Laporan
Praktikum I
Ilmu
Ternak Unggas
“Pengamatan Sistem Pencernaan Pada
Unggas (Ayam)”
Oleh
:
Nama
: Vina Eka Prasetia
N.A.A
Stambuk :
L1A1
14 059
Kelas : B
Kelompok :
III
Asisten :
Ashar
JURUSAN
PETERNAKAN
FAKULTAS
PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU
OLEO
KENDARI
2016
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pencernaan
adalah penguraian bahan makanan ke dalam zat-zat makanan
dalam saluran pencernaan untuk dapat diserap dan
digunakan oleh jaringan-jaringan tubuh. Pada
pencernaan tersangkut suatu seri proses mekanis
dan khemis dan dipengaruhi oleh banyak factor.
Saluran
Pencernaan dapat di anggap sebagai tabung memanjang
yang dimulai dari mulut sampai anus dan
pada bagian dalam dilapisi oleh mukosa.
Sistem pencernaan terdiri dari seluran
pencernaan dan organ asosori. Saluran
pencernaan merupakan organ yang menghubungkan
dunia luar dengan dunia dalam tubuh
hewan, yaitu proses metamolik di dalam tubuh.
Ternak unggas merupakan aset
nasional yang turut menunjang kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat. Seiring
dengan meningkatnya permintaan konsumen terhadap kebutuhan-kebutuhan yang
berkaitan dengan produk peternakan membuktikan bahwa usaha peternakan dewasa
ini mengalami kemajuan. Diantara produk-produk tersebut unggas memegang peranan
yang sangat penting, karena digemari dan banyak dikenal oleh masyarakat. Unggas adalah ternak bersayap yang dalam taxonomi zologi tergolong
dalam kelas aves yang telah didomestikasi dan cara hidupnya diatur oleh manusia
dengan tujuan untuk memberikan nilai ekonomis.
Ayam adalah vertebrate berdarah panas
dengan tingkat metabolisms yang tinggi. Temperatur tubuh ayam
relatif tinggi. Ayam
broiler adalah ayam yang mempunyai sifat tenang, bentuk tubuh besar,
pertumbuhan cepat, bulu merapat ke tubuh, kulit putih dan produksi telur
rendah. Sifat-sifat ayam broiler ini tentunya
sangat berhubungan dengan tingkat konsumsi serta proses pengolahan makanan didalam sistem pencernaannya.
1.2.
Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui
fungsi organ-organ pencernaan unggas (ayam)
2. Untuk
mengetahui bobot dan deskripsi organ-organ pencernaan unggas (ayam)
1.3. Manfaat Praktikum
1. Dapat
mengetahui fungsi organ-organ pencernan unggas (ayam)
2. Dapat mengetahui bobot dandeskripsi organ-organ pencernaan ungas (ayam)
II. METODOLOGI PRAKTIKUM
2.1.Waktu dan Tempat
Praktikum
Ilmu Ternak Unggas
dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 26 Maret 2016, pukul 09.00 – selesai WIB bertempat di Unit Kandang
Unggas Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo.
2.2. Alat
dan Bahan
Alat dan kegunaan pada praktikum
pengamatan sistem pencernaan pada unggas (ayam) dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat dak kegunaan yang
digunakan pada praktikum pengamatan pada Sistem Pencernaan Unggas (Ayam).
|
No.
|
Nama Alat
|
Kegunaan
|
|
1.
|
Alat Tulis
|
Untuk
mencatat data hasil pengamatan
|
|
2.
|
Pisau Cater
|
Untuk membedah organ pencernaan ayam
|
|
3.
|
Kamera
|
Sebagai alat
dokumentasi
|
|
4.
|
Timbangan
|
Untuk mengetahui berat badan kambing
|
|
5.
|
Keranjang
|
Untuk
menyimpan organ-organ pencernaan ayam
|
Bahan dan kegunaan pada praktikum
pengamatan sistem pencernaan pada unggas (Ayam).
Tabel 2. Bahan dan kegunaan yang digunakan pada praktikum pengamatan
pada Sistem Pencernaan Unggas (Ayam).
|
No
|
Bahan
|
Kegunaan
|
|
1.
|
Organ-organ pencernaan ayam
|
Sebagai bahan pengamatan
|
2.3.
Prosedur Kerja
Prosedur atau cara kerja pada
praktikum sistem pencernaan
unggas (ayam) dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a.
Menyiapkan alat dan organ-organ pencernaan ayam
b.
Memisahkan bagian-bagian organ pencernaan ayam
c.
Mengamati
bagian-bagian organ pencernaan ayam
d.
Menimbang
bobot asing-masing organ pencernaan ayam
e.
Mencatat
hasil pengamatan pada organ-organ pencernaan ayam
f.
Mengambil
gambar organ-organ pencernaan dengan menggunakan kamera
III.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil Pengamatan
Hasil pengamata pada praktikum ini dapat dilihat pada Table 3.
Table
3. Nama, bobot dan deskripsi organ-organ pencernaan ayam
|
No
|
Nama Organ
|
Bobot
(gr)
|
Deskripsi
|
|
1
|
Mulut
|
-
|
Kasar, keras dan berlendir
|
|
2
|
Esophagus
|
-
|
Berlendir, sedikit kasar karena adanya garis-garis
|
|
3
|
Tembolok (Crop)
|
-
|
Licin, sedikit kasar dan berlendir karena
memiliki banyak enzim
|
|
4
|
Proventrikulus
|
6
|
Berlendir, sedikit kasar karena adanya bintik-bintik
|
|
5
|
Gizzard
|
22
|
Kasar, keras dan berwarna kuning dan terdapat sisa pakan yang masih
sangat kasar
|
|
6
|
Duodenum
|
6
|
Lembut, berlendir dan sedikit
panjang
|
|
7
|
Jejenum
|
18
|
Halus, berlendir, terdapat sisa sari-sari makanan dan ukurannya lebih
panjang dari duodenum
|
|
8
|
Ileum
|
10
|
Sedikit kasar, terdapat sari-sari makanan yang tidak tercerna secara
sempurna
|
|
9
|
Sekum
|
8
|
Berwarna coklat kehijauan, berbau busuk karena adanya pencernaan
fermentatif oleh mikroba
|
|
10
|
Usus Besar
|
2
|
Berlendir, berurat dan bentuknya pendek
|
|
11
|
Kloaka
|
-
|
Kasar, keras karena memiliki urat-urat
|
3.2. Pembahasan
3.2.1. Mulut
Mulut unggas umumnya disebut dengan paruh. Mulut sangat
penting untuk proses pengambilan makanan. Selain
untuk mengambil mulut pada unggas berfungsi untuk menyobek, memecahkan makanan atau mangsanya. Bentuk
paruh unggas bermacam-macam menyesuaikan dengan makanan utamanya. Unggas
akan memilih-milih makanan sesuai dengan ukuran mulut atau paruhnya. Mulut pada unggas ditandai dengan tidak adanya
bibir, pipi, dan gigi. Pengganti fungsi gigi pada mulut unggas terdapat pada
lidah dan juga paruh (Yuwanta,
2004). Menurut Amrullah (2004) bentuk paruh
pada unggas disuaikan dengan bentuk makananya paruh runcing
jika makanan utamanya adalah bijian kecil, dan berbentuk runcing bengkok dapat
digunakan untuk menyobek mangsanya dan memecah bijian yang besar yang keras
serta berbentuk seperti sendok sehingga mudah digunakan untuk menyaring dan
menangkap makanan yang bercampur air.
Bobot mulut pada ternak unggas (ayam) tidak di ketahui karena pada pelaksanaan praktikum tidak
di sediakan organ mulut ayam. Kami mendiskripsikan mulut ayam yaitu Kasar, keras dan berlendir karena di dalam mulut
terdapat kelenjar saliva yang meghasilkan enzim amilase dan maltase
3.2.2. Esofagus
Esophagus
merupakan
saluran pencernaan yang menghasilkan mukosa berlendir yang berfungsi membantu
melicinkan pakan menuju tembolok. esophagus merupakan saluran lunak
dan elastis yang mudah mengalami pemekaran apabila ada bolus yang masuk. Esophagus
memanjang dari pharynk hingga
proventrikulus melewati tembolok (crop). Organ ini
menghasilkan mukosa yang berfungsi membantu melicinkan pakan menuju
tembolok (Yuwanta, 2004).
Berdasarkan
praktikum yang kami lakukan bobot esofagus pada ternak unggas (ayam) tidak diketahui karena pada saat praktikum tidak
disediakan esofagus. Menurut (Prayoga, 2006) mengemukakan bahwa bobot esopagus ayam tidak pada kisaran normal karena
hal tersebut berkaitan dengan panjang esofagus yang tidak terukur karena
sisanya berada dalam kepala. Kami mendiskripsikan bahwa berlendir, sedikit kasar karena adanya garis-garis.
3.2.3. Tembolok (crop)
Tembolok adalah modifikasi dari oesophagus, setelah
melewati oesophagus, pakan akan menuju ke tembolok dengan bantuan
gerakan peristaltik yang ada di oesophagus dan dengan bantuan gaya
gravitasi. Tembolok berfungsi untuk menyimpan pakan sementara. fungsi utama
tembolok adalah untuk menyimpan pakan sementara, terutama pada saat ayam makan
dalam jumlah banyak. Bolus berada di tembolok selama 2 jam. Jenis makanan atau
benda lain yang mempunyai ukuran besar dapat menyumbat saluran tembolok. Jika
hal ini terjadi maka makanan yang ada dalam tembolok tidak dapat lewat dan akan
terjadi fermentasi. Kapasitas tembolok mampu menampung 250 gram pakan. Pada
tembolok terdapat saraf yang berhubungan dengan pusat kenyang-lapar di Hipotalamus
sehingga banyak sedikitnya pakan yang terdapat dalam tembolok akan memberikan
respon dalam saraf untuk makan atau menghentikan makan (Fadillah et al., 2007).
Berdasarkan
praktikum yang kami lakukan bobot tembolok (crop) pada ternak ayam tidak di ketahui karena pada saat kami
melakukan praktikum tidak di sediakan tembolok (crop). Kami mendiskripsikan temblok (crop) licin, sedikit kasar dan berlendir karena memiliki banyak enzim.
3.2.4. Proventrikulus
Proventrikulus
adalah suatu pelebaran dari kerongkongan sebelum berhubungan dengan gizzard (empedal).
Kadang-kadang disebut glandula stomach
atau true stomach. proventrikulus merupakan
perluasan oesophagus yang utama pada sambungan dengan gizzard, dan biasa
disebut glandular stomach
atau perut sebenarnya. Proventrikulus
berfungsi untuk mensekresikan gastric
juice (cairan lambung) yaitu pepsin, suatu enzim untuk membantu
pencernaan protein, dan hydrochloric acid disekresi oleh glandular
cell (Usman 2010).
Berdasarkan
praktikum yang kami lakukan bobot proventrikulus 6 gr dan kami mendiskripsikan
proventrikulus berlendir, sedikit kasar karena adanya bintik-bintik. Menurut Usman (2010), bobot
proventrikulus mencapai 0,45% dari bobot hidup yaitu 7 gr - 8 gr sehingga data yang kami peroleh tidak
sesuai dengan hasil data dari para ahli.
3.2.5. Gizzard
Sering
kali juga disebut muscular stomach (perut otot). Lokasinya berada di antara
ventrikulus dan bagian atas usus halus. Fungsi
utama empedal adalah memecah atau melumatkan pakan dan mencampurnya dengan air
menjadi pasta yang dinamakn chymne. Pakan
yang bercampur dengan getah proventrikulus masuk ke dalam empedal atau gizzard.
Pakan dalam gizzard mengalami proses pencernaan secara mekanik
dengan bantuan grit yang berupa batuan kecil, selain itu pakan juga akan
dipecah dan dicampur dengan air sehingga menjadi seperti pasta atau yang biasa
disebut dengan chymne (Kartadisastra, 2002).
Berdasarkan
praktikum yang kami lakukan bobot pada gizzard ayam 22 gr sedangkan menurut
Muljowati, 2009) mengemukakan bahwa bobot gizzard pada ayam 42,6 gr
berbeda dengan hasil yang kami dapatkan tetapi data ini sudah sesuai dengan
data sejak dulu bahwa bobot gizzard ayam 20-48 gr. Dan kami mendiskripsikan bahwa gizzard kasar, keras dan berwarna kuning dan
terdapat sisa pakan yang masih sangat kasar.
3.2.6. Duodenum
Duodenum
terdapat pada bagian paling atas dari usus halus dan panjangnya mencapai 24 cm.
pada bagian ini terjadi pencernaan yang paling aktif dengan proses hidrolisis
dari nutrien kasar berupa pati, lemak, dan protein. Penyerapan hasil akhir dari
proses ini sebagian besar terjadi di duodenum. Duodenum merupakan
tempat sekresi enzim dari pankreas dan getah empedu dari hati. Getah empedu
mengandung garam empedu dan lemak dalam bentuk kholesitokinin-pankreosimin
berisi kolesterol dan fosfolipid duodenum
berbentuk loop melingkari pankreas berakhir di saluran dari hati dan pankreas
masuk ke usus halus (Usman
Rasyid, 2010).
Berdasarkan
praktikum yang kami lakukan bobot duodenum pada ayam yaitu 6 gr menurut (Hamsah
2013) mengemukakan bahwa bobot dan panjang duodenum pada unggas berbeda-beda
disebabkan karena perbedaan umur maupun jenis unggas. Dalam praktikum kali ini
kami mendiskripsikan bahwa duodenum lembut, berlendir dan sedikit panjang.
3.2.7. Jejenum
Jejenum merupakan kelanjutan dari duodenum yang
berfungsi untuk menyerap lemak dan protein.
Pada bagian ini proses pencernaan dan penyerapan zat makanan yang belum
diselesaikan pada duodenum dilanjutkan sampai tinggal bahan yang tidak dapat
tercerna, Diantara
jejenum dan ileum terdapat suatu pembatas yang berbentuk seperti kutil
yang disebut dengan micele divertikum. pembatas
antara Jejunum dan ileum
disebut micele divertikum yang ditandai dengan adanya bintil pada
permukaan. persimpangan
antara jejenum dan ileum nampak kurang jelas, namun dapat dilihat dengan adanya
diventrikulum yang nampak di permukaan. Ileum memanjang dari diventrikulum
sampai persimpangan ileo-caecal, dimana dua seka bersatu dengan usus (Fadillah et al., 2007).
Berdasarkan
praktikum yang kami lakukan bahwa bobot jejenum yaitu 18 gr tetapi menurut
(Hamsah, 2013) mengemukakan bahwa bobot jejenum yang dia teliti yaitu
35 gram tetapi bobot atau data yang kami dapat merupakan masih bobot normal
jejenum. Kami mendiskripsikan bahwa jejenum halus, berlendir, terdapat sisa sari-sari
makanan dan ukurannya lebih panjang dari duodenum.
3.2.8.
Ileum
Ileum merupakan bagian
usus halus yang paling banyak melakukan absorbsi. Sepanjang permukaan ileum
terdapat banyak vili.
Permukaan vili terdapat mikrovili yang berfungsi untuk mengabsorbsi hasil pencernaan, pembatas antara Jejunum dan ileum disebut micele
divertikum yang ditandai dengan adanya bintil pada permukaan (Suprijatna et
al., 2005).
Berdasarkan
praktikum yang kami lakukan bahwa bobot ileum 10 gr. Menurut Zuprizal dan Kamal (2005),
berat ileum pada unggas terutama ayam adalah 15 gram walaupun bobot yang kami dapatkan berbeda tetapi tidak
berbeda jauh. Dan kami mendiskripsikan bahwa ileum sedikit kasar, terdapat sari-sari makanan
yang tidak tercerna secara sempurna.
3.2.9. Sekum
Pakan yang telah diserap dalam usus halus masuk ke
dalam sekum. sekm
pada unggas ada 2, yaitu pada bagian kiri dan kanan. Di dalam terjadi
pencernaan secara mikrobiologik karena dalam sekum
terdapat mikrobia-mikrobia yang mampu membantu pencernaan terutama pencernaan
serat kasar. Menurut
Yuwanta (2004), sekum terdiri atas dua seka atau saluran buntu yang berukuran
panjang 20 cm. beberapa nutrien yang tidak tercerna mengalami dekomposisi oleh
mikrobia sekum, tetapi jumlah dan penyerapannya kecil sekali. Pada bagian sekum
juga terjadi digesti serat kasar yang dilakukan oleh bakteri pencerna serat
kasar. Kemampuan mencerna serat kasar pada bangsa itik lebih besar daripada
bangsa ayam sehingga sekum itik lebih berkembang daripada ayam.
Berdasarkan
praktikum yang kami lakukan bahwa sekum memiliki bobot 8 gr, menurut
Yaman (2010), mengemukakan bahwa secum yang mempunyai panjang normal 20 sampai
25 cm dan beratnya
normal 8 gram hal ini sama
dengan data yang kami peroleh. Kami mendiskripsikan bahwa sekum berwarna coklat kehijauan, berbau busuk
karena adanya pencernaan fermentatif oleh mikroba.
3.2.10.
Usus Besar
Usus besar atau disebut juga intestinum crassum
merupakan tempat untuk absorbsi air kembali sebelum feses dikeluarkan dari
tubuh agar feses menjadi tidak terlalu lembek ataupun tidak terlalu keras
sehingga tubuh tidak mengalami dehidrasi. usus
besar berfungsi sebagai tempat absorbsi air dari sisa-sisa makanan atau sebagai tempat menyerap air dan pembentukan feses
(Frandson
(2009).
Berdasarkan praktikum yang kami lakukan bobot usus besar
yaitu 2 gr menurut (Yumanta, 2004) bahwa usus besar bobotnya 3 gr - 6
gr data ini berbeda dengan hasil data yang kami daptkan karena usus besar yang
kami gunakan pada saat praktikum tidak lenkap atau hanya sebagian saja. Dan
kami mendiskripsikan bahwa usus besar berlendir, berurat dan bentuknya pendek.
3.2.11. Kloaka
Saluran pencernaan ayam berakhir pada kloaka
yang merupakan muara keluarnya ekskreta. Menurut Yuwanta (2004), feses dan urin
sebelum dikeluarkan mengalami penyerapan air sekitar 72% sampai 75%. Rerata
waktu yang diperlukan untuk lintas pakan di dalam saluran pencernaan unggas
kurang lebih 4 jam. Muara ureter dinamakan urodeum, muara sperma pada
ayam jantan disebut proktodeum, dan muara feses dinamakan koprodeum.
Kloaka merupakan tempat keluarnya ekskreta karena urodeum dan koprodeum
terletak berhimpitan.
Berdasarkan
praktikum yang kami lakukan bahwa bobot kloaka tidak di ketahui karena pada
saat kami melakukan praktikum tidak di sediakan organ kloaka sebagai bahan
untuk di amati tetapi menurut (Yaman, 2010) bahwa bobot kloaka mencapai 6-8 gr. Sehingga kami
mendiskripsikan bahwa kloaka Kasar, keras karena memiliki urat-urat.
3.2.12. Organ Saluran Pencernaan Tambahan
Organ saluran pencernaan tambahan fungsinya membantu
dalam pemprosesan pakan yaitu:
a)
Pangkreas
Pangkreas merupakan suatu kelenjer yang berfungsi sebagai
kelenjer endokrin maupun sebagai kelenjer eksokrin. Sebagai kelenjer endokrin,
pangkreas mensekresikan hormon insulin dan glukagon.
b)
Liver
(hati)
Fungsi utama hati dalam pencernaan dan
absorpsi adalah produksi empedu. Empedu penting dalam proses penyerapan lemak
pakan dan ekskresi limbah produk, seperti kolesterol dan hasil sampingan
degradasi hemoglobin.
c)
Kantong empedu
(gallblader)
Dua saluran empedu mentransfer empedu
dari hati ke usus. Saluran kanan kantong empedu terbentuk melebar, dimana
sebagian besar empedu mengalir dan kadang-kadang di tampung. Sementara pada
seluran sebelah kiri tidak melebar. Oleh karena itu, hanya sedikit empedu yang
mengalir melelui bagian ini secara langsung ke usus (Nur. A, 2014)
IV.
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa:
1. Organ
pencernaan unggas (ayam) terdiri dari mulut, esofagus,
tembolok (crop), proventrikulus, gizzard,
duodenum, jejenum, ileum, secum, usus besar, kloaka dan organ saluran
pencernaan tambahan seperti pankreas, liver (hati) dan Kantong empedu
(gallblader)
2. Mulut tidak memiliki bobot dan deskripsinya kasar, keras dan berlendir. Esofagus tidak memiliki bobot dan deskripsinya berlendir, sedikit kasar karena adanya garis-garis. Tembolok (crop) tidak memiliki bobot dan deskripsinya licin,
sedikit kasar dan berlendir karena memiliki banyak enzim. Proventrikulus memiliki bobot 6 gr dan deskripsinya
berlendir, sedikit kasar karena adanya bintik-bintik. Gizzard memiliki bobot 22 gr dan deskripsinya kasar, keras dan berwarna kuning dan terdapat sisa pakan yang masih sangat
kasar. Duodenum memiliki bobot 6 gr
dan deskripsinya lembut, berlendir dan sedikit panjang. Jejenum memiliki bobot 18 gr dan deskripsinya halus, berlendir, terdapat sisa sari-sari makanan dan ukurannya lebih
panjang dari duodenum. Ileum memiliki
bobot 10 dan deskripsinya sedikit kasar, terdapat
sari-sari makanan yang tidak tercerna secara sempurna. Secum memiliki bobot 8 gr dan deskripsinya berwarna coklat kehijauan, berbau busuk karena adanya pencernaan fermentatif
oleh mikroba. Usus besar memiliki
bobot 2 gr dan deskripsinya berlendir, berurat dan bentuknya pendek. Kloaka tidak memiliki bobot dan deskripsinya kasar, keras karena memiliki urat-urat.
4.2. Saran
Saran yang dapat saya ajukan yaitu sebaiknya dalam
melaksanakan praktikum berikutnya menyiapkan sampel yang lebih lengkap agar
praktikan lebih mengetahui keseluruhan sampel yang akan di amati.
DAFTAR
PUSTAKA
Amrullah, I. K. 2004. Nutrisi Ayam
Broiler.Lembaga Satu Gunungbudi IPB. Bogor.
Fadillah, R., P. Agustin, A. Syamsirul,
P. Eko. 2007. Sukses Beternak Ayam
Broiler. Agro Media Pustaka. Jakarta.
Frandson, R.D.
2009. Anatomi dan Fisiologi Ternak.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Hamsah. 2013. Respon Usus dan Karakteristik Karkas pada
Ayam Ras Pedaging dengan Berat Badan Awal Berbeda yang Dipuasakan Setelah
Menetas. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Kartadisastra, H.K. 2002. Pengolahan Pakan Ayam. Kanisius.
Yogyakarta.
Muljowati, S, dkk. 1999. Dasar Ternak
Unggas. Unsoed.Purwokerto.
Nur, A. 2014. Organ Saluran Pencernaan Tambahan.
Universitas Indonesia. Jakarta.
Prayoga, Goodma, H. D. 2006. Biology
Laboratory Inversatium Java. Novich Put Orlando.
Rasyid,
2010.
Fisiologi Ternak. Bandung : Widya Padjadjaran. Hal : 163-190
Suprijatna, E.,
Atmomarsono, dan R. Kartasudjana. 2005. Ilmu
Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta.
Usman, Ahmad Nur
Ramdani. 2010. Pertumbuhan Ayam Broiler
(Melalui Sistem Pencernannya) Yang Diberi Pakan Nabati Dan Komersial Dengan
Penambahan Dysapro. Institute Pertanian Bogor. Bogor.
Yaman, M. Aman.
2010. Ayam Kampung Unggul. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Yuwanta, Tri. 2004. Dasar Ternak Unggas. Kanisius. Yogyakarta.
Zuprizal dan M.
Kamal. 2005. Nutrisi dan Pakan Unggas.
Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar