaruhi komposisi dan struktur vegetasi, yaitu flora, habitat (iklim, tanah, dan lain-lain), waktu dan kesempatan sehingga vegetasi di suatu tempat merupakan hasil resultante dari banyak faktor baik sekarang maupun yang lampau. Sebaliknya vegetasi dapat dipakai sebagai indikator suatu habitat baik pada saat sekarang maupun sejarahnya (Martono, 2012).
Alang-alang atau ilalang ialah sejenis rumput berdaun tajam, yang kerap menjadi gulma di lahan pertanian. Rumput ini juga dikenal dengan nama-nama daerah seperti alalang, halalang (Min.), lalang (Mly., Md., Bl.), eurih (Sd.), rih (Bat.), jih (Gayo), re (Sas., Sumbawa), rii, kii, ki (Flores), rie (Tanimbar), reya (Sulsel), eri, weri, weli (Ambon dan Seram), kusu-kusu (Menado, Ternate dan Tidore), nguusu (Halmahera), wusu, wutsu (Sumba) dan lain-lain (Atmadilaga, 2006).







III.             METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1   Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilksanakan pada hari Sabtu, tanggal 28 November 2015. Bertempat di belakang Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo, Kendari.
3.2   Alat dan Bahan
    Alat yang digunakan pada Praktikum Vegetasi Tanaman Makanan Ternak dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat dan Kegunaan yang digunakan pada Praktikum Vegetasi Tanaman Makanan Ternak.
No.
Alat
Kegunaan
1.
Frame
Sebagai pembatas dalam mengambil vegetasi


dalam ukuran 1 x 1 m.
2.
Parang/Sabit
Untuk memotong jenis Vegetasi yang terdapat


dalam frame.
3.
Kantong Kresek
Sebagi tempat untuk vegetasi yang ditemukan


dalam setiap frame.
4.
Timbangan
Untuk menimbang vegetasi yang ditemukan
 5.
Alat tulis menulis 
dalam setiap cluster.
Untuk mencatat data hasil pengamatan

              Bahan yang digunakan dalam Praktikum Vegetasi Tanaman Makanan Ternak dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Bahan danm Kegunaan yang digunakan pada Praktikum Vegetasi Tanaman Makanan Ternak.
No.
Bahan
Kegunaan
1.
Lingkungan lapangan
Sebagai tempat/lokasi pengambilan sampel

Terbuka

2.
Tabel pencatat data
Untuk mencatat jenis vegetasi dan berat


dari masing-masing vegetasi.




3.3   Metode Pengambilan Data
    Metode pengambilan data praktikum Pengamatan Tipe Vegetasi  Tanaman Makanan Ternak ini dilakukan dengan pengambilan data secara langsung dari lapangan terbuka dan mencatat hasil pengamatan berdasarkan jenis tipe vegetasi dan menyesuaikan dengan literatur.
3.4    Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja pada Praktikum Tipe Vegetasi Tanaman Makanan ternak adalah sebagai berikut:
1.    Cluster Pertama
a.    Cuplikan Pertama: penempatan frame pertama dilakukan secara acak atau ditentukan secara acak atau ditentukan atau diujung sebelah kiri atau juga di tengah dalam suatu kawasan dengan kanan atau diujung sebelah kiri atau juga di tengah dalam suatu kawasan dengan luasan tertentu 1 (ha),
b.    Rumput didalam frame dipootong setinggi 10 cm dari ats permukaan tanah dan semua rumput yang telah dipotong ditimbang beratnya (Berat Basah),
c.    Melakukan identifikasi semua jenis rumput yang telah dipotong termasuk menentukan tanaman yang dapat dimakan ternak dan yang tidak dimakan ternak,
d.   Sampel rumput kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari selama ± 2-3 hari dan kemudian ditimbang (Berat Kering), dan
e.    Cuplikan Kedua: Dihitung 25 langkah ke kiri atau ke kanan dari tempat frame pertama (cuplikan pertama) ± 10 m, frame diletakkan pada padangan rumput (cuplikan kedua). Kemuadian dilakukan pengukuran seperti pad cuplikan pertama.
2.     Cluster Kedua dan Ketiga
a.    Cluster kedua: Ditentukan ke arah kiri atau kanan atau bagian tengah dari cluster pertama sejauh 10 Langkah,
b.    Selanjutnaya memotong, menimbang dan mengidentifikasi rumput yang ada di dalam frame seperti pada Cluster Pertama, dan
c.    Cluster ketiga: Ditentukan 20 atau 10 langkah dari Cluster Kedua, arahnya boleh dari tengah, kiri atau kanan. Kemudian melakukan penimbangan dan perlakuan seperti pada cluster sebelumnya.
3.    Cluster Keempat dan Kelima
a.    Cluster keempat: Ditentukan ke arah kiri atau kanan atau bagian tengah dari cluster ketiga sejauh 10 langkah,
b.    Selanjutnya memotong, menimbang dan mengidentifikasi rumput yang ada di dalam frame seperti pada Cluster Pertama, dan
c.    Cluster kelima: Ditentukan 20 atau 10 langkah dari Cluster Keempat, arahnya boleh dari tengah, kiri atau kanan. Kemudian melakukan penimbangan dan perlakuan seperti pada cluster sebelumnya.





IV.             HASIL DAN PEBAHASAN
4.1    Hasil Pengamatan
  Berdasarkan data hasil pengamatan pada Tipe Vegetasi Tanaman Makanan Ternak, maka dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Pengamatan Tipe Vegetasi Tanaman Makanan Ternak
No.
Cluster
Cuplikan
TMT

Berat Basah (gr)
Berat Kering (gr)
Jenis



TMT
Non TMT



1.
I
1
100%
-
300
200
Alang-alang







Komba-komba


2
100%
-
300
210
Alang-alang







Legum
2.
II
1
100%
-
200
90
Alang-alang


2
100%

200
100
Komba-komba







Alang-alang
3.
III
1
100%
-
220
110
Alang-alang


2
100%

500
400
Alang-alang
4.
IV
1
100%
-
510
390
Rumput gaja


2
100%

500
380
Alang-alang







Komba-komba
5.
V
1
100%
-
600
400
Alang-alang


2
100%

500
310
Alang-alang







Komba-komba

4.2    Pembahasan
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis. Vegetasi (dari bahasa Inggris: vegetation) dalam ekologi adalah istilah untuk keseluruhan komunitas tetumbuhan. Vegetasi merupakan bagian hidup yang tersusun dari tetumbuhan yang menempati suatu ekosistem. Beraneka tipe hutan, kebun, padang rumput, dan tundra merupakan contoh-contoh vegetasi dan didalamnya juga terdapat berbagai jenis tumbuhan misalnya jenis rerumputan, leguminosa dan lain-lain.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka diperoleh data seperti tabel 3 yang menunjukkan bahwa, pada lahan pengambilan sampel dominan jenis vegetasi yang ditemukan adalah sejenis Alang-alang, Komba-komba dan jenis leguminosa. Dalam praktikum ini dilakukan pengamatan pada berat basah pada saat pengambilan dilokasi dan mengukur berapa beratnya setelah dikeringkan (Berat Kering).
Dilihat bahwa pada hasil pengamatan, ditemukan bahwa berat basah tentu lebih berat dibanding berat kering. Hal ini termasuk dalam beberapa faktor yaitu dalam rumput ataupun hijauan apa saja yang masih segar, kandungan airnya lebih tinggi dari pada rumput yang sudah kering yang kandungan airnya sudah berkurang.
Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel 3 yang dilakukan diperoleh berat basah pada Cluster Pertama Cuplikan Pertama adalah berat basah sebesar 300 gr sedangkan berat setelah dikeringkan (Berat Kering) adalah 200 dan pada cluster ini didapatkan tanaman atau jenis hijauan berupa alang-alang sekitar 70% dan komba-komba 30%, dan pada cluster ini juga tanaman yang dapat dimakan ternak sebesar 100%. Cuplikan kedua adalah berat basah sebesar 300 gr sedangkan berat setelah dikeringkan (Berat Kering) adalah 210 gr dan pada cuplikan kedua ini didapatkan tanaman atau jenis hijauan berupa alang-alang sekitar 50% dan jenis legum 50%, dan pada cuplikan kedua ini juga tanaman yang dapat dimakan ternak sebesar 100%. Cluster kedua Cuplikan Pertama adalah berat basah sebesar 200 gr sedangkan berat setelah dikeringkan (Berat Kering) adalah 90 dan pada cluster ini didapatkan tanaman atau jenis hijauan berupa alang-alang 100%, dan pada cluster ini juga tanaman yang dapat dimakan ternak sebesar 100%. Cuplikan kedua adalah berat basah sebesar 200 gr sedangkan berat setelah dikeringkan (Berat Kering) adalah 100 gr dan pada closter kedua cuplikan kedua ini didapatkan tanaman atau jenis hijauan berupa komba-komba sekitar 80% dan alang-alang sekitar 