Jumat, 24 Maret 2017

makalah penyuluhan dan komunikasi peternakan "Perilaku Belajar Orang Dewasa"




Makalah..!!!
PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PETERNAKAN
“Belajar Orang Dewasa”

Oleh :


NAMA           : VINA EKA PRASETIA NUR AULIA ANISA
STAMBUK   : L1A1 14 059
KELAS          : D



JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKA
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Belajar merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia yang sangat penting dalam usahanya mempertahankan hidup dan mengembangkan dirinya dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Belajar dirasa penting karena kehidupan manusia semakin berkembang dan semakin maju seiring dengan berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan, tanpa belajar manusia akan tertinggal dan tidak bisa mengikuti perkembangan zaman. Dengan demikian belajar merupakan suatu kebutuhan yang dirasa sebagai suatu keharusan untuk dipenuhi sepanjang usia manusia, sejak lahir hingga akhir hayatnya. (Malik. H, 2011).
Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan bersifat sepanjang hayat dan hanya akan terhenti ketika seseorang telah dijemput oleh kematian. Berangkat dari hal tersebut maka muncullah salah satu jenis pendidikan yang disebut pendidikan orang dewasa. (Yulianti. I, 2011).
Dalam kenyataan banyak praktek pembelajaran yang kurang pas, ada yang mengajar orang dewasa dengan metode yang seperti anak-anak, ada yang dominan kurang menghargai peserta belajar sebagai manusia yang sudah mempunyai bekal pngetahuan bawaan dan praktik-praktik metode yang keliru. Padahal orang dewasa mempunyai perbedaan ketika berada dalam ruang belajar. Orang dewasa mempunyai bekal pengalaman, konsep diri, orientasi, kesiapan belajar dan juga kemampuan kognitif yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak. Makanya perlu perlakuan yang berbeda.
Pada dasarnya orang dewasa telah memiliki banyak pengalaman belajar dalam hidupnya sehingga dalam proses pengajarannya harus dilakukan dengan menggunakan teori belajar untuk orang dewasa yang tentunya sangat berbeda dengan teori pengajaran untuk anak-anak serta pengajarannya pun harus dilakukan oleh tenaga pendidikan yang telah memahami berbagai teori dan konsep tentang pengajaran untuk orang dewasa.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut :
1.Bagaimana Pengertian Pendidikan Orang Dewasa ?
2. Bagaimana Klasifikasi Pendidikan Orang Dewasa ?
3. Bagaimana Karakteristik Belajar Orang Dewasa ?
4. Bagaimana Kondisi dan Prinsip Belajar Orang Dewasa ?
1.3. Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut :
1.    Untuk mengetahui Pengertian Pendidikan Orang Dewasa
2.    Untuk mengetahui Klasifikasi Pendidikan Orang Dewasa
3.    Untuk mengetahui Karakteristik Belajar Orang Dewasa
4.    Untuk mengetahui Kondisi dan Prinsip Belajar Orang Dewasa
















BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Pendidikan Orang Dewasa
Andragogi  berasal dari bahasa Yunani aner artinya orang dewasa, dan agogus artinya memimpin. Istilah lain yang kerap kali dipakai sebagai perbandingan adalah pedagogi yang ditarik dari kata paid artinya anak dan agogus artinya memimpin (Asmin, 2005). Pendidikan dewasa adalah suatu proses yang menumbuhkan keinginan untuk bertanya dan belajar secara berkelanjutan sepanjang hidup.
Bagi orang dewasa belajar berhubungan dengan bagaimana mengarahkan diri sendiri untuk bertanya dan mencari jawabannya (Supriantono, 2008). Pendidikan orang dewasa dapat diartikan sebagai keseluruhan proses pendidikan yang diorganisasikan, mengenai apapun bentuk isi, tingkatan status dan metoda apa yang digunakan dalam proses pendidikan tersebut, baik formal maupun non-formal (Vella, 2007).
Konsep pembelajaran bagi orang dewasa sering di istilahkan dengan Andragogi. Andragogi merupakan ilmu mengenai pembimbingan orang dewasa atau ilmu mengajar orang dewasa. Karakteristik andragogi berbeda dengan konsep pembelajaran yang diperuntukkan untuk anak-anak, atau yang disebut dengan pedagogi (Suhud, 2005).
Menurut: UNESCO(Townsend Coles, 1977), pendidikan orang dewasa merupakan keseluruhan proses pendidikan yang diorganisasikan, apa pun isi, tingkatan,metodenya baik formal dan tidak, yang melanjutkan maupun yang menggantikan pendidikan semula di sekolah, akademi dan universitas serta latihan kerja, yang membuat orang yang dianggap dewasa oleh masyarakat mengembangkan kemampuannya, memperkaya pengetahuannya, meningkatkan kualifikasi teknis atau profesionalnya, dan mengakibatkan perubahan pada sikap dan perilakunya dalam perspektif rangkap perkembangan pribadi secara utuh dan partisipasi dalam pengembangan sosial, ekonomi dan budaya yang seimbang dan bebas. Defenisi tersebut menekankan pencapaian perkembangan individu dan peningkatan partisipasi sosial.
Sedangkan menurut Bryson, menyatakan bahwa pendidikan orang dewasa adalah semua aktifitas pendidikan yang dilakukan oleh orang dewasa dalam kehidupan sehari-hari yang hanya menggunakan sebagian waktu dan tenaganya untuk mendapatkan tambahan intelektual.
Pendidikan Orang Dewasa adalah suatu proses dimana orang-orang yang sudah memiliki peran sosial sebagai orang dewasa melakukan aktivitas belajar yang sistematik dan berkelanjutan dengan tujuan untuk membuat perubahan dalam pengetahuan, sikap, nilai-nilai, dan keterampilan. Beberapa tugas dilakukan dalam POD (Pendidikan Orang Dewasa).
2.2. Klasifikasi Pendidikan Orang Dewasa
Dalam pendidikan orang dewasa (andragogi) terdapat hubungan timbal balik. Dimana hubungan pengajar dan pelajar adalah hubungan yang saling membantu. Pengalaman guru dinilai sebagai sumber utama dalam belajar. Secara fisik usia, rangka tubuh, tinggi dan lebarnya tubuh seseorang dapat menunjukkan sifat kedewasaan pada diri seseorang. Faktor-faktor ini memang biasa digunakan sebagai ukuran kedewasaan. Akan tetapi segi fisik saja belum dapat menjamin ketepatan bagi seseorang untuk dapat dikatakan telah dewasa.Ketika memasuki masa dewasa muda, biasanya individu telah mencapai penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang matang. Dengan modal itu, seorang individu akan siap untuk menerapkan keahlian tersebut ke dalam dunia pekerjaan. Dengan demikian, individu akan mampu memecahkan masalah secara sistematis dan mampu mengembangkan daya inisiatif-kreatimya sehingga ia akan memperoleh pengalaman-pengalaman baru.
Dengan pengalaman-pengalaman tersebut, akan semakin mematangkan kualitas mentalnya. Pada umumnya orang dewasa dikategorikan menjadi 3 macam yaitu: dewasa awal, dewasa madya, dan dewasa akhir karena itu disesuaikan dengan usia dan kemampuan.
Perbedaan pendidikan oarang dewasa dengan anak-anak adalah, kalau andragogi pelajar mengelompokkan diri berdasarkan minat, sedangkan pedagogi pengelompokannya berdasarkan tingkatan. Pada andragogi belajar berorientasi pada masalah, dimana pada persoalan sekarang untuk dipergunakan sekarang juga. Sedangkan pada pedagogi orientasi belajarnya adalah pada mata pelajaran yang dipelajari oleh siswa sekarang untuk bekal hidup dimasa mendatang. Mengenal corak kepribadian seseorang merupakan faktor penentu keberhasilan interaksi kegiatan pembelajaran pendidikan oarang dewasa interaksi antara pelajar adalah inti dari kegiatan pembelajaran dalam pendidikan orang dewasa. Hal ini dapat terjadi jika ada kontak diantara mereka. Pada umumnya orang dewasa dikatagorikan menjadi 3 oleh Havigurst, yaitu :
2.1.1. Dewasa Awal (18 – 35)
Dewasa awal adalah usia yang produktif dan banyak penyesuaian yang harus dilakukan menyebabkan masa ini juga disebut masa bermasalah. Pada ini banyak persoalan – persoalan kehidupan yang baru dan belum pernah ditemui sebelumnya. Masa ini juga ditandai dengan banyaknya permasalahan (emosional tansion) yang terjadi pada masa dewasa awal pada umumnya disebabkan oleh banyaknya persoalan yang dihadapi, dan banyaknya pola yang harus dilakukan, hal ini akan lebih parah bila individu memiliki harapan – harapan terlalu tinggi terhadap perkawinannya dan pekerjaannya ataupun masa depannya. Ketegangan emosional sering muncul dalam bentuk kekhawatiran berkepanjangan yang intensitasnya tergantung pada penyesuaian tehadap persoalan dan pada saat tertentu. Pada dewasa awal ini, penyesuaian diri terhadap masalah pekerjaan, perkawinan, dan keluarga serta perubahan peran sosial dalam masyarakat merupakan hal yang sangat pokok dalam kehidupan masa dewasa ini.

2.1.2. Dewasa Madya (35 - 60)
Usia madya merupakan masa peralihan dari masa dewasa yang penuh vitalitas ke masa tua dengan berbagai penurunan fungsi fisik dan psikis, seperti dipahami bahwa masa transisi selalu perlu penyesuaian diri. Penyesuaian yang radikal terhadap peran dan pola hidup yang berubah yang cenderung merusak keseimbangan manusia, baik dalam emosi dan aspek kepribadian yang lain. Tetapi dalam segi emosional pada masa setengah baya ini cenderung fluktuatif (naik turun). Penyesuaian yang menonjol. Pada usia setengah baya atau pada usia madya, berbeda dengan penyesuaian pada awal masa dewasa. Karena masa ini sering dianggap sebagai periode yang ditakuti, pada dasarnya secara manusiawi setiap orang takut kehilangan vitalitas, status dan kemampuan hidup. Sehingga pada masa awal ini sering muncul masa puber kedua, sebagai ekspresi kecemasan terhadap penurunan vitalitas yang dialami. Dan rasa ketakutan dirinya menjadi tua.
2.1.3. Dewasa Akhir (61 – keatas)
Dewasa akhir adalah tahap akhir dari perkembangan manusia. Banyak para ahli mengungkapkan pendapat masing – masing seperti halnya Elizabeth B. Hurlock menyatakan bahwa dewasa akhir dibatasi usia 60 tahun.sedangkan di indonesia dewasa akhir ditandai dengan usia 55 tahun ( Utami, 1993 ) WHO memberi batasan yang lebih berani yaitu 65 tahun. Masa ini juga ditandai dengan kemunduran fungsi tubuh. Sedang Pada dewasa akhir perkembangan emosionalnya cenderung lebih stabil.
2.3. Karakteristik Belajar Orang Dewasa
Karakteristik belajarnya orang dewasa yaitu sebagai berikut :
1.    Orang dewasa telah memiliki lebih banyak pengalaman hidup.
Menghubungkan pengalaman-pengalaman dengan konsep-konsep yang ingin dipelajari serta menjadikan pengalaman sebagai sumber pembelajaran. Oleh karena itu metode yang digunakan berfokus pada diskusi dan aplikasi materi.
2. Orang Dewasa Memiliki Motivasi yang Tinggi Untuk Belajar.
Hal ini dikarenakan mereka ingin mendapat pekerjaan yang lebih baik. Tujuan mereka lebih nyata bahwa apa yang mereka pelajari haruslah dapat diaplikasikan.
3. Orang Dewasa Telah Memiliki Banyak Peran dan Tanggung Jawab.
Banyaknya peran dan tanggung jawab menyebabkan waktu belajar orang dewasa terbatas. Oleh karena itu, pendidik orang dewasa penting untuk dapat memahami persaingan penggunaan waktu ini.
4. Kurang Percaya Pada Kemampuan Diri untuk Belajar Kembali.
Tekadang orang dewasa enggan untuk melibatkan diri dalam aktivitas pendidikan dalam pendidikan orang dewasa mungkin disebabkan oleh faktor fisik atau kepercayaan masyarakat yang keliru.
5. Orang Dewasa Lebih Beragam dari Pada Pemuda.
6. Setiap individu berbeda dalam kemampuan serta kesiapannya menghadapi kelompok-kelompok belajar. Hal tersebut dapat dimanfaatkan dengan pertukaran pengalaman.
Selain itu, sifat belajar bagi orang dewasa adalah bersifat subjektif dan unik, maka terlepas dari benar atau salahnya, segala pendapat, perasaan, pikiran, gagasan, teori, sistem nilainya perlu dihargai. Tidak menghargai (meremehkan dan menyampingkan) harga diri mereka, hanya akan mematikan gairah belajar orang dewasa. Namun demikian, pembelajaran orang dewasa perlu pula mendapatkan kepercayaan dari pembimbingnya, dan pada akhirnya mereka harus mempunyai kepercayaan pada dirinya sendiri. Tanpa kepercayaan diri tersebut, maka suasana belajar yang kondusif tak akan pernah terwujud.
Orang dewasa memiliki sistem nilai yang berbeda, mempunyai pendapat dan pendirian yang berbeda. Dengan terciptanya suasana yang baik, mereka akan dapat mengemukakan isi hati dan isi pikirannya tanpa rasa takut dan cemas, walaupun mereka saling berbeda pendapat. Orang dewasa mestinya memiliki perasaan bahwa dalam suasana/ situasi belajar yang bagaimanapun, mereka boleh berbeda pendapat dan boleh berbuat salah tanpa dirinya terancam oleh sesuatu sanksi (dipermalukan, pemecatan, cemoohan, dll).
Keterbukaan seorang pembimbing sangat membantu bagi kemajuan orang dewasa dalam mengembangkan potensi pribadinya di dalam kelas, atau di tempat pelatihan. Sifat keterbukaan untuk mengungkapkan diri, dan terbuka untuk mendengarkan gagasan, akan berdampak baik bagi kesehatan psikologis, dan psikis mereka. Di samping itu, harus dihindari segala bentuk akibat yang membuat orang dewasa mendapat ejekan, hinaan, atau dipermalukan. Jalan terbaik hanyalah diciptakannya suasana keterbukaan dalam segala hal, sehingga berbagai alternatif kebebasan mengemukakan ide/gagasan dapat diciptakan.
Dalam hal lainnya, tidak dapat dinafikkan bahwa orang dewasa belajar secara khas dan unik. Faktor tingkat kecerdasan, kepercayaan diri, dan perasaan yang terkendali harus diakui sebagai hak pribadi yang khas sehingga keputusan yang diambil tidak harus selalu sama dengan pribadi orang lain. Kebersamaan dalam kelompok tidak selalu harus sama dalam pribadi, sebab akan sangat membosankan kalau saja suasana yang seakan hanya mengakui satu kebenaran tanpa adanya kritik yang memperlihatkan perbedaan tersebut. Oleh sebab itu, latar belakang pendidikan, latar belakang kebudayaan, dan pengalaman masa lampau masing-masing individu dapat memberi warna yang berbeda pada setiap keputusan yang diambil.
Bagi orang dewasa, terciptanya suasana belajar yang kondusif merupakan suatu fasilitas yang mendorong mereka mau mencoba perilaku baru, berani tampil beda, dapat berlaku dengan sikap baru dan mau mencoba pengetahuan baru yang mereka peroleh. Walaupun sesuatu yang baru mengandung resiko terjadinya kesalahan, namun kesalahan, dan kekeliruan itu sendiri merupakan bagian yang wajar dari belajar.
Pada akhirnya, orang dewasa ingin tahu apa arti dirinya dalam kelompok belajar itu. Bagi orang dewasa ada kecenderungan ingin mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya. Dengan demikian, diperlukan adanya evaluasi bersama oleh seluruh anggota kelompok dirasakannya berharga untuk bahan renungan, di mana renungan itu dapat mengevaluasi dirinya dari orang lain yang persepsinya bisa saja memiliki perbedaan.
Setiap individu orang dewasa, makin bertambah usianya, akan semakin sukar baginya belajar (karena semua aspek kemampuan fisiknya semakin menurun). Misalnya daya ingat, kekuatan fisik, kemampuan menalar, kemampuan berkonsentrasi, dan lain-lain semuanya memperlihatkan penurunannya sesuai pertambahan usianya pula. Menurut Lunandi (1987), kemajuan pesat dan perkembangan berarti tidak diperoleh dengan menantikan pengalaman melintasi hidup saja. Kemajuan yang seimbang dengan perkembangan zaman harus dicari melalui pendidikan.
2.4. Kondisi dan Prinsip Belajar Orang Dewasa
2.4.1. Kondisi Belajar Orang Dewasa
Ada beberapa kondisi belajar dan prinsip belajar yang bersifat andragogis diantaranya ketika peserta merasa ada kebutuhan belajar maka prinsipnya pengajar mengemukakan kemungkinan baru untuk pemenuhan dirinya dan membantu setiap peserta.
Menurut Lindeman terdapat lima (5) prinsip belajar teori belajar orang dewasa:
·      . Orang dewasa termotivasi belajar apabila “belajar” tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan minatnya, oleh karena itu titik berangkat pembelajaran orang dewasa adalah menemukan kebutuhan dan minat warga belajar.
·      Orientasi belajar orang dewasa adalah berpusat pada kehidupan(life centere), oleh karena itu unit pembelajaran orang dewasa harus terkait dengan kehidupan, bukan pelajaran.
·      Pengalaman adalah sumber belajar yang paling baik bagi orang dewasa, sehingga metode menggunakan pengalaman dan analisis pengalaman.
·      Orang dewasa mempunyai kebutuhan yang dalam untuk mengarahkan diri sendiri (self directing) oleh karena itu pengalaman adalah guru dalam pembelajaran dengan mengambangkan pengetahuan.
·      Perbedaan individu antara orang dewasa semakin bertambah sejalan dengan bertambahnya usia, olehkarena itu gaya belajar, waktu, tempat dan kecepatan belajar harus di ijinkan/ditolelir.
2.4.2. Prinsip Andragogi atau Pendidikan Orang Dewasa
Pendidikan orang dewasa memiliki 10 Prinsip yang membedakannya dengan jenis pendidikan yang lain. 10 Prinsip pendidikan orang dewasa tersebut,dapat menciptakan suasana pembelajaran yang efektif dan efisien. 10 Prinsip tersebut, yaitu:
1. Prinsip kemitraan
Prinsip kemitraan menjamin terjalinnya kemitraan di antara pengajar dan pelajar. Dengan demikian pelajar tidak diperlakuan sebagai murid tetapi sebagai mitra belajar sehingga hubungan yang mereka bangun bukanlah hubungan yang bersifat memerintah, tetapi hubungan yang bersifat membantu, yaitu pengajar akan berusaha semaksimal mungkin untuk membantu proses belajar pelajarnya.
2. Prinsip pengalaman nyata
Prinsip pengalaman nyata menjamin berlangsungnya kegiatan pembelajaran pendidikan orang dewasa terjadi dalam situasi kehidupan yang nyata. Kegiatan pembelajaran pendidikan orang dewasa tidak berlangsung di kelas atau situasi yang simulative, tetapi pada situasi yang sebenarnya.
3. Prinsip kebersamaan
Prinsip kebersamaan menuntut digunakannya kelompok dalam kegiatan pembelajaran pendidikan orang dewasa untuk menjamin adanya interaksi yang maksimal di antara peserta dengan difasilitasi pengajar.
4. Prinsip partisipasi
Prinsip partisipasi adalah untuk mendorong keterlibatan pelajar secara maksimal dalam kegiatan pembelajaran orang dewasa, dengan fasilitas dari pengajar. Dalam kegiatan pembelajaran pendidikan orang dewasa semua peserta harus terlibat atau mengambil bagian secara aktif dari seluruh proses pembelajaran mulai dari perencanaan,pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran.
6. Prinsip keswadayaan
Prinsip keswadayaan merupakan prinsip yang mendorong kemandirian pelajar dalam upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pendidikan orang dewasa bertujuan untuk menghasilkan manusia yang mandiri yang mampu melakukan peranan sebagai subyek atau pelaku. Untuk itulah diperlukan prinsip keswadayaan.
7. Prinsip kesinambungan
Prinsip yang menjamin adanya kesinambungan dari materi yang dipelajari sekarang dengan materi yang telah dipelajari di masa yang lalu dan dengan materi yang akan dipelajari di waktu yang akan datang. Dengan prinsip ini maka akan terwujud konsep pendidikan seumur hidup (life long education) dalam pendidikan orang dewasa.
8. Prinsip manfaat
Prinsip manfaat menjamin bahwa apa yang dipelajari dalam pendidikan orang dewasa adalah sesuai dengan kebutuhan yang dirasakan oleh pelajar. Orang dewasa akan siap untuk belajar manakala dia menyadari adanya kebutuhan yang harus dipenuhi. Kesadaran terhadap kebutuhan ini mendorong timbulnya minat untuk belajar, dan karena rasa tanggung jawabnya sebagai orang dewasa maka timbul kesiapanya untuk belajar.
9. Prinsip kesiapan
Prinsip kesiapan menjamin kesiapan mental maupun kesiapan fisik dari pelajar untuk dapat melakukan kegiatan pembelajaran. Orang dewasa tidak akan dapat melakukan kegiatan pembelajaran manakala dirinya belum siap untuk melakukannya, apakah itu karena belum siap fisiknya atau belum siap mentalnya.
10. Prinsip lokalitas
Prinsip lokalitas menjamin adanya materi yang dipelajari bersifat spesifik local. Generalisasi dari hasil pembelajaran dalam pendidikan orang dewasa akan sulit dilakukan. Hasil pendidikan orang dewasa pada umumnya merupakan kemampuan yang spesifik yang akan dipergunakan untuk memecahkan masalah pelajar pada tempat mereka masing-masing, pada saat sekarang juga. Kemampuan tersebut tidak dapat diberlakukan secara umum menjadi suatu teori, dalil, atau prinsip yang dapat diterapkan dimana saja, dan kapan saja. Hasil pembelajaran sekarang mungkin sudah tidak dapat lagi dipergunakan untuk memecahkan masalah yang sama dua atau tiga tahun mendatang. Demikian pula hasil pembelajaran tersebut tidak dapat diaplikasikan dimana saja, tetapi harus diaplikasikan di tempat pelajar sendiri karena hasil pembelajaran tersebut diproses dari pengalaman-pengalaman yang dimiliki oleh pelajar.
11.  Prinsip keterpaduan
Prinsip keterpaduan menjamin adanya integrasi atau keterpaduan materi pendidikan orang dewasa. Rencana pembelajaran dalam pendidikan orang dewasa harus meng-cover materi-materi yang sifatnya terintegrasi menjadi suatu kesatuan meteri yang utuh, tidak parsial atau terpisah-pisah.



















BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dalam penulisan makalah kali ini dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam pendidikan orang dewasa dan belajarnya orang dewasa banyak yang harus di perhatikan dan dipahami yaitu :
1.    Konsep pembelajaran bagi orang dewasa sering di istilahkan dengan Andragogi, Andragogi  berasal dari bahasa Yunani aner artinya orang dewasa, dan agogus artinya memimpin. Andragogi merupakan ilmu mengenai pembimbingan orang dewasa atau ilmu mengajar orang dewasa.
2.    Klasifikasi pendidikan orang dewasa yaitu dapat di klasifikasikan dewasa awal (18-35), dewasa madya (35-60) dan dewasa akhir (61- keatas).
3.    Karakteristik belajarnya orang dewasa yaitu orang dewasa telah memiliki lebih banyak pengalaman hidup, orang dewasa memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar, orang dewasa telah memiliki banyak peran dan tanggung jawab, kurang percaya pada kemampuan diri untuk belajar kembali, orang dewasa lebih beragam dari pada pemuda dan juga setiap individu berbeda dalam kemampuan serta kesiapannya menghadapi kelompok-kelompok belajar.
4.    Kondisi dan prinsip belajar orang dewasa yaitu ada beberapa kondisi belajar dan prinsip belajar yang bersifat andragogis diantaranya ketika peserta merasa ada kebutuhan belajar maka prinsipnya pengajar mengemukakan kemungkinan baru untuk pemenuhan dirinya dan membantu setiap peserta. Serta prinsip belajar oarng dewasa adalah prinsip kemitraan, prinsip pengalaman nyata, prinsip kebersamaan, prinsip partisipasi, prinsip keswadayaan, kesinambungan, prinsip manfaat, prinsip kesiapan, prinsip lokalitas, dan prinsip keterpaduan.



DAFTAR PUSTAKA
Asmin. 2008. Konsep Dan Pembelajaran Untuk Orang Dewasa (ANDRAGOGI). Medan: Unimed Medan.
Bella., Bahri. 2007. Psikologi Belajar. Rineka Cipta. Jakarta
Lunandi. 1987. Karakteristik Belajar Orang Dewasa. Jurnal Diklat Teknis Adragorgi.
Sujud. 2005. Konsep dan Metode Pembelajaran Untuk orang dewasa (Andragogi). Sedang mengikuti Program Doktor di PPS UNJ Jakarta.  
Supriantono. 2008. Belajar dan Pembelajaran. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta
Townsend, Coles.  1977. Pedagogy Of The Pressed. The Searbury Press. New York 
Utami. 1993. Klasifikasi Pendidikan Orang Dewasa. Bina Aksara. Jakarta.
Vella. P., Malati. 2007. Pendidikan Orang Dewasa. Dalam Pau, Dirijen Dikti, Mengajar Di Perguruan Tinggi. Program Applied Aproach: Jakarta