Makalah..!!!
PENYULUHAN
DAN KOMUNIKASI PETERNAKAN
“Belajar
Orang Dewasa”
Oleh :
NAMA : VINA EKA PRASETIA NUR AULIA ANISA
STAMBUK : L1A1 14 059
KELAS : D
JURUSAN
PETERNAKAN
FAKULTAS
PETERNAKA
UNIVERSITAS
HALU OLEO
KENDARI
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Belajar
merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia yang sangat penting dalam usahanya
mempertahankan hidup dan mengembangkan dirinya dalam kehidupan bermasyarakat
dan bernegara. Belajar dirasa penting karena kehidupan manusia semakin
berkembang dan semakin maju seiring dengan berkembangnya teknologi dan ilmu
pengetahuan, tanpa belajar manusia akan tertinggal dan tidak bisa mengikuti
perkembangan zaman. Dengan demikian belajar merupakan suatu kebutuhan yang
dirasa sebagai suatu keharusan untuk dipenuhi sepanjang usia manusia, sejak
lahir hingga akhir hayatnya. (Malik. H, 2011).
Pendidikan
merupakan suatu proses yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan
bersifat sepanjang hayat dan hanya akan terhenti ketika seseorang telah
dijemput oleh kematian. Berangkat dari hal tersebut maka muncullah salah satu
jenis pendidikan yang disebut pendidikan orang dewasa. (Yulianti. I, 2011).
Dalam
kenyataan banyak praktek pembelajaran yang kurang pas, ada yang mengajar orang
dewasa dengan metode yang seperti anak-anak, ada yang dominan kurang menghargai
peserta belajar sebagai manusia yang sudah mempunyai bekal pngetahuan bawaan
dan praktik-praktik metode yang keliru. Padahal orang dewasa mempunyai
perbedaan ketika berada dalam ruang belajar. Orang dewasa mempunyai bekal
pengalaman, konsep diri, orientasi, kesiapan belajar dan juga kemampuan
kognitif yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak. Makanya perlu
perlakuan yang berbeda.
Pada
dasarnya orang dewasa telah memiliki banyak pengalaman belajar dalam hidupnya
sehingga dalam proses pengajarannya harus dilakukan dengan menggunakan teori
belajar untuk orang dewasa yang tentunya sangat berbeda dengan teori pengajaran
untuk anak-anak serta pengajarannya pun harus dilakukan oleh tenaga pendidikan
yang telah memahami berbagai teori dan konsep tentang pengajaran untuk orang
dewasa.
1.2.
Rumusan Masalah
Rumusan
masalah dalam penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut :
1.Bagaimana
Pengertian Pendidikan Orang Dewasa ?
2.
Bagaimana Klasifikasi Pendidikan Orang Dewasa ?
3.
Bagaimana Karakteristik Belajar Orang Dewasa ?
4.
Bagaimana Kondisi dan Prinsip Belajar Orang Dewasa ?
1.3.
Tujuan
Tujuan dalam penulisan
makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Untuk
mengetahui Pengertian Pendidikan Orang Dewasa
2. Untuk
mengetahui Klasifikasi Pendidikan Orang Dewasa
3. Untuk
mengetahui Karakteristik Belajar Orang Dewasa
4. Untuk
mengetahui Kondisi dan Prinsip Belajar Orang Dewasa
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Pendidikan Orang Dewasa
Andragogi
berasal dari bahasa Yunani aner
artinya orang dewasa, dan agogus artinya memimpin. Istilah lain
yang kerap kali dipakai sebagai perbandingan adalah pedagogi yang ditarik dari
kata paid artinya anak dan agogus artinya memimpin (Asmin,
2005). Pendidikan dewasa adalah suatu proses yang menumbuhkan keinginan untuk
bertanya dan belajar secara berkelanjutan sepanjang hidup.
Bagi
orang dewasa belajar berhubungan dengan bagaimana mengarahkan diri sendiri
untuk bertanya dan mencari jawabannya (Supriantono, 2008). Pendidikan orang
dewasa dapat diartikan sebagai keseluruhan proses pendidikan yang
diorganisasikan, mengenai apapun bentuk isi, tingkatan status dan metoda apa
yang digunakan dalam proses pendidikan tersebut, baik formal maupun non-formal
(Vella, 2007).
Konsep
pembelajaran bagi orang dewasa sering di istilahkan dengan Andragogi. Andragogi
merupakan ilmu mengenai pembimbingan orang dewasa atau ilmu mengajar orang
dewasa. Karakteristik andragogi berbeda dengan konsep pembelajaran yang
diperuntukkan untuk anak-anak, atau yang disebut dengan pedagogi (Suhud, 2005).
Menurut:
UNESCO(Townsend Coles, 1977), pendidikan orang dewasa merupakan keseluruhan
proses pendidikan yang diorganisasikan, apa pun isi, tingkatan,metodenya baik
formal dan tidak, yang melanjutkan maupun yang menggantikan pendidikan semula
di sekolah, akademi dan universitas serta latihan kerja, yang membuat orang
yang dianggap dewasa oleh masyarakat mengembangkan kemampuannya, memperkaya
pengetahuannya, meningkatkan kualifikasi teknis atau profesionalnya, dan
mengakibatkan perubahan pada sikap dan perilakunya dalam perspektif rangkap
perkembangan pribadi secara utuh dan partisipasi dalam pengembangan sosial,
ekonomi dan budaya yang seimbang dan bebas. Defenisi tersebut menekankan
pencapaian perkembangan individu dan peningkatan partisipasi sosial.
Sedangkan
menurut Bryson, menyatakan bahwa pendidikan orang dewasa adalah semua aktifitas
pendidikan yang dilakukan oleh orang dewasa dalam kehidupan sehari-hari yang
hanya menggunakan sebagian waktu dan tenaganya untuk mendapatkan tambahan
intelektual.
Pendidikan
Orang Dewasa adalah suatu proses dimana orang-orang yang sudah memiliki peran
sosial sebagai orang dewasa melakukan aktivitas belajar yang sistematik dan
berkelanjutan dengan tujuan untuk membuat perubahan dalam pengetahuan, sikap,
nilai-nilai, dan keterampilan. Beberapa tugas dilakukan dalam POD (Pendidikan
Orang Dewasa).
2.2.
Klasifikasi Pendidikan Orang Dewasa
Dalam
pendidikan orang dewasa (andragogi) terdapat hubungan timbal balik. Dimana
hubungan pengajar dan pelajar adalah hubungan yang saling membantu. Pengalaman
guru dinilai sebagai sumber utama dalam belajar. Secara fisik usia, rangka
tubuh, tinggi dan lebarnya tubuh seseorang dapat menunjukkan sifat kedewasaan
pada diri seseorang. Faktor-faktor ini memang biasa digunakan sebagai ukuran
kedewasaan. Akan tetapi segi fisik saja belum dapat menjamin ketepatan bagi
seseorang untuk dapat dikatakan telah dewasa.Ketika memasuki masa dewasa muda,
biasanya individu telah mencapai penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan
yang matang. Dengan modal itu, seorang individu akan siap untuk menerapkan
keahlian tersebut ke dalam dunia pekerjaan. Dengan demikian, individu akan
mampu memecahkan masalah secara sistematis dan mampu mengembangkan daya
inisiatif-kreatimya sehingga ia akan memperoleh pengalaman-pengalaman baru.
Dengan
pengalaman-pengalaman tersebut, akan semakin mematangkan kualitas mentalnya.
Pada umumnya orang dewasa dikategorikan menjadi 3 macam yaitu: dewasa awal,
dewasa madya, dan dewasa akhir karena itu disesuaikan dengan usia dan
kemampuan.
Perbedaan
pendidikan oarang dewasa dengan anak-anak adalah, kalau andragogi pelajar
mengelompokkan diri berdasarkan minat, sedangkan pedagogi pengelompokannya
berdasarkan tingkatan. Pada andragogi belajar berorientasi pada masalah, dimana
pada persoalan sekarang untuk dipergunakan sekarang juga. Sedangkan pada
pedagogi orientasi belajarnya adalah pada mata pelajaran yang dipelajari oleh
siswa sekarang untuk bekal hidup dimasa mendatang. Mengenal corak kepribadian
seseorang merupakan faktor penentu keberhasilan interaksi kegiatan pembelajaran
pendidikan oarang dewasa interaksi antara pelajar adalah inti dari kegiatan
pembelajaran dalam pendidikan orang dewasa. Hal ini dapat terjadi jika ada
kontak diantara mereka. Pada umumnya orang dewasa dikatagorikan menjadi 3 oleh
Havigurst, yaitu :
2.1.1.
Dewasa Awal (18 – 35)
Dewasa
awal adalah usia yang produktif dan banyak penyesuaian yang harus dilakukan
menyebabkan masa ini juga disebut masa bermasalah. Pada ini banyak persoalan –
persoalan kehidupan yang baru dan belum pernah ditemui sebelumnya. Masa ini
juga ditandai dengan banyaknya permasalahan (emosional tansion) yang terjadi
pada masa dewasa awal pada umumnya disebabkan oleh banyaknya persoalan yang
dihadapi, dan banyaknya pola yang harus dilakukan, hal ini akan lebih parah
bila individu memiliki harapan – harapan terlalu tinggi terhadap perkawinannya
dan pekerjaannya ataupun masa depannya. Ketegangan emosional sering muncul dalam
bentuk kekhawatiran berkepanjangan yang intensitasnya tergantung pada
penyesuaian tehadap persoalan dan pada saat tertentu. Pada dewasa awal ini,
penyesuaian diri terhadap masalah pekerjaan, perkawinan, dan keluarga serta
perubahan peran sosial dalam masyarakat merupakan hal yang sangat pokok dalam
kehidupan masa dewasa ini.
2.1.2. Dewasa Madya (35 - 60)
Usia
madya merupakan masa peralihan dari masa dewasa yang penuh vitalitas ke masa
tua dengan berbagai penurunan fungsi fisik dan psikis, seperti dipahami bahwa
masa transisi selalu perlu penyesuaian diri. Penyesuaian yang radikal terhadap
peran dan pola hidup yang berubah yang cenderung merusak keseimbangan manusia,
baik dalam emosi dan aspek kepribadian yang lain. Tetapi dalam segi emosional
pada masa setengah baya ini cenderung fluktuatif (naik turun). Penyesuaian yang
menonjol. Pada usia setengah baya atau pada usia madya, berbeda dengan
penyesuaian pada awal masa dewasa. Karena masa ini sering dianggap sebagai
periode yang ditakuti, pada dasarnya secara manusiawi setiap orang takut
kehilangan vitalitas, status dan kemampuan hidup. Sehingga pada masa awal ini
sering muncul masa puber kedua, sebagai ekspresi kecemasan terhadap penurunan
vitalitas yang dialami. Dan rasa ketakutan dirinya menjadi tua.
2.1.3. Dewasa Akhir (61 – keatas)
2.1.3. Dewasa Akhir (61 – keatas)
Dewasa
akhir adalah tahap akhir dari perkembangan manusia. Banyak para ahli mengungkapkan
pendapat masing – masing seperti halnya Elizabeth B. Hurlock menyatakan bahwa
dewasa akhir dibatasi usia 60 tahun.sedangkan di indonesia dewasa akhir
ditandai dengan usia 55 tahun ( Utami, 1993 ) WHO memberi batasan yang lebih
berani yaitu 65 tahun. Masa ini juga ditandai dengan kemunduran fungsi tubuh.
Sedang Pada dewasa akhir perkembangan emosionalnya cenderung lebih stabil.
2.3. Karakteristik Belajar Orang
Dewasa
Karakteristik
belajarnya orang dewasa yaitu sebagai berikut :
1. Orang dewasa telah memiliki lebih banyak pengalaman hidup.
Menghubungkan pengalaman-pengalaman dengan
konsep-konsep yang ingin dipelajari serta menjadikan pengalaman sebagai sumber
pembelajaran. Oleh karena itu metode yang digunakan berfokus pada diskusi dan
aplikasi materi.
2. Orang
Dewasa Memiliki Motivasi yang Tinggi Untuk Belajar.
Hal ini dikarenakan mereka ingin mendapat pekerjaan
yang lebih baik. Tujuan mereka lebih nyata bahwa apa yang mereka pelajari
haruslah dapat diaplikasikan.
3. Orang
Dewasa Telah Memiliki Banyak Peran dan Tanggung Jawab.
Banyaknya peran dan tanggung jawab menyebabkan waktu
belajar orang dewasa terbatas. Oleh karena itu, pendidik orang dewasa penting
untuk dapat memahami persaingan penggunaan waktu ini.
4. Kurang
Percaya Pada Kemampuan Diri untuk Belajar Kembali.
Tekadang orang dewasa enggan untuk melibatkan diri
dalam aktivitas pendidikan dalam pendidikan orang dewasa mungkin disebabkan
oleh faktor fisik atau kepercayaan masyarakat yang keliru.
5. Orang
Dewasa Lebih Beragam dari Pada Pemuda.
6. Setiap individu berbeda
dalam kemampuan serta kesiapannya menghadapi kelompok-kelompok belajar. Hal
tersebut dapat dimanfaatkan dengan pertukaran pengalaman.
Selain itu, sifat belajar bagi orang
dewasa adalah bersifat subjektif dan unik, maka terlepas dari benar atau
salahnya, segala pendapat, perasaan, pikiran, gagasan, teori, sistem nilainya
perlu dihargai. Tidak menghargai (meremehkan dan menyampingkan) harga diri
mereka, hanya akan mematikan gairah belajar orang dewasa. Namun demikian,
pembelajaran orang dewasa perlu pula mendapatkan kepercayaan dari
pembimbingnya, dan pada akhirnya mereka harus mempunyai kepercayaan pada
dirinya sendiri. Tanpa kepercayaan diri tersebut, maka suasana belajar yang
kondusif tak akan pernah terwujud.
Orang dewasa memiliki sistem nilai
yang berbeda, mempunyai pendapat dan pendirian yang berbeda. Dengan terciptanya
suasana yang baik, mereka akan dapat mengemukakan isi hati dan isi pikirannya
tanpa rasa takut dan cemas, walaupun mereka saling berbeda pendapat. Orang
dewasa mestinya memiliki perasaan bahwa dalam suasana/ situasi belajar yang
bagaimanapun, mereka boleh berbeda pendapat dan boleh berbuat salah tanpa
dirinya terancam oleh sesuatu sanksi (dipermalukan, pemecatan, cemoohan, dll).
Keterbukaan seorang pembimbing
sangat membantu bagi kemajuan orang dewasa dalam mengembangkan potensi
pribadinya di dalam kelas, atau di tempat pelatihan. Sifat keterbukaan untuk
mengungkapkan diri, dan terbuka untuk mendengarkan gagasan, akan berdampak baik
bagi kesehatan psikologis, dan psikis mereka. Di samping itu, harus dihindari
segala bentuk akibat yang membuat orang dewasa mendapat ejekan, hinaan, atau
dipermalukan. Jalan terbaik hanyalah diciptakannya suasana keterbukaan dalam
segala hal, sehingga berbagai alternatif kebebasan mengemukakan ide/gagasan
dapat diciptakan.
Dalam hal lainnya, tidak dapat
dinafikkan bahwa orang dewasa belajar secara khas dan unik. Faktor tingkat
kecerdasan, kepercayaan diri, dan perasaan yang terkendali harus diakui sebagai
hak pribadi yang khas sehingga keputusan yang diambil tidak harus selalu sama
dengan pribadi orang lain. Kebersamaan dalam kelompok tidak selalu harus sama
dalam pribadi, sebab akan sangat membosankan kalau saja suasana yang seakan
hanya mengakui satu kebenaran tanpa adanya kritik yang memperlihatkan perbedaan
tersebut. Oleh sebab itu, latar belakang pendidikan, latar belakang kebudayaan,
dan pengalaman masa lampau masing-masing individu dapat memberi warna yang
berbeda pada setiap keputusan yang diambil.
Bagi orang dewasa, terciptanya suasana
belajar yang kondusif merupakan suatu fasilitas yang mendorong mereka mau
mencoba perilaku baru, berani tampil beda, dapat berlaku dengan sikap baru dan
mau mencoba pengetahuan baru yang mereka peroleh. Walaupun sesuatu yang baru
mengandung resiko terjadinya kesalahan, namun kesalahan, dan kekeliruan itu
sendiri merupakan bagian yang wajar dari belajar.
Pada akhirnya, orang dewasa ingin
tahu apa arti dirinya dalam kelompok belajar itu. Bagi orang dewasa ada
kecenderungan ingin mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya. Dengan demikian,
diperlukan adanya evaluasi bersama oleh seluruh anggota kelompok dirasakannya
berharga untuk bahan renungan, di mana renungan itu dapat mengevaluasi dirinya
dari orang lain yang persepsinya bisa saja memiliki perbedaan.
Setiap
individu orang dewasa, makin bertambah usianya, akan semakin sukar baginya
belajar (karena semua aspek kemampuan fisiknya semakin menurun). Misalnya daya
ingat, kekuatan fisik, kemampuan menalar, kemampuan berkonsentrasi, dan
lain-lain semuanya memperlihatkan penurunannya sesuai pertambahan usianya pula.
Menurut Lunandi (1987), kemajuan pesat dan perkembangan berarti tidak diperoleh
dengan menantikan pengalaman melintasi hidup saja. Kemajuan yang seimbang
dengan perkembangan zaman harus dicari melalui pendidikan.
2.4.
Kondisi dan Prinsip Belajar Orang Dewasa
2.4.1.
Kondisi Belajar Orang Dewasa
Ada beberapa kondisi belajar dan
prinsip belajar yang bersifat andragogis diantaranya ketika peserta merasa ada
kebutuhan belajar maka prinsipnya pengajar mengemukakan kemungkinan baru untuk
pemenuhan dirinya dan membantu setiap peserta.
Menurut Lindeman terdapat lima (5) prinsip belajar
teori belajar orang dewasa:
· . Orang
dewasa termotivasi belajar apabila “belajar” tersebut dapat memenuhi kebutuhan
dan minatnya, oleh karena itu titik berangkat pembelajaran orang dewasa adalah
menemukan kebutuhan dan minat warga belajar.
· Orientasi
belajar orang dewasa adalah berpusat pada kehidupan(life centere), oleh
karena itu unit pembelajaran orang dewasa harus terkait dengan kehidupan, bukan
pelajaran.
· Pengalaman
adalah sumber belajar yang paling baik bagi orang dewasa, sehingga metode
menggunakan pengalaman dan analisis pengalaman.
· Orang dewasa
mempunyai kebutuhan yang dalam untuk mengarahkan diri sendiri (self directing)
oleh karena itu pengalaman adalah guru dalam pembelajaran dengan mengambangkan
pengetahuan.
· Perbedaan
individu antara orang dewasa semakin bertambah sejalan dengan bertambahnya
usia, olehkarena itu gaya belajar, waktu, tempat dan kecepatan belajar harus di
ijinkan/ditolelir.
2.4.2. Prinsip Andragogi atau Pendidikan Orang Dewasa
Pendidikan
orang dewasa memiliki 10 Prinsip yang membedakannya dengan jenis pendidikan
yang lain. 10 Prinsip pendidikan orang dewasa tersebut,dapat menciptakan
suasana pembelajaran yang efektif dan efisien. 10 Prinsip tersebut, yaitu:
1. Prinsip
kemitraan
Prinsip
kemitraan menjamin terjalinnya kemitraan di antara pengajar dan pelajar. Dengan
demikian pelajar tidak diperlakuan sebagai murid tetapi sebagai mitra belajar
sehingga hubungan yang mereka bangun bukanlah hubungan yang bersifat
memerintah, tetapi hubungan yang bersifat membantu, yaitu pengajar akan
berusaha semaksimal mungkin untuk membantu proses belajar pelajarnya.
2. Prinsip
pengalaman nyata
Prinsip
pengalaman nyata menjamin berlangsungnya kegiatan pembelajaran pendidikan orang
dewasa terjadi dalam situasi kehidupan yang nyata. Kegiatan pembelajaran
pendidikan orang dewasa tidak berlangsung di kelas atau situasi yang
simulative, tetapi pada situasi yang sebenarnya.
3. Prinsip
kebersamaan
Prinsip
kebersamaan menuntut digunakannya kelompok dalam kegiatan pembelajaran
pendidikan orang dewasa untuk menjamin adanya interaksi yang maksimal di antara
peserta dengan difasilitasi pengajar.
4. Prinsip
partisipasi
Prinsip
partisipasi adalah untuk mendorong keterlibatan pelajar secara maksimal dalam
kegiatan pembelajaran orang dewasa, dengan fasilitas dari pengajar. Dalam
kegiatan pembelajaran pendidikan orang dewasa semua peserta harus terlibat atau
mengambil bagian secara aktif dari seluruh proses pembelajaran mulai dari
perencanaan,pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran.
6. Prinsip
keswadayaan
Prinsip
keswadayaan merupakan prinsip yang mendorong kemandirian pelajar dalam upaya
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pendidikan orang dewasa bertujuan untuk
menghasilkan manusia yang mandiri yang mampu melakukan peranan sebagai subyek
atau pelaku. Untuk itulah diperlukan prinsip keswadayaan.
7. Prinsip
kesinambungan
Prinsip yang
menjamin adanya kesinambungan dari materi yang dipelajari sekarang dengan
materi yang telah dipelajari di masa yang lalu dan dengan materi yang akan
dipelajari di waktu yang akan datang. Dengan prinsip ini maka akan terwujud
konsep pendidikan seumur hidup (life long education) dalam pendidikan orang
dewasa.
8. Prinsip
manfaat
Prinsip
manfaat menjamin bahwa apa yang dipelajari dalam pendidikan orang dewasa adalah
sesuai dengan kebutuhan yang dirasakan oleh pelajar. Orang dewasa akan siap
untuk belajar manakala dia menyadari adanya kebutuhan yang harus dipenuhi.
Kesadaran terhadap kebutuhan ini mendorong timbulnya minat untuk belajar, dan
karena rasa tanggung jawabnya sebagai orang dewasa maka timbul kesiapanya untuk
belajar.
9. Prinsip
kesiapan
Prinsip
kesiapan menjamin kesiapan mental maupun kesiapan fisik dari pelajar untuk
dapat melakukan kegiatan pembelajaran. Orang dewasa tidak akan dapat melakukan
kegiatan pembelajaran manakala dirinya belum siap untuk melakukannya, apakah
itu karena belum siap fisiknya atau belum siap mentalnya.
10. Prinsip
lokalitas
Prinsip
lokalitas menjamin adanya materi yang dipelajari bersifat spesifik local.
Generalisasi dari hasil pembelajaran dalam pendidikan orang dewasa akan sulit
dilakukan. Hasil pendidikan orang dewasa pada umumnya merupakan kemampuan yang
spesifik yang akan dipergunakan untuk memecahkan masalah pelajar pada tempat
mereka masing-masing, pada saat sekarang juga. Kemampuan tersebut tidak dapat
diberlakukan secara umum menjadi suatu teori, dalil, atau prinsip yang dapat
diterapkan dimana saja, dan kapan saja. Hasil pembelajaran sekarang mungkin
sudah tidak dapat lagi dipergunakan untuk memecahkan masalah yang sama dua atau
tiga tahun mendatang. Demikian pula hasil pembelajaran tersebut tidak dapat
diaplikasikan dimana saja, tetapi harus diaplikasikan di tempat pelajar sendiri
karena hasil pembelajaran tersebut diproses dari pengalaman-pengalaman yang
dimiliki oleh pelajar.
11.
Prinsip keterpaduan
Prinsip
keterpaduan menjamin adanya integrasi atau keterpaduan materi pendidikan orang
dewasa. Rencana pembelajaran dalam pendidikan orang dewasa harus meng-cover
materi-materi yang sifatnya terintegrasi menjadi suatu kesatuan meteri yang
utuh, tidak parsial atau terpisah-pisah.
BAB
III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Dalam
penulisan makalah kali ini dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam pendidikan
orang dewasa dan belajarnya orang dewasa banyak yang harus di perhatikan dan
dipahami yaitu :
1. Konsep
pembelajaran bagi orang dewasa sering di istilahkan dengan Andragogi, Andragogi
berasal dari bahasa Yunani aner
artinya orang dewasa, dan agogus artinya memimpin. Andragogi
merupakan ilmu mengenai pembimbingan orang dewasa atau ilmu mengajar orang
dewasa.
2. Klasifikasi
pendidikan orang dewasa yaitu dapat di klasifikasikan dewasa awal (18-35),
dewasa madya (35-60) dan dewasa akhir (61- keatas).
3.
Karakteristik belajarnya
orang dewasa yaitu orang dewasa telah memiliki lebih banyak pengalaman hidup, orang
dewasa memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar, orang dewasa telah memiliki
banyak peran dan tanggung jawab, kurang percaya pada kemampuan diri untuk
belajar kembali, orang dewasa lebih beragam dari pada pemuda dan juga setiap
individu berbeda dalam kemampuan serta kesiapannya menghadapi kelompok-kelompok
belajar.
4. Kondisi
dan prinsip belajar orang dewasa yaitu ada beberapa kondisi belajar dan
prinsip belajar yang bersifat andragogis diantaranya ketika peserta merasa ada
kebutuhan belajar maka prinsipnya pengajar mengemukakan kemungkinan baru untuk
pemenuhan dirinya dan membantu setiap peserta. Serta prinsip belajar oarng
dewasa adalah prinsip kemitraan, prinsip pengalaman nyata, prinsip kebersamaan,
prinsip partisipasi, prinsip keswadayaan, kesinambungan, prinsip manfaat,
prinsip kesiapan, prinsip lokalitas, dan prinsip keterpaduan.
DAFTAR PUSTAKA
Asmin.
2008. Konsep Dan Pembelajaran Untuk Orang Dewasa (ANDRAGOGI). Medan:
Unimed Medan.
Bella., Bahri. 2007. Psikologi Belajar.
Rineka Cipta. Jakarta
Lunandi. 1987. Karakteristik Belajar Orang Dewasa. Jurnal Diklat Teknis Adragorgi.
Sujud.
2005. Konsep dan Metode Pembelajaran Untuk orang dewasa (Andragogi).
Sedang mengikuti Program Doktor di PPS UNJ Jakarta.
Supriantono. 2008. Belajar dan
Pembelajaran. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta
Townsend, Coles.
1977. Pedagogy Of The Pressed. The Searbury Press. New York
Utami. 1993. Klasifikasi Pendidikan Orang Dewasa.
Bina Aksara. Jakarta.
Vella.
P., Malati. 2007. Pendidikan Orang Dewasa. Dalam Pau, Dirijen Dikti,
Mengajar Di Perguruan Tinggi. Program Applied Aproach: Jakarta