20%, dan pada cuplikan kedua ini juga tanaman yang dapat dimakan ternak sebesar 100%. Cluster ketiga Cuplikan Pertama adalah berat basah sebesar 220 gr sedangkan berat setelah dikeringkan (Berat Kering) adalah 110 gr dan pada cluster ini didapatkan tanaman atau jenis hijauan berupa alang-alang 100%, dan pada cluster ini juga tanaman yang dapat dimakan ternak sebesar 100%. Cuplikan kedua adalah berat basah sebesar 500 gr sedangkan berat setelah dikeringkan (Berat Kering) adalah 400 gr dan pada closter kedua cuplikan kedua ini didapatkan tanaman alang-alang 100%, dan pada cluster ketiga cuplikan kedua ini juga tanaman yang dapat dimakan ternak sebesar 100%. Cluster keempat cuplikan pertama adalah berat basah sebesar 510 gr sedangkan berat setelah dikeringkan (Berat Kering) adalah 390 gr dan pada closter keempat cuplikan pertama ini didapatkan tanaman rumput gaja 100%, dan pada cluster keempat cuplikan pertama ini juga tanaman yang dapat dimakan ternak sebesar 100%. Cuplikan kedua adalah berat basah sebesar 500 gr sedangkan berat setelah dikeringkan (Berat Kering) adalah 380 gr dan pada closter keempat cuplikan kedua ini didapatkan tanaman alang-alang 90% dan komba-komba 10%, dan pada cluster keempat cuplikan kedua ini juga tanaman yang dapat dimakan ternak sebesar 100%. Closter Kelima cuplikan pertama adaah berat basah sebesar 600 gr sedangkan berat setelah dikeringkan (Berat Kering) adalah 400 gr  dan pada closter  closter kelima cuplikan pertama ini didapatkan tanaman alang-alang 100%, dan pada cluster kelima cuplikan pertama ini juga tanaman yang dapat dimakan ternak sebesar 100%. Cuplikan kedua adalah berat basah sebesar 500 gr sedangkan berat setelah dikeringkan (Berat Kering) adalah 310 gr dan pada closter kelima cuplikan kedua ini didapatka tanaman alang-alang 80% dan komba-komba 20%, dan pada cluster kelima cuplikan kedua ini juga tanaman yang dapat dimakan ternak sebesar 100%.







V.                KESIMPULAN DAN SARAN
5.1    Kesimpulan
1.      Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis.
2.      Dalam praktikum ini berbagai jenis tanaman yang ditemukan didalam lima closter dan sepuluh cuplikan misalnya aang-alang, komba-komba, rumput gaja, dan legum.
3.      Pada Lima closter sepuluh cuplikan tanaman yang dapat dimakan ternak sebesar 100%.
5.2    Saran
Saran yang dapat kami ajukan yaitu sebaiknya dalam melaksanakan praktikum ini praktikan datang



DAFTAR PUSTAKA
Atmadilaga, D. 2006. Sumber-sumber Potensial bagi Pengembangan Peternakan di Jawa Barat. Bogor.

Irwanto, 2007. Analisis Vegetasi untuk Pengelolaan Kawasan Hutan Lindung Pulau Marsegu, Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku. Tesis Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.

Latifah, S., 2005. Analisis Vegetasi Hutan Alam. Universitas Sumatera Utara.

Martono, D. S., 2012. Analisis Vegetasi Dan Asosiasi Antara Jenis-Jenis Pohon Utama Penyusun Hutan Tropis Dataran Rendah Di Taman Nasional Gunung Rinjani Nusa Tenggara Barat. Jurnal Agri-tek. Vol. 13 No. 2.

Susanto, A., 2012. Struktur Komposisi Vegetasi Di Kawasan Cagar Alam Manggis Gadungan. Jurnal Agri-tek. Vol. 13 No. 2.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar