Kamis, 09 Februari 2017

Laporan Praktikum I Ilmu Ternak Unggas “Pengamatan Sistem Pencernaan Pada Unggas (Ayam)”




Laporan Praktikum I
Ilmu Ternak Unggas
“Pengamatan Sistem Pencernaan Pada Unggas (Ayam)”


Oleh :
     Nama             : Vina Eka Prasetia N.A.A
Stambuk         : L1A1 14 059
Kelas              : B
                                    Kelompok      : III
                                    Asisten           : Ashar

JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016




I.          PENDAHULUAN

1.1.      Latar Belakang
Pencernaan  adalah  penguraian  bahan  makanan ke dalam zat-zat makanan dalam saluran  pencernaan  untuk  dapat  diserap dan  digunakan  oleh  jaringan-jaringan   tubuh. Pada  pencernaan  tersangkut  suatu  seri  proses  mekanis  dan  khemis  dan  dipengaruhi oleh banyak  factor.
Saluran  Pencernaan  dapat di anggap sebagai  tabung  memanjang  yang  dimulai  dari mulut  sampai  anus  dan  pada  bagian  dalam  dilapisi  oleh  mukosa.  Sistem   pencernaan terdiri  dari  seluran  pencernaan  dan  organ  asosori.  Saluran  pencernaan  merupakan  organ yang  menghubungkan  dunia  luar  dengan  dunia  dalam  tubuh  hewan,  yaitu  proses metamolik di dalam tubuh.
Ternak unggas merupakan aset nasional yang turut menunjang kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat. Seiring dengan meningkatnya permintaan konsumen terhadap kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan dengan produk peternakan membuktikan bahwa usaha peternakan dewasa ini mengalami kemajuan. Diantara produk-produk tersebut unggas memegang peranan yang sangat penting, karena digemari dan banyak dikenal oleh masyarakat. Unggas adalah ternak bersayap yang dalam taxonomi zologi tergolong dalam kelas aves yang telah didomestikasi dan cara hidupnya diatur oleh manusia dengan tujuan untuk memberikan nilai ekonomis.
Ayam adalah vertebrate berdarah panas dengan tingkat metabolisms yang tinggi. Temperatur tubuh ayam relatif tinggi. Ayam broiler adalah ayam yang mempunyai sifat tenang, bentuk tubuh besar, pertumbuhan cepat, bulu merapat ke tubuh, kulit putih dan produksi telur rendah. Sifat-sifat ayam broiler ini tentunya sangat berhubungan dengan tingkat konsumsi serta proses pengolahan makanan didalam sistem pencernaannya.
1.2. Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui fungsi organ-organ pencernaan unggas (ayam)
2. Untuk mengetahui bobot dan deskripsi organ-organ pencernaan unggas (ayam)
1.3. Manfaat Praktikum
1. Dapat mengetahui fungsi organ-organ pencernan unggas (ayam)
2. Dapat mengetahui bobot dandeskripsi organ-organ pencernaan ungas (ayam)



II.  METODOLOGI PRAKTIKUM


2.1.Waktu dan Tempat

Praktikum Ilmu Ternak Unggas dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 26 Maret 2016, pukul 09.00 – selesai WIB bertempat di Unit Kandang Unggas Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo.
2.2. Alat dan Bahan
Alat dan kegunaan pada praktikum pengamatan sistem pencernaan pada unggas (ayam) dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat dak kegunaan yang digunakan pada praktikum pengamatan pada Sistem Pencernaan Unggas (Ayam).
No.
Nama Alat
Kegunaan
1.
Alat Tulis
 Untuk mencatat data hasil pengamatan
2.
Pisau Cater
 Untuk membedah organ pencernaan ayam
 3.
Kamera
 Sebagai alat dokumentasi
 4.
Timbangan
 Untuk mengetahui berat badan kambing
 5.
Keranjang
 Untuk menyimpan organ-organ pencernaan ayam  

Bahan dan kegunaan pada praktikum pengamatan sistem pencernaan pada unggas (Ayam).
Tabel 2. Bahan dan kegunaan yang digunakan pada praktikum pengamatan pada Sistem Pencernaan Unggas (Ayam).
No
Bahan
Kegunaan
1.
Organ-organ pencernaan ayam
Sebagai bahan pengamatan

2.3.       Prosedur Kerja
Prosedur atau cara kerja pada praktikum sistem pencernaan unggas (ayam) dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a.    Menyiapkan alat dan organ-organ pencernaan ayam
b.    Memisahkan bagian-bagian organ pencernaan ayam
c.    Mengamati bagian-bagian organ pencernaan ayam
d.   Menimbang bobot asing-masing organ pencernaan ayam
e.    Mencatat hasil pengamatan pada organ-organ pencernaan ayam
f.     Mengambil gambar organ-organ pencernaan dengan menggunakan kamera


III.       HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil Pengamatan
Hasil pengamata pada praktikum ini dapat dilihat pada Table 3.
Table 3. Nama, bobot dan deskripsi organ-organ pencernaan ayam
No
Nama Organ
Bobot (gr)
Deskripsi
1
Mulut
-
Kasar, keras dan berlendir
2
Esophagus
-
Berlendir, sedikit kasar karena adanya garis-garis
3
Tembolok (Crop)
-
Licin, sedikit kasar dan berlendir karena memiliki banyak enzim
4
Proventrikulus
6
Berlendir, sedikit kasar karena adanya bintik-bintik
5
Gizzard
22
Kasar, keras dan berwarna kuning dan terdapat sisa pakan yang masih sangat kasar
6
Duodenum
6
Lembut, berlendir  dan sedikit panjang
7
Jejenum
18
Halus, berlendir, terdapat sisa sari-sari makanan dan ukurannya lebih panjang dari duodenum
8
Ileum
10
Sedikit kasar, terdapat sari-sari makanan yang tidak tercerna secara sempurna
9
Sekum
8
Berwarna coklat kehijauan, berbau busuk karena adanya pencernaan fermentatif oleh mikroba
10
Usus Besar
2
Berlendir, berurat dan bentuknya pendek
11
Kloaka
-
Kasar, keras karena memiliki urat-urat
 3.2. Pembahasan
 3.2.1. Mulut

Mulut unggas umumnya disebut dengan paruh. Mulut sangat penting untuk proses pengambilan makanan. Selain untuk mengambil mulut pada unggas berfungsi untuk menyobek, memecahkan makanan atau mangsanya. Bentuk paruh unggas bermacam-macam menyesuaikan dengan makanan utamanya. Unggas akan memilih-milih makanan sesuai dengan ukuran mulut atau paruhnya. Mulut pada unggas ditandai dengan tidak adanya bibir, pipi, dan gigi. Pengganti fungsi gigi pada mulut unggas terdapat pada lidah dan juga paruh (Yuwanta, 2004). Menurut Amrullah (2004) bentuk paruh pada unggas disuaikan dengan bentuk makananya paruh runcing jika makanan utamanya adalah bijian kecil, dan berbentuk runcing bengkok dapat digunakan untuk menyobek mangsanya dan memecah bijian yang besar yang keras serta berbentuk seperti sendok sehingga mudah digunakan untuk menyaring dan menangkap makanan yang bercampur air.
Bobot mulut pada ternak unggas (ayam) tidak di ketahui karena pada pelaksanaan praktikum tidak di sediakan organ mulut ayam. Kami mendiskripsikan mulut ayam yaitu Kasar, keras dan berlendir karena di dalam mulut terdapat kelenjar saliva yang meghasilkan enzim amilase dan maltase
  3.2.2. Esofagus
Esophagus merupakan saluran pencernaan yang menghasilkan mukosa berlendir yang berfungsi membantu melicinkan pakan menuju tembolok. esophagus merupakan saluran lunak dan elastis yang mudah mengalami pemekaran apabila ada bolus yang masuk. Esophagus memanjang dari pharynk hingga proventrikulus melewati tembolok (crop). Organ ini menghasilkan mukosa yang berfungsi membantu melicinkan pakan menuju tembolok (Yuwanta, 2004).
Berdasarkan praktikum yang kami lakukan bobot esofagus pada ternak unggas (ayam) tidak diketahui karena pada saat praktikum tidak disediakan esofagus. Menurut (Prayoga, 2006) mengemukakan bahwa bobot esopagus ayam tidak pada kisaran normal karena hal tersebut berkaitan dengan panjang esofagus yang tidak terukur karena sisanya berada dalam kepala. Kami mendiskripsikan  bahwa berlendir, sedikit kasar karena adanya garis-garis.
  3.2.3. Tembolok (crop)
Tembolok adalah modifikasi dari oesophagus, setelah melewati oesophagus, pakan akan menuju ke tembolok dengan bantuan gerakan peristaltik yang ada di oesophagus dan dengan bantuan gaya gravitasi. Tembolok berfungsi untuk menyimpan pakan sementara. fungsi utama tembolok adalah untuk menyimpan pakan sementara, terutama pada saat ayam makan dalam jumlah banyak. Bolus berada di tembolok selama 2 jam. Jenis makanan atau benda lain yang mempunyai ukuran besar dapat menyumbat saluran tembolok. Jika hal ini terjadi maka makanan yang ada dalam tembolok tidak dapat lewat dan akan terjadi fermentasi. Kapasitas tembolok mampu menampung 250 gram pakan. Pada tembolok terdapat saraf yang berhubungan dengan pusat kenyang-lapar di Hipotalamus sehingga banyak sedikitnya pakan yang terdapat dalam tembolok akan memberikan respon dalam saraf untuk makan atau menghentikan makan (Fadillah et al., 2007).
Berdasarkan praktikum yang kami lakukan bobot tembolok (crop) pada ternak ayam tidak di ketahui karena pada saat kami melakukan praktikum tidak di sediakan tembolok (crop). Kami mendiskripsikan temblok (crop) licin, sedikit kasar dan berlendir karena memiliki banyak enzim.
  3.2.4. Proventrikulus
Proventrikulus adalah suatu pelebaran dari kerongkongan sebelum berhubungan dengan gizzard (empedal). Kadang-kadang disebut glandula stomach atau true stomach. proventrikulus merupakan perluasan oesophagus yang utama pada sambungan dengan gizzard, dan biasa disebut glandular stomach atau perut sebenarnya. Proventrikulus berfungsi untuk mensekresikan gastric juice (cairan lambung) yaitu pepsin, suatu enzim untuk membantu pencernaan protein, dan hydrochloric acid disekresi oleh glandular cell (Usman 2010).
Berdasarkan praktikum yang kami lakukan bobot proventrikulus 6 gr dan kami mendiskripsikan proventrikulus berlendir, sedikit kasar karena adanya bintik-bintik. Menurut Usman (2010), bobot proventrikulus mencapai 0,45% dari bobot hidup yaitu 7 gr - 8 gr sehingga data yang kami peroleh tidak sesuai dengan hasil data dari para ahli.
  3.2.5. Gizzard
Sering kali juga disebut muscular stomach (perut otot). Lokasinya berada di antara ventrikulus dan bagian atas usus halus. Fungsi utama empedal adalah memecah atau melumatkan pakan dan mencampurnya dengan air menjadi pasta yang dinamakn chymne. Pakan yang bercampur dengan getah proventrikulus masuk ke dalam empedal atau gizzard. Pakan dalam gizzard mengalami proses pencernaan secara mekanik dengan bantuan grit yang berupa batuan kecil, selain itu pakan juga akan dipecah dan dicampur dengan air sehingga menjadi seperti pasta atau yang biasa disebut dengan chymne (Kartadisastra, 2002).
Berdasarkan praktikum yang kami lakukan bobot pada gizzard ayam 22 gr sedangkan menurut Muljowati, 2009) mengemukakan bahwa bobot gizzard pada ayam 42,6 gr berbeda dengan hasil yang kami dapatkan tetapi data ini sudah sesuai dengan data sejak dulu bahwa bobot gizzard ayam 20-48 gr. Dan kami mendiskripsikan bahwa gizzard kasar, keras dan berwarna kuning dan terdapat sisa pakan yang masih sangat kasar.
  3.2.6. Duodenum
Duodenum terdapat pada bagian paling atas dari usus halus dan panjangnya mencapai 24 cm. pada bagian ini terjadi pencernaan yang paling aktif dengan proses hidrolisis dari nutrien kasar berupa pati, lemak, dan protein. Penyerapan hasil akhir dari proses ini sebagian besar terjadi di duodenum. Duodenum merupakan tempat sekresi enzim dari pankreas dan getah empedu dari hati. Getah empedu mengandung garam empedu dan lemak dalam bentuk kholesitokinin-pankreosimin berisi kolesterol dan fosfolipid duodenum berbentuk loop melingkari pankreas berakhir di saluran dari hati dan pankreas masuk ke usus halus (Usman Rasyid, 2010).
Berdasarkan praktikum yang kami lakukan bobot duodenum pada ayam yaitu 6 gr menurut (Hamsah 2013) mengemukakan bahwa bobot dan panjang duodenum pada unggas berbeda-beda disebabkan karena perbedaan umur maupun jenis unggas. Dalam praktikum kali ini kami mendiskripsikan bahwa duodenum lembut, berlendir  dan sedikit panjang.
   3.2.7. Jejenum
Jejenum merupakan kelanjutan dari duodenum yang berfungsi untuk menyerap lemak dan protein. Pada bagian ini proses pencernaan dan penyerapan zat makanan yang belum diselesaikan pada duodenum dilanjutkan sampai tinggal bahan yang tidak dapat tercerna, Diantara jejenum dan ileum terdapat suatu pembatas yang berbentuk seperti kutil yang disebut dengan micele divertikum. pembatas antara Jejunum dan ileum disebut micele divertikum yang ditandai dengan adanya bintil pada permukaan. persimpangan antara jejenum dan ileum nampak kurang jelas, namun dapat dilihat dengan adanya diventrikulum yang nampak di permukaan. Ileum memanjang dari diventrikulum sampai persimpangan ileo-caecal­, dimana dua seka bersatu dengan usus (Fadillah et al., 2007).
Berdasarkan praktikum yang kami lakukan bahwa bobot jejenum yaitu 18 gr tetapi menurut (Hamsah, 2013) mengemukakan bahwa bobot jejenum yang dia teliti yaitu 35 gram tetapi bobot atau data yang kami dapat merupakan masih bobot normal jejenum. Kami mendiskripsikan bahwa jejenum halus, berlendir, terdapat sisa sari-sari makanan dan ukurannya lebih panjang dari duodenum.
  3.2.8. Ileum
Ileum merupakan bagian usus halus yang paling banyak melakukan absorbsi. Sepanjang permukaan ileum terdapat banyak vili. Permukaan vili terdapat mikrovili yang berfungsi untuk mengabsorbsi hasil pencernaan, pembatas antara Jejunum dan ileum disebut micele divertikum yang ditandai dengan adanya bintil pada permukaan (Suprijatna et al., 2005).
Berdasarkan praktikum yang kami lakukan bahwa bobot ileum 10 gr. Menurut Zuprizal dan Kamal (2005), berat ileum pada unggas terutama ayam adalah 15 gram walaupun bobot yang kami dapatkan berbeda tetapi tidak berbeda jauh. Dan kami mendiskripsikan bahwa ileum sedikit kasar, terdapat sari-sari makanan yang tidak tercerna secara sempurna.
  3.2.9. Sekum
Pakan yang telah diserap dalam usus halus masuk ke dalam sekum. sekm pada unggas ada 2, yaitu pada bagian kiri dan kanan. Di dalam terjadi pencernaan secara mikrobiologik karena dalam sekum terdapat mikrobia-mikrobia yang mampu membantu pencernaan terutama pencernaan serat kasar. Menurut Yuwanta (2004), sekum terdiri atas dua seka atau saluran buntu yang berukuran panjang 20 cm. beberapa nutrien yang tidak tercerna mengalami dekomposisi oleh mikrobia sekum, tetapi jumlah dan penyerapannya kecil sekali. Pada bagian sekum juga terjadi digesti serat kasar yang dilakukan oleh bakteri pencerna serat kasar. Kemampuan mencerna serat kasar pada bangsa itik lebih besar daripada bangsa ayam sehingga sekum itik lebih berkembang daripada ayam.
Berdasarkan praktikum yang kami lakukan bahwa sekum memiliki bobot 8 gr, menurut Yaman (2010), mengemukakan bahwa secum yang mempunyai panjang normal 20 sampai 25 cm dan beratnya normal 8 gram hal ini sama dengan data yang kami peroleh. Kami mendiskripsikan bahwa sekum berwarna coklat kehijauan, berbau busuk karena adanya pencernaan fermentatif oleh mikroba.

   3.2.10. Usus Besar
Usus besar atau disebut juga intestinum crassum merupakan tempat untuk absorbsi air kembali sebelum feses dikeluarkan dari tubuh agar feses menjadi tidak terlalu lembek ataupun tidak terlalu keras sehingga tubuh tidak mengalami dehidrasi. usus besar berfungsi sebagai tempat absorbsi air dari sisa-sisa makanan atau sebagai tempat menyerap air dan pembentukan feses (Frandson (2009).
Berdasarkan praktikum yang kami lakukan bobot usus besar yaitu 2 gr menurut (Yumanta, 2004) bahwa usus  besar bobotnya 3 gr - 6 gr data ini berbeda dengan hasil data yang kami daptkan karena usus besar yang kami gunakan pada saat praktikum tidak lenkap atau hanya sebagian saja. Dan kami mendiskripsikan bahwa usus besar berlendir, berurat dan bentuknya pendek.
  3.2.11. Kloaka
Saluran pencernaan ayam berakhir pada kloaka yang merupakan muara keluarnya ekskreta. Menurut Yuwanta (2004), feses dan urin sebelum dikeluarkan mengalami penyerapan air sekitar 72% sampai 75%. Rerata waktu yang diperlukan untuk lintas pakan di dalam saluran pencernaan unggas kurang lebih 4 jam. Muara ureter dinamakan urodeum, muara sperma pada ayam jantan disebut proktodeum, dan muara feses dinamakan koprodeum. Kloaka merupakan tempat keluarnya ekskreta karena urodeum dan koprodeum terletak berhimpitan.
Berdasarkan praktikum yang kami lakukan bahwa bobot kloaka tidak di ketahui karena pada saat kami melakukan praktikum tidak di sediakan organ kloaka sebagai bahan untuk di amati tetapi menurut (Yaman, 2010) bahwa bobot kloaka mencapai 6-8 gr. Sehingga kami mendiskripsikan bahwa kloaka Kasar, keras karena memiliki urat-urat.
  3.2.12. Organ Saluran Pencernaan Tambahan
Organ saluran pencernaan tambahan fungsinya membantu dalam pemprosesan pakan yaitu:
a)    Pangkreas
Pangkreas merupakan suatu kelenjer yang berfungsi sebagai kelenjer endokrin maupun sebagai kelenjer eksokrin. Sebagai kelenjer endokrin, pangkreas mensekresikan hormon insulin dan glukagon.
b)   Liver (hati)
Fungsi utama hati dalam pencernaan dan absorpsi adalah produksi empedu. Empedu penting dalam proses penyerapan lemak pakan dan ekskresi limbah produk, seperti kolesterol dan hasil sampingan degradasi hemoglobin.
c)    Kantong empedu (gallblader)
Dua saluran empedu mentransfer empedu dari hati ke usus. Saluran kanan kantong empedu terbentuk melebar, dimana sebagian besar empedu mengalir dan kadang-kadang di tampung. Sementara pada seluran sebelah kiri tidak melebar. Oleh karena itu, hanya sedikit empedu yang mengalir melelui bagian ini secara langsung ke usus (Nur. A, 2014)













IV.    PENUTUP
4.1. Kesimpulan   
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa:
1. Organ pencernaan unggas (ayam) terdiri dari mulut, esofagus, tembolok (crop), proventrikulus, gizzard, duodenum, jejenum, ileum, secum, usus besar, kloaka dan organ saluran pencernaan tambahan seperti pankreas, liver (hati) dan Kantong empedu (gallblader)
2. Mulut tidak memiliki bobot dan deskripsinya kasar, keras dan berlendir. Esofagus tidak memiliki bobot dan deskripsinya berlendir, sedikit kasar karena adanya garis-garis. Tembolok (crop) tidak memiliki bobot dan deskripsinya licin, sedikit kasar dan berlendir karena memiliki banyak enzim. Proventrikulus memiliki bobot 6 gr dan deskripsinya berlendir, sedikit kasar karena adanya bintik-bintik. Gizzard memiliki bobot 22 gr dan deskripsinya kasar, keras dan berwarna kuning dan terdapat sisa pakan yang masih sangat kasar. Duodenum memiliki bobot 6 gr dan deskripsinya lembut, berlendir  dan sedikit panjang. Jejenum memiliki bobot 18 gr dan deskripsinya halus, berlendir, terdapat sisa sari-sari makanan dan ukurannya lebih panjang dari duodenum. Ileum memiliki bobot 10 dan deskripsinya sedikit kasar, terdapat sari-sari makanan yang tidak tercerna secara sempurna. Secum memiliki bobot 8 gr dan deskripsinya berwarna coklat kehijauan, berbau busuk karena adanya pencernaan fermentatif oleh mikroba. Usus besar memiliki bobot 2 gr dan deskripsinya berlendir, berurat dan bentuknya pendek. Kloaka tidak memiliki bobot dan deskripsinya kasar, keras karena memiliki urat-urat.
4.2. Saran
Saran yang dapat saya ajukan yaitu sebaiknya dalam melaksanakan praktikum berikutnya menyiapkan sampel yang lebih lengkap agar praktikan lebih mengetahui keseluruhan sampel yang akan di amati.

























DAFTAR PUSTAKA
Amrullah, I. K. 2004. Nutrisi Ayam Broiler.Lembaga Satu Gunungbudi IPB. Bogor.

Fadillah, R., P. Agustin, A. Syamsirul, P. Eko. 2007. Sukses Beternak Ayam Broiler. Agro Media Pustaka. Jakarta.

Frandson, R.D. 2009. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Hamsah. 2013. Respon Usus dan Karakteristik Karkas pada Ayam Ras Pedaging dengan Berat Badan Awal Berbeda yang Dipuasakan Setelah Menetas. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.

Kartadisastra, H.K. 2002. Pengolahan Pakan Ayam. Kanisius. Yogyakarta.

Muljowati, S, dkk. 1999. Dasar Ternak Unggas. Unsoed.Purwokerto.

Nur, A. 2014. Organ Saluran Pencernaan Tambahan. Universitas Indonesia. Jakarta.

Prayoga, Goodma, H. D. 2006Biology Laboratory Inversatium Java. Novich Put Orlando.

Rasyid, 2010. Fisiologi Ternak. Bandung : Widya Padjadjaran. Hal : 163-190

Suprijatna, E., Atmomarsono, dan R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta.

Usman, Ahmad Nur Ramdani. 2010. Pertumbuhan Ayam Broiler (Melalui Sistem Pencernannya) Yang Diberi Pakan Nabati Dan Komersial Dengan Penambahan Dysapro. Institute Pertanian Bogor. Bogor.

Yaman, M. Aman. 2010. Ayam Kampung Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta.

Yuwanta, Tri. 2004. Dasar Ternak Unggas. Kanisius. Yogyakarta.

Zuprizal dan M. Kamal. 2005. Nutrisi dan Pakan Unggas. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